Dwika Putra
@dwikaputraArticles By This Author
Dwika's Days of Decency: Bergaul di Media Sosial
Berbicara mengenai media sosial sepertinya tidak akan ada habisnya. Setiap hari pasti akan ada saja kasus-kasus terbaru, keributan terbaru, atau mungkin menemukan keramaiannya dari media sosial. Sepertinya media sosial sekarang jadi salah satu sumber informasi, pengetahuan, relasi, bahkan keributan yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita.
Dwika’s Days of Decency: Bergaul di Tempat Kerja
Bicara mengenai decency atau kelayakan dan kepantasan di tempat kerja, kali ini saya tidak akan membahas hal-hal yang sudah jelas. Maksudnya, saya tidak akan membahas mengenai hal-hal yang sudah tercatat dalam peraturan hukum positif atau sudah tercatat di peraturan perusahaan. Saya akan membahas khusus mengenai kepantasan terutama terhadap perusahaan, rekan kerja, dan lebih spesifik terhadap tanggung jawab yang kita emban.
Dwika’s Days of Decency: Bergaul Dalam Keluarga
Kita sepertinya tidak akan pernah kehabisan kata-kata mutiara atau pepatah jika membahas tentang keluarga. Mulai dari “harta yang paling berharga adalah keluarga”, “blood is thicker than water”, bahkan hingga “family is not chosen it’s given”. Kalau sebelumnya saya membahas mengenai perdebatan, pertikaian, dan diskursus di jalan raya, kali ini saya mengambil topik yang tidak kalah ramai diperbincangkan yakni bersikap atau bergaul dalam keluarga.
Dwika’s Days of Decency: Decent on The Street
Rasanya tidak pernah habis bahan perdebatan, keributan, atau pertikaian saat kita membahas tentang jalanan. Mulai dari kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan petinggi negeri atau pesohor, kasus hak pelajan kaki yang dirampas, perdebatan mengenai hukum para pengedara motor yang berteduh di trotoar saat hujan lebat, hingga yang paling baru mengenai pesepeda di jalan raya.
Mengabadikan Ibunda
Ibu saya, Anna K, tercinta beristirahat dalam keabadian, setelah empat bulan berjuang dengan penyakit tuberculosis yang merongrongnya. Mami, begitu saya memanggilnya, bukan hanya sosok ibu bagi saya tetapi juga sosok ayah. Praktis, ketika beliau tidak lagi ada, ada sebuah kekosongan yang cukup besar yang ditinggalkan dalam keseharian saya.