“Perasaan apakah ini? Mengapa setiap kali seseorang mencoba untuk dekat, aku selalu berusaha mencari cara untuk menjauh darinya? Bahkan tak jarang mencari masalah yang tak ada,” kata suara hati setiap kali ada seseorang yang ingin masuk lebih dalam ke hidupmu. Suara-suara seperti ini bisa jadi menjadi sebuah kode untuk kamu mensinyalir adanya ketakutan akan keintiman. Ya, kamu takut ketika ada orang yang amat memperhatikanmu, peduli padamu, dan mencoba meruntuhkan bentengmu. Biasanya yang akan kamu lakukan adalah mencoba mencari-cari kesalahan orang tersebut, atau bisa jadi kesalahanmu sendiri. Berkata, “Aku tidak layak dicintai” atau “Aku ditakdirkan untuk sendirian.” Kenyataannya, semua itu hanyalah di kepalamu. Kamu layak dicintai dan ditakdirkan untuk hidup bersama manusia lainnya yang peduli padamu.
Ketakutan akan keintiman biasanya terjadi ketika ada trauma di masa lalu. Bisa jadi kamu pernah mengalami kejadian buruk soal dekat dengan orang yang amat kamu sayangi. Ditinggalkan orang terdekat, merasa “ditolak” oleh lingkunganmu, atau bahkan mengalami kekerasan mental atau fisik yang dilakukan oleh orang-orang terdekat. Hasilnya setiap kali kamu bertemu dengan seseorang yang menunjukkan niat untuk masuk ke dalam hidupmu, secara tidak sadar kamu langsung membuat program di benakmu: tolak dia, jauhkan diri darinya. Kamu merasa tidak tahu bagaimana caranya membalas perasaan atau perlakuan yang sama. Meragukan bahwa orang tersebut akan berada di sekitarmu selamanya. Takut kamu akan menjatuhkan ekspektasi tinggi padanya namun dia mengecewakan pada akhirnya. Pertanyaannya sekarang adalah mau sampai kapan kamu menolak perhatian, kepedulian bahkan cinta dari orang-orang yang tulus memberikannya padamu? Kenyataannya kita manusia diciptakan tidak untuk hidup sendirian. Kita membutuhkan orang lain untuk berjalan bersama. Entah sebagai pasangan, teman, atau keluarga.
Pertanyaannya sekarang adalah mau sampai kapan kamu menolak perhatian, kepedulian bahkan cinta dari orang-orang yang tulus memberikannya padamu?
Ketakutan hanyalah ada di pikiran kita saja. Ia akan tinggal jika kita membiarkannya tinggal. Sebaliknya, ia bisa pergi jika kita membuka pintu dan membiarkannya keluar. Kamu hanya perlu tahu bagaimana caranya untuk mulai menghembuskan ketakutan itu. Dimulai dengan menerima segala emosi dan perasaan dari trauma masa lalu. Menerima. Sebuah kata yang sulit dilakukan namun tak mustahil diterapkan. Dibutuhkan latihan secara rutin untuk dapat perlahan menerima segala kondisi yang ada saat ini dan yang sudah berlalu. Bernapas dapat menjadi medium untukmu mencoba menerima perasaan negatif setiap kali diingatkan akan rasa takut yang muncul. Sebelum menolak bulat-bulat perhatian atau kedekatan dari orang lain cobalah untuk mengatur napas, mengolah perasaan dan emosi yang ada. Ingatkanlah dirimu bahwa kejadian yang ada di masa lalu, ketakutan kehilangan seseorang atau disakiti orang tercinta sudah berlalu.
Dibutuhkan latihan secara rutin untuk dapat perlahan menerima segala kondisi yang ada saat ini dan yang sudah berlalu.
Tahap berikutnya adalah belajar mencintai diri sendiri. Berhentilah menjadikan dirimu korban. Mengingat rasa sakit di masa lalu dan menyimpannya dalam hati hanya akan terus menjadikanmu korban. Dan tentu saja ini merupakan kebalikan dari mencintai diri sendiri. Yakinlah bahwa kamu adalah pribadi yang kuat. Pribadi yang bisa bangkit dari keterpurukan dan tidak mendasari hidup dari masa lalu. Pribadi yang sudah berhenti menyalahkan masa lalu. Sebab hal tersebut hanya akan membuatmu terjebak di masa tersebut dan tidak membuatmu ke mana-mana. Jika kamu mencintai dirimu, berhentilah menyakiti diri dengan ingatan dan rasa takut dari masa lalu. Rawat dan nutrisilah hatimu dengan pelajaran yang bisa kamu ambil untuk melangkah ke depan.
Jika kamu mencintai dirimu, berhentilah menyakiti diri dengan ingatan dan rasa takut dari masa lalu.
Pelajarilah tanda-tanda ketakutan yang hendak muncul. Tidak ada yang lebih tahu dirimu selain dirimu sendiri. Oleh sebab itu hanya kamu jugalah yang tahu pertanda apa yang akan muncul sesaat ketakutan akan keintiman muncul. Misalnya saat kamu sedang berhubungan dengan seseorang dan tidak ada masalah apapun, tiba-tiba kamu berusaha mencari kesalahannya atau kesalahanmu untuk melakukan sabotase pada hubungan. Ketahuilah pertanda ini dan segera pertanyakan diri, “Apakah ini adalah caraku untuk kabur dari keintiman?” atau “Apakah aku melakukan ini karena rasa takut disakiti?” dan sebagainya. Pelajari apa yang sebenarnya membuatmu takut kemudian sadarilah bahwa kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang dengan tidak membiarkan dirimu tertelan rasa takut.
Semua itu bisa dilakukan jika kamu banyak melakukan komunikasi dengan dirimu sendiri. Berelasi dengan benak dan hati. Terbukalah dengan dirimu sendiri. Jangan menyangkal emosi atau perasaan yang bergejolak. Tentu saja memahami dirimu sendiri butuh waktu, tapi selama kamu selalu berniat untuk terus belajar memahami diri sendiri lama-kelamaan kamu akan mengerti bagaimana cara mengendalikan dirimu sendiri. Nantinya rasa takut akan keintiman dengan seseorang yang menawarkannya akan perlahan menghilang sebab kamu sudah bisa intim dengan dirimu sendiri. Pahamilah dirimu sendiri baru setelahnya memahami orang lain. Lambat laun kamu akan juga mengerti bagaimana mencintai orang lain lebih baik karena kamu tahu bagaimana cara mencintai dirimu sendiri.