David Irianto
@tygerdArticles By This Author
Memahami Beragam Dimensi Dalam Diri
Diri kita sebenarnya adalah gabungan dari banyak hal. Self concept sangat bersifat multidimensional. Diri kita bukan hanya sebatas aspek-aspek yang bisa kita lihat. Sebenarnya ini menenangkan, dalam artian jika kita merasa belum maksimal dalam satu dimensi, bisa jadi pada dimensi-dimensi lain lebih positif.
Mengenali Diri Sendiri
Kita perlu untuk mengenal diri kita sendiri sebelum berhubungan dengan dunia luar. Pertanyaan sesederhana siapakah saya? Ternyata bagi sebagian orang justru sulit untuk benar-benar dijelaskan. Mari kita coba bahas kenapa pertanyaan ini membingungkan. Who am I?. Sebenarnya siapa yang dimaksud dengan ‘saya’ apakah diri kita semasa kecil, kini, atau bahkan masa depan?.
Tantangan Meregulasi Emosi
Pada dasarnya bukan emosi yang membuat kita melalui turbulensi perasaan melainkan cara kita menafsirkan emosi sehingga kita merasa tidak sanggup menoleransi emosi yang dirasakan. Intensitas emosi yang kita rasakan bisa dipengaruhi berbagai hal seperti trauma masa kecil atau kondisi fisik yang sedang memburuk. Kondisi-kondisi ini dapat memperparah situasi, ditambah dengan regulasi emosi yang belum optimal.
Mengenali Anatomi Perasaan
Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan berbagai perasaan yang hadir dalam diri. Untuk dapat memahami bagaimana dan dari mana perasaan itu muncul, mari kita bahas anatomi dari perasaan, emosi dan mood.
Berkenalan Dengan Perasaan
Emosi merupakan key leadership skill yang sangat penting. Melabeli perasaan apa yang kita rasakan sangatlah penting karena ini adalah langkah pertama untuk menghadapi emosi secara efektif. Orang yang tidak mengakui dan mengatasi emosi mereka menunjukkan well-being yang lebih rendah dan mengalami lebih banyak gejala fisik stres seperti sakit kepala.
Jujur dalam Bersyukur
Rasa syukur adalah perasaan berterima kasih atas apa yang telah kita terima. Tetapi, kecenderungan kita adalah untuk bersyukur dengan membandingkan diri akan apa yang kita alami terhadap kemalangan yang terjadi pada orang lain. Sehingga, alih-alih rasa syukur membantu membebaskan diri dari perbandingan sosial, kebutuhan akan rasa syukur malah menjebak kita dalam perbandingan.