Self Work & Money

Mengadaptasi Sifat Anak-Anak

Semakin berumur, kita dituntut untuk bersikap dewasa. Membuat keputusan rasional, mandiri dalam bertindak, berpikir logis, dan lain sebagainya. Apalagi bila kita memegang kendali atau menempati posisi tertentu di suatu perusahaan. Entah perusahaan milik kita sendiri atau bukan, kita pasti diharapkan untuk bersikap profesional. Sepertinya, terlihat serius sekali, ya. Padahal, tidak ada salahnya kita sesekali kembali menyelami masa muda kita dengan meminjam beberapa sifat anak-anak,untuk membantu kita menyelesaikan atau memecahkan persoalan kita dalam pekerjaan.

Bersifat seperti anak-anak bukan berarti kekanakan.

Bersifat seperti anak-anak bukan berarti kekanakan. Kadangkala, kita salah paham antara bersifat seperti anak-anak (childlike) dan menjadi kekanakan (childish). Childish artinya orang dewasa yang umumnya memiliki sifat kekanakan, seperti egois, manja, dan seperti anak-anak yang belum mengerti banyak hal. Sementara childlike, artinya seseorang bisa saja sengaja mengadaptasi atau mempertahankan sifat anak-anak yang dimilki, seperti jujur, keingintahuan yang tinggi, penuh energi, serta antusiasme, yang memang baik dan akan berguna dalam kehidupan. Kedua kata tersebut hampir mirip namun sebenarnya memiliki arti berbeda, di mana satu cenderung ke sisi positif, sementara yang lain berada di sisi sebaliknya.

Saat kita menjalankan suatu bisnis atau dalam pekerjaan apapun, bagi saya, ada beberapa sifat anak-anak yang dapat kita adaptasi. Yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity), tidak berhenti belajar, imaginatif, serta merasa bahagia. Pertama, curiosity atau rasa keingintahuan, adalah mengenai bagaimana kita dapat selalu menanyakan kata ‘mengapa’ di setiap hal. Seringkali, kita sebagai orang dewasa cenderung tidak bertanya sebanyak anak-anak. Saat kita kecil, kita banyak sekali bertanya mengapa, mengapa, dan mengapa, namun mulai berhenti saat kita beranjak dewasa. Kita umumnya telah memiliki opini akan suatu hal sehingga jarang mempertanyakannya kembali. Padahal, belum tentu apa yang telah kita ketahui mencakup semuanya.

Bagi saya, ada beberapa sifat anak-anak yang dapat kita adaptasi. Yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity), tidak berhenti belajar, imaginatif, serta merasa bahagia.

Saat ada masalah, biasanya saya selalu mulai dari sebuah kertas kosong. Saya akan menulis semua kemungkinan yang dapat saya lakukan atau yang ada, mencari jalan keluar, dan seringkali dari sini, saya malah dapat menemukan opsi lainnya yang berada di luar apa yang telah kita tuangkan di atas kertas.

Kedua, sebagai anak-anak pun, kita tidak berhenti belajar. Akan selalu ada hal baru yang mereka temui dan pertanyakan. Satu hal yang saya pelajari dari ayah saya adalah, beliau selalu siap untuk mempelajari hal baru. Bila kita tidak membiasakan diri belajar secara terus menerus, kita tidak akan pernah tahu kesempatan apa saja yang berada di luar sana.

Bila kita tidak membiasakan diri belajar secara terus menerus, kita tidak akan pernah tahu kesempatan apa saja yang berada di luar sana.

Ketiga, jangan berhenti berimajinasi. Imajinatif bukan berarti membayangkan kastil, unicorn, putri, dan lain sebagainya. Namun, apabila kita memiliki suatu hal yang harus diselesaikan, jangan terpaku pada suatu hal yang konvensional saja. Bila kita berpaku pada hal yang konvensional atau sudah berlaku pada umumnya, dalam industri mobil tidak akan ada yang namanya mobil listrik, biodiesel, atau bahkan mobil terbang. Berimajinasi berarti menggunakan imajinasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan, bukan mengawang-awang. Penerapannya antara lain belajar serta berkolaborasi dengan industri lain untuk menemukan solusi baru.

Kadang-kadang sebagai orang dewasa, kita cenderung mencari satu keping puzzle yang hilang untuk merasa bahagia.

Terakhir, anak-anak di manapun pasti mencari kebahagiaan. Mereka pun dapat menemukan kebahagiaan di hal-hal kecil dalam hidup. Kadang-kadang sebagai orang dewasa, kita cenderung mencari satu keping puzzle yang hilang untuk merasa bahagia. Mengapa harus demikian? Kebahagiaan tidak selalu mengenai promosi jabatan, investasi yang diperoleh, ataupun hal-hal lainnya yang terukur oleh angka. Kebahagiaan dapat diperoleh di mana saja. Bukan dengan melihat apa yang lain telah orang lain miliki lalu merasa sedih karena tidak berhasil memperolehnya, namun dengan melihat kondisi apa yang kita miliki saat ini. Mungkin agak cukup sulit dengan adanya media sosial seperti saat ini karena mau tidak mau, secara tidak sadar akan membuat kita membandingkan diri dengan melihat hal-hal terbaik dari orang lain. Tapi sebenarnya, apa yang kita lihat tesebut adalah sisi hidup orang lain yang telah diedit. Tidak mungkin kan kita mempertunjukkan suatu hal yang negatif akan diri kita? Abaikan saja distraksi tersebut. Merasa cukuplah dengan menghargai apa saja yang telah kita miliki. Dari sini, barulah kita akan merasa lebih bahagia. Itulah apa saja yang dapat kita pelajari dari anak-anak.

Merasa cukuplah dengan menghargai apa saja yang telah kita miliki. Dari sini, barulah kita akan merasa lebih bahagia.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024