Self Lifehacks

Mengenali Diri Sendiri

David Irianto

@tygerd

Co-founder Greatmind & Kurator Konten

Kita perlu untuk mengenal diri kita sendiri sebelum berhubungan dengan dunia luar. Pertanyaan sesederhana siapakah saya? Ternyata bagi sebagian orang justru sulit untuk benar-benar dijelaskan. Mari kita coba bahas kenapa pertanyaan ini membingungkan. Who am I?. Sebenarnya siapa yang dimaksud dengan ‘saya’ apakah diri kita semasa kecil, kini, atau bahkan masa depan?.  Bagian mana yang perlu kita jelaskan saat menjawab pertanyaan ini juga membingungkan. Bisa fisik, pemikiran, perasaan atau pun perilaku. Wajar saja jika kita bingung saat mendeskripsikan siapa saya.

Sebenarnya ada persepsi yang harus diluruskan saat menjelaskan siapa diri kita. Terkesan bahwa kita tidak berubah sejak kecil hingga sekarang. Padahal, saya 5 menit lalu, sekarang, dan satu jam kedepan bisa saja berbeda. Kita tidak memiliki identitas tetap. Saya akan coba mulai menjelaskan melalui Kisah Kapal Theseus (The Ship of Theseus). Ini adalah cerita yang dibuat oleh ahli sejarah Yunani, Plutarch. Dikisahkan ada seorang pahlawan bernama Theseus yang memenangkan sebuah perang lalu mendapat kapal sebagai hadiah dari jasanya. Kemudian kapal ini diabadikan dalam sebuh pelabuhan selama 1000 tahun dan terus diperbaiki secara berkala hingga seluruh bagian kapalnya telah berganti. Kemudian kita bisa mempertanyakan apakah kapal tersebut tetap kapal Theseus setelah seluruh bagian kapalnya berubah?. Ini menggambarkan pada dasarnya kita bisa berubah. Bahkan kalaupun dia berubah, secara filosofis kapat tersebut tetap kapal Theseus. 

Sebenarnya ada persepsi yang harus diluruskan saat menjelaskan siapa diri kita. Terkesan bahwa kita tidak berubah sejak kecil hingga sekarang. Padahal, saya 5 menit lalu, sekarang, dan satu jam kedepan bisa saja berbeda. Kita tidak memiliki identitas tetap.

"Saya" adalah kumpulan bagian yang terus berubah. Tubuh, fisik, pikiran, emosi, keadaan, bahkan kebiasaan kita selalu berubah. Kendati demikian, secara menakjubkan dan mungkin tidak logis, "saya" tetaplah "saya". Jadi apa yang disebut dengan ‘saya’? Kebanyakan orang akan menganggap otak dan jiwa adalah bagian yang menjadi identitas utama kita. Ada satu elemen dalam diri kita sehingga orang dapat mengidentifikasi siapa kita. Alain de Botton mengatakan bahwa identitas pribadi tampaknya tidak terdiri dari kelangsungan hidup tubuh maupun kelangsungan hidup ingatan. Melainkan kelangsungan hidup sebuah konsep yang kita sebut sebagai “karakter”. Karakter juga memiliki beberapa elemen yakni nilai (values), kecenderungan-kecenderungan kita (inclinations), dan temprament kita. 

Alain de Botton mengatakan bahwa identitas pribadi tampaknya tidak terdiri dari kelangsungan hidup tubuh maupun kelangsungan hidup ingatan. Melainkan kelangsungan hidup sebuah konsep yang kita sebut sebagai “karakter”.

Identitas kita adalah bagaimana cara kita menanggapi sesuatu atau bertindak. "Diri" (the self) dibentuk dari kebiasaan dalam proses metabolisme biologis kita, kebiasaan sosialkultural budaya lokal yang ditanamkan dalam diri kita, panutan kita, dan seberapa besar tanggung jawab yang diambil individu untuk membuat pilihan yang sehat. The Self atau “diri” kita dalam dunia psikologi juga terdiri dari beberapa bagian. Diantaranya adalah self-concept, self-knowledge, self-esteem, social self. 

Ada banyak aspek dalam konsep diri (self-concept) yaitu self-physical, emosi, sosial, mental atau kecerdasan, serta spiritual. Salah satu teori yang umum untuk menjelaskan ini adalah hierarki kebutuhan dari Maslow. Bahwa pada dasarnya manusia bergerak guna memenuhi kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya. Mulai dari kebutuhan fisik, keamanan, hubungan, posisi, hingga aktualisasi diri. Carl Rogers menungkapkan setiap orang berusaha mencapai dirnya yang ideal. Aktualisasi diri seseorang hadir saat ia mampu membuktikan dirinya berhasil mencapai tujuan dan keinginannya. Untuk mencapai potensi maksimal, orang harus dibesarkan dalam lingkungan yang sehat. Terdiri dari keaslian, penerimaan, dan empati. 

Pada dasarnya manusia bergerak guna memenuhi kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya. Mulai dari kebutuhan fisik, keamanan, hubungan, posisi, hingga aktualisasi diri.

Konsep diri menurut Carl Rogers terdiri dari tiga komponen. Pertama, pandangan seseorang tentang dirinya sendiri (self-images) yaitu bagaimana kita mencitrakan diri kita sendiri, berapa banyak nilai yang seseorang dapatkan pada diri sendiri (self-esteem atau self-worth), dan seperti apa sebenarnya yang diinginkan seseorang terhadap dirinya sendiri (ideal self). Carl Rogers berhipotesis bahwa orang yang sehat secara psikologis, secara aktif menjauhi peran yang diciptakan oleh harapan orang lain. Sebagai gantinya mereka melihat ke dalam diri sendiri untuk validasi. Sedangkan orang-orang yang neurotik (kepribadian penuh kecemasan) memiliki konsep diri yang tidak sesuai dengan pengalaman mereka. Mereka takut untuk menerima pengalaman pribadi mereka sebagai hal yang valid, sehingga mereka mendistorsi diri. Baik untuk melindungi diri sendiri atau mendapatkan pengakuan dari orang lain. 

Carl Rogers berhipotesis bahwa orang yang sehat secara psikologis, secara aktif menjauhi peran yang diciptakan oleh harapan orang lain. Sebagai gantinya mereka melihat ke dalam diri sendiri untuk validasi.

Menurut John Turner, konsep diri setidaknya memiliki dua level yaitu identitas personal dan identitas sosial. Bahwa sebenarnya kepribadian kita tidak hanya terbentuk dari dalam diri, selalu ada aspek sosial yang memengaruhi. Psikolog lainnya, Donald Winnicott, juga mengungkapkan hal yang serupa mengenai true self dan false self. Winnicott mengungkapkan bahwa diri kita yang tidak sebenarnya (false self) adalah kepribadian yang diharapkan dari lingkungan sosial kita, terkait dengan norma-norma yang dianut dalam masyarakat. False tidak berarti buruk, jika dilakukan untuk berkompromi dengan masyarakat, tetapi sebelum itu seharusnya dalam prosesnya ketika kita masih kecil, kita idealnya diberi kesempatan untuk manjadi diri kita yang sebenarnya (true self). Kalau kita ingin melihat seperti apa true self, kita bisa melihat perilaku dari anak kecil. Anak kecil bisa teriak dalam pesawat sekalipun, menangis jika sedih, tidur jika mengantuk dan lain sebagainya. Mereka bergerak berdasarkan keinginan mereka pada saat itu. Sayangnya terkadang beberapa diantara kita tidak diberi kesempatan untuk menjadi diri kita sendiri saat masih kecil. Jadi kita belum sempat menikmati fase menjadi diri sendiri (true self). Jika ditahan secara berlebihan, di masa depan kita bisa memiliki kepribadian yang destruktif.

Winnicott mengungkapkan bahwa diri kita yang tidak sebenarnya (false self) adalah kepribadian yang diharapkan dari lingkungan sosial kita, terkait dengan norma-norma yang dianut dalam masyarakat. False tidak berarti buruk, jika dilakukan untuk berkompromi dengan masyarakat, tetapi sebelum itu seharusnya dalam prosesnya ketika kita masih kecil, kita idealnya diberi kesempatan untuk manjadi diri kita yang sebenarnya (true self).

Kesadaran bahwa diri kita memiliki banyak elemen adalah hal yang perlu dipikirkan. Carl Jung mengatakan ada empat poin yang perlu dipikirkan. Pertama yaitu persona yang dapat dimaknai sebagai versi diri kita yang dilebih-lebihkan dan kita harap dapat memberikan kesan bagi orang lain terhadap diri kita. Kedua ada shadow yaitu segala sesuatu yang telah kita sangkal dalam diri kita dan dilupakan, kita mungkin mengenali hal ini di orang lain. Berikutnya adalah anima dan animus yakni kualitas feminin dan kualitas maskulin. Diri adalah sekumpulan dari segala susatu yang ada dalam diri kita sekarang, dulu, dan potensi-potensi kita di masa depan. Serta secara keseluruhan dari hal itu. Berdasarkan teknik Johari Window ada empat kepribadian yang kita miliki yaitu Arena (saya tahu-orang lain tahu), Blind Spot (saya tidak tahu-orang lain tahu), Hidden (saya tahu-orang lain tidak tahu), Unknown (saya tidak tahu-orang lain tidak tahu).

Brian Little mengungkapkan bahwa kita memiliki personal project yaitu bagaimana kita bersikap terhadap hal-hal yang bernilai untuk kita. Bisa jadi orang-orang terdekat kita atau pekerjaan kita sehari-hari. Saat kita melakukan pekerjaan mungkin kita dituntut untuk berubah misalnya sebenarnya kita orang yang sangat banyak bicara tapi bekerja sebagai penjaga perpustakaan maka kita menahan diri untuk diam. Atau sebaliknya sebenarnya kita sangat pemalu tetapi diminta untuk bisa berani saat presentasi. Uniknya hal yang berlawanan dari kepribadian kita ini lah yang membuat diri kita dan dikenali oleh orang lain. 

Related Articles

Card image
Self
Perbedaan dalam Kecantikan

Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak akan pernah terpisahkan. Cantik kini bisa ditafsirkan dengan beragam cara, setiap orang bebas memiliki makna cantik yang berbeda-beda sesuai dengan hatinya. Berbeda justru jadi kekuatan terbesar kecantikan khas Indonesia yang seharusnya kita rayakan bersama.

By Greatmind x BeautyFest Asia 2024
01 June 2024
Card image
Self
Usaha Menciptakan Ruang Dengar Tanpa Batas

Aku terlahir dalam kondisi daun telinga kanan yang tidak sempurna. Semenjak aku tahu bahwa kelainan itu dinamai Microtia, aku tergerak untuk memberi penghiburan untuk orang-orang yang punya kasus lebih berat daripada aku, yaitu komunitas tuli. Hal ini aku lakukan berbarengan dengan niatku untuk membuat proyek sosial belalui bernyanyi di tahun ini.

By Idgitaf
19 May 2024
Card image
Self
Perjalanan Pendewasaan Melalui Musik

Menjalani pekerjaan yang berawal dari hobi memang bisa saja menantang. Menurutku, musik adalah salah satu medium yang mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa. Terutama, dari kompetisi aku belajar untuk mencari jalan keluar baru saat menemukan tantangan dalam hidup. Kecewa mungkin saja kita temui, tetapi selalu ada opsi jalan keluar kalau kita benar-benar berusaha berpikir dengan lebih jernih.

By Atya Faudina
11 May 2024