Self Health & Wellness

Untuk Yang Naik Tak Kunjung Turun

Jansen Ongko

@jansen_ongko

Ahli Gizi & Olahraga

Fotografi Oleh: Ayunda Kusuma

Ada banyak jalan dan rumus untuk menjadi langsing, sehat dan bugar. Sayangnya, banyak orang memakai rumus seragam yang belum tentu cocok untuk kebutuhannya.

Saat-saat sehabis liburan seperti sekarang, salah satu topik pembicaraan yang kerap berseliweran dalam percakapan baik di dunia nyata maupun maya umumnya seputar berat badan yang bertambah dan kehebohan tentang cara apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengembalikan berat badan pada jarum timbangan yang seharusnya. Bila dalam waktu tertentu berat badan yang seharusnya itu tak juga berhasil diperoleh, maka pembicaraan selanjutnya adalah tentang kegagalan diet dan latihan yang dilakukan. Pertanyaan yang kemudian merebak biasanya adalah, kenapa program diet atau latihan yang dilakukan tak bekerja dengan baik?   

Pertanyaan yang sebenarnya tak tepat dilontarkan. Hal pertama dan paling utama yang perlu dipertanyakan sebenarnya adalah, apakah benar program diet atau latihan yang kita lakukan adalah metode yang paling tepat untuk dipilih?  Sebab tidak semua orang bisa berhasil kurus atau sehat dengan satu metode yang sama. Ada kalanya orang perlu rumus yang lain sebab setiap orang memiliki gol dan permasalahannya sendiri.

Selama hampir 17 tahun menjadi coach, saya menemukan beberapa faktor yang membuat orang merasa dirinya gagal diet atau latihan sehingga tubuh ideal tak juga mereka peroleh. Faktor pertama adalah pola pikir. Di zaman yang serba cepat seperti sekarang, kebanyakan orang menganggap segala sesuatu harus segera kelihatan hasilnya. Semua ingin serba instan sehingga lupa bahwa pada segala hal yang menampakkan hasil, ada proses yang harus dilalui untuk mencapainya. Kebiasaan instan ini yang membuat banyak orang mudah menyerah atau bahkan merasa gagal melakukan diet atau latihan. Banyak orang kerap berpikir dan berekspektasi, diet dan latihan yang dilakukannya merupakan program yang bisa dilakukan secara instan layaknya penyebaran informasi di media sosial. Ini membuat kita kurang atau bahkan tidak lagi menghargai proses.

Padahal kalau berbicara tentang pola makan, kesehatan, kebugaran dan apa pun yang berhubungan dengan fisik atau kesehatan, selalu terkait dengan proses. Seseorang menjadi gemuk saja juga ada prosesnya. Pola makan yang tidak baik, istirahat yang kurang, stres yang tinggi, semua bisa menuju pada kelebihan berat badan. Begitu juga dalam menurunkannya. Pasti dibutuhkan proses. Berat badan, terlebih ketika ia sudah berada dalam posisi berlebihan, akan membutuhkan waktu untuk bisa dikurangi.

Sayangnya, berbagai komodifikasi kesehatan dan kebugaran yang kerap penuh janji manis tentang hasil yang instan dari penyedia jasa terkait membuat ekspektasi orang menjadi berlebihan. Konsumen datang dengan keinginan besar untuk segera mendapat hasil. Sehingga setelah beberapa waktu hasil yang diinginkan segera terwujud itu tak kunjung tercapai, konsumen yang dengan cepat kehilangan semangat itu langsung menganggap usahanya gagal.

Kebanyakan orang menganggap, turun berat badan itu sesederhana 1-1=0 dan begitu yakin rumus itu bisa diterapkan untuk semua orang sambil berharap hasil yang diperoleh sama pula. Padahal, untuk menjadi sehat atau lebih tidak sehat itu proses. Tubuh manusia tidak bekerja dengan rumus yang baku seperti itu. Ada banyak faktor lain yang perlu pula jadi bahan pertimbangan seperti faktor hormonal, faktor psikologis, faktor kebiasaan dan lainnya. Faktor-faktor ini yang membuat rumus 1-1=0 itu tidak bisa diterapkan sama pada semua orang, apalagi menganggap hasilnya akan linear.

Turun naik berat badan itu tidak mungkin linear. Ada kondisi dan tantangan yang berbeda seperti misalnya, pada perempuan, ada saat di mana dia mengalami menstruasi, ada pula tekanan pekerjaan yang berbeda dan sebagainya. Lalu lebih lanjut, kita juga kerap melakukan generalisasi persoalan. Misalnya mengira kegemukan itu terjadi karena kelebihan makan, terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, kelebihan kalori dan sebagainya. Padahal seseorang mengalami kegemukan bukan karena kebanyakan makan saja, tapi kebanyakan karena menjadikan makan sebagai pelarian sehingga ia makan di luar apa yang dibutuhkan.

Hal ini yang membuat saya sering sekali mengatakan, “Don’t be a fit people with the broken mind.” Sebab sepanjang pengalaman saya, ada banyak sekali orang-orang yang secara fisik sehat, tapi mengalami berbagai persoalan psikologi dan gangguan perilaku seperti anoreksia, bulimia, ketergantungan pada obat-obatan pelangsing dan lainnya yang sebenarnya tidak boleh digunakan demi mencapai bentuk atau berat tubuh ideal yang mereka inginkan. Memang dalam waktu yang singkat berat badan ideal mungkin bisa didapat, tapi hal tersebut sangat berbahaya untuk jangka panjang. Baik untuk kesehatan fisik dan mental.

Itu mengapa saya selalu menyarankan semua orang untuk memperbaiki pikiran terlebih dahulu. Fix your mindset first, then we talk about health, exercise and everything. Sebab diet atau latihan yang dimulai dengan pola pikir yang salah, ujung-ujungnya sudah pasti salah. Karena untuk sukses menurunkan berat badan, seseorang perlu memahami bahwa badan yang sehat itu bukan sekadar kurus saja, atau bahwa kalau lemak tubuhnya sedikit dia akan serta merta sehat. Banyak sekali pendapat-pendapat yang harus diperbaiki sebelum memulai diet dan berolahraga. Ada akar permasalahan yang perlu dicari terlebih dahulu sebelum memulai semuanya.

Jadi, daripada langsung memberikan program solusi berbentuk program latihan atau program diet, akar masalahnya di-address dulu. Itu yang saya maksudkan sebagai “fix your mindset. Setelah pikiran benar, latihan atau diet akan bisa berjalan bersamaan dan ini yang sebenarnya paling ideal. Orang sering take it for granted untuk urusan kesehatan. Selalu berpikir bahwa kesehatan dan kebugaran itu tidak perlu dijaga, padahal olahraga adalah sebuah keharusan dan kebugaran itu sesuatu yang harus dicapai. Bukan tiba-tiba datang dengan kalimat, “Mudah-mudahan saya sehat.” Tidak akan bisa.

Tantangan terbesar pun pasti akan ditemui oleh orang yang malas latihan, tapi ingin badannya bagus, atau hobi berwisata kuliner tapi tidak mau mematuhi diet, dan berbagai pola gaya hidup lain yang dapat menyebabkan akumulasi kalori. Kalau pola pikirnya belum benar, upaya apa pun tidak akan bisa bergerak jauh dan akan lama sekali mendapat hasil nyata dari program apa pun yang dilakukan. Ini yang membuat orang merasa gagal diet. 

Selain pola pikir ada pula tantangan yang perlu diperhatikan, yakni banyaknya “oknum-oknum” yang memanfaatkan insecurity banyak orang yang ingin menurunkan berat badan, menawarkan program-program yang instan dengan menjadikan dirinya sebagai bandingan. Itu kan akan membuat orang-orang tertarik, apalagi kalau mereka cukup dikenal. Dalam memberikan advis-advis itu, kita memang harus menyentuh sisi emosional atau reptilian brain-nya.

Adakalanya, orang yang berniat menurunkan berat badan itu bukan semata karena mereka merasa gemuk saja. Bisa saja  karena mengalami body shaming, atau bahkan alasan-alasan lain seperti ingin memakai lagi baju yang dia beli saat kuliah, misalnya, atau ingin terlihat cantik di mata pasangan karena dia selalu dibandingkan dengan orang lain. Bila persoalan-persoalan ini tidak diselesaikan lebih dahulu, walaupun berat badannya sudah sampai di level yang ideal, perasaan bahwa tubuh yang dimiliki tidak ideal akan masih terus ada.

Maka, hal paling penting yang harus dibetulkan terlebih dahulu adalah soal menerima dan mencintai tubuh sendiri. Kita harus memiliki kesadaran yang baik dan berusaha mencintai diri kita lebih baik dulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Sebab apa pun yang digerakkan oleh kebencian, emosi negatif, dendam dan sebagainya, hanya akan membawa kita pada kesalahan lainnya.

Kalau seseorang sudah memiliki pola pikir yang baik, dan sudah mencintai tubuhnya, eventually, mereka tidak akan mengubah apa pun. Mereka akan tetap berpegang pada rencana karena tahu alasan atau tujuannya.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024