Setelah menjalani peran sebagai interpreter, management consultant, Co-Founder komunitas TEDxJakarta, fasilitator, HR Manager, corporate culture specialist di beberapa tech start-up, dan aspirational futurist, Tika ini menyadari bahwa ia hanyalah seorang control freak yang sedang bingung karena hidupnya out of control.
Kartika Anindya
@tika_anindyaArticles By This Author
Weak Ties: Lompatan Keyakinan
Percayakah bahwa selama tujuh bulan terakhir, saya sibuk memikirkan satu topik untuk dibahas di satu artikel singkat ini? Berpikir begitu lama, dan hasil akhirnya adalah satu halaman yang pasti reduksi dari semua materi. Rasanya kok tidak layak disebarluaskan. Tapi seperti kata Margaret Shepherd, sometimes your only available transportation is a leap of faith.
Weak Ties: This Is Progress
Sebenarnya saya juga ingin tahu bagaimana caranya agar bisa lebih compssionate, maksudnya lebih friendly jadi kayak orang baik karena orang sering bilang saya itu kayak robot. Saya ingin terlihat lebih hangat gitu. Mungkin orang baik itu ngomongnya selalu baik-baik. Jadi, mungkin mereka pikirannya lebih positif.
Weak Ties: Hai!
Jadi aku cerita, bahwa best friend-ku itu...dia ada di sisi dunia lain, tapi aku selalu merasa dekat sama dia. Kapan pun aku merasa butuh dukungan, dia selalu ada. Dan semoga dia juga berpikir begitu ya. Malah jadinya bagus, karena kalau malam-malam butuh cerita, yang satunya masih siang hari. Menyadari kita punya seseorang yang selalu akan merespon kita di saat susah, rasanya kayak punya selimut tambahan. Tidur jadi tenang.
Weak Ties: Cukup Ya
Menurutku ada beberapa kemungkinan alasan kenapa kita butuh diingatkan "I am Enough". Bisa jadi karena kita merasa harus terus berlari. Karena semua-semua yang kita capai itu, pasti ada saja yang bisa mencapai lebih. Dan kita sedang berada di era di mana tokoh yang diagungkan adalah mereka yang action-oriented. Gerak terus. Bisa lebih baik lagi, nggak?
Weak Ties: Almost Self
Begini ceritanya. Waktu saya lulus S1 di bidang IT, saya dapat tawaran jadi penterjemah di sebuah consulting firm. Tidak ada hubungannya dengan IT, tapi gajinya lebih tinggi daripada entry level programmer. Jadi, saya ambil. Dan itu 13 tahun yang lalu (yes I am old). Yang menarik adalah, sampai sekarang, orang masih suka bertanya, “Kok S1 kamu nggak nyambung dengan kerjaan?”
Weak Ties: Time Travel
Mungkin ada yang bilang, untuk apa berandai-andai soal ke depan? Kan kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Buat saya, mantranya seperti ini: langkah awal dalam memecahkan masalah adalah melihat masalah itu sebagai hal yang bisa dipecahkan. Saat ini kita hidup dalam masa di mana mudah sekali merasa helpless, seolah kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi, bermainlah dengan masa depan, karena sekarang waktunya.
Weak Ties: Moment of Weakness
Kita sering banget membicarakan media sosial sebagai platform, tempat berbagi message atau influence. Tapi buat casual user kan media sosial itu gunanya untuk bersosialisasi atau menceritakan social life-nya ya. Dan bagian ini yang membuat saya sangat sedih. Karena di liburan ini, saya melihat mereka yang masih saya anggap teman dekat, saling berkumpul dengan orang lain yang saya kenal juga, dan saya kesepian.
Weak Ties: Dear Pessimists
Kalian lelah nggak, sih? Sesudah berbulan-bulan Work from Home, terus dengar komentar seperti "Moga-moga tahun ini udah ada vaksin, optimis aja," atau "Kita rencanain di Q4 udah bisa buka, paling pandemi udah mendingan." Kalau saya capek banget mendengar suara-suara berharap yang terbaik seperti itu.
Weak Ties: Masa Depan
Ada sebuah quote dari filsuf Seneca: Jika kamu tidak tahu mau berlayar kemana, arah angin manapun akan terasa menghambat. Saya mendengar quote ini saat pertama kali belajar tentang Foresight, atau Futures Thinking, alias...belajar berpikir tentang masa depan. Bagaimana caranya berpikir tentang masa depan, kan masa depan itu tidak bisa diprediksi?
Weak Ties: Burnout
Ada seorang teman, sebut saja namanya Iri. Waktu pertama kali kenalan, saya pikir dia manusia biasa. Tapi lama-lama menyadari bahwa dia punya superpower, yaitu super ambisius. Semua hal dia kerjakan, semua ide akan di-follow up, dan dia bisa tuh mengerjakan semuanya sekaligus. Semua ini untuk menjelaskan bahwa, saat teman saya ini mendadak posting mengenai ‘burnout’, saya langsung menganggapnya serius.
Kepastian dan Pilihan
"Sense" bisa berbeda-beda di tiap individu. Artinya, saat menghadapi suatu kejadian aneh, situasi yang tidak masuk akal dengan nalar pribadi kita bisa jadi malah masuk akal dengan nalar orang lain.
Di Balik "Elo Bisa, Lah."
Siap-siap, ya. Untuk kalian yang sering mendapat komentar-komentar seperti "Pasti bisa lah, elo gitu", bersiap untuk merasakan that special mix of feelings; antara senang, bangga, dan ingin menolak mati-matian.