Self Lifehacks

Saatnya Berteman Dengan Keadaan

Aulia Meidiska

@auliamei

Penulis

Fotografi Oleh: Samantha Gades (Unspalsh)

“Seandainya ada mesin waktu, saya ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki keadaan.”

“Seandainya ada mesin waktu, saya ingin pergi ke masa depan supaya tahu apa yang harus dilakukan saat ini.”

Sayangnya, mesin waktu hanyalah ada di dalam adegan film. Belum ada yang bisa membuktikan bagaimana cara kita dapat melakukan perjalanan waktu, atau menembus batas ruang. Sayangnya, kita terjebak dengan konsep waktu yang linear bukan sirkular. Hanya bisa maju bersamanya. Kalau dipikir-pikir lagi, harapan untuk mengulang kembali waktu atau melaju ke masa depan, tidak jarang terlintas di benak kita, bukan? Sampai-sampai lahir para filsuf yang berupaya menerangkan soal kerja waktu. Sampai-sampai muncul sejumlah ilmuwan yang meneliti soal waktu dan berupaya keras membuat mesin ruang dan waktu.

Terasa seperti hanya angan-angan sesaat memang. Namun jika boleh kita renungkan kembali, kenapa sih keinginan itu bisa terlintas di benak? Di saat yang sama ketika mendaraskan keinginan tersebut dalam hari kita pun mengembalikan diri pada masa lalu. Menghempaskan diri pada memori yang tak kita mengerti mengapa tak pernah hilang. Tak jarang kala menyapa ingatan tersebut jantung kita terenyuh. Raut wajah pun mengerut, hampir-hampir kita meneteskan air mata. Mengapa kita begitu ingin memperbaiki masa lalu yang tidak bisa kita ubah kembali? Bahkan ada rasa menyesal seketika pikiran itu merasuk. Memang, kita tak pernah bisa mengatur kapan memori di masa lalu itu kembali. Tak ada tombol on dan off untuk itu. Tetapi kenapa kita tidak mencoba untuk merelakan kejadian di masa lalu dan berusaha berteman dengan masa kini? Mengapa kita tidak menjadikan masa lalu sebagai pelajaran bukan landasan teori masa kini apalagi masa depan? Apa yang terjadi di masa lalu belum tentu akan terjadi di masa sekarang atau masa depan. Apalagi jika kita mau berusaha untuk memperbaiki diri di masa sekarang. 

Seringkali kita merasa baik-baik saja dan menyangkal perasaan kita sendiri karena takut mengakui kesalahan atau menerima situasi pahit.

Banyak faktor yang membuat kita seolah sulit memaafkan masa lalu sehingga sulit menerima keadaan saat ini. Salah satunya adalah penyangkalan. Seringkali kita merasa baik-baik saja dan menyangkal perasaan kita sendiri karena takut mengakui kesalahan atau menerima situasi pahit. Dan selama kita masih berada dalam penyangkalan selama itu pulalah secara tidak sadar dalam otak terus memberikan sinyal ketakutan bahwa semuanya mungkin tidak akan berjalan baik-baik saja. Misalnya saja dalam kasus hubungan asmara. Banyak orang yang tidak bisa lepas dari masa lalunya karena berusaha keras menyangkal bahwa dia tidak baik-baik saja. Mereka berusaha tegar menghadapi kesedihan putus cinta hingga mencari orang lain untuk menggantikan pasangan di masa lalu. Tentu saja hasilnya akan buruk. Seringnya orang tersebut hanya akan memunculkan rasa tidak aman karena sebenarnya dia memaksakan diri untuk menyimpan rapat-rapat apa yang sebenarnya dirasakan. Bahkan dengan pasangan yang baru dia hanya akan membandingkan hubungannya sekarang dengan hubungannya dulu. Dan  jika di hubungan sekarang ada yang kurang berkenan dia akan memanggil kembali sang mesin waktu masa lampau dan berharap bisa menjelajahi kembali tempo dulu.

Berkata jujur pada diri sendiri tentang apa yang dirasakan, dialami, sebenar-benarnya, membantu kita untuk lebih cepat berteman dengan kondisi di masa sekarang.

Berkata jujur pada diri sendiri tentang apa yang dirasakan, dialami, sebenar-benarnya, membantu kita untuk lebih cepat berteman dengan kondisi di masa sekarang. Sehingga apa yang terjadi di masa lalu adalah pelajaran berharga untuk masa kini dan sebagai pengingat seberapa jauh kita sudah melangkah di masa kini, melewati ruang hampa masa lalu tersebut. Bukan hanya hal buruk tapi juga hal baik yang terjadi di masa kini. Akuilah emosi yang sedang dirasakan. Apabila saat ini kamu sedang merasa kesepian, akuilah pada diri sendiri dan mungkin pada orang terdekat. Jangan gengsi meminta bantuan untuk ditemani kala kesepian. Jangan justru terjebak pada ingatan menyenangkan di masa lalu dan berharap untuk mengulangnya kembali untuk menghilangkan rasa sepi itu. Carilah solusinya di masa kini. Apa yang bisa kamu lakukan untuk diri sendiri dengan keadaan yang ada saat ini. Kalau tidak ada orang lain yang bisa menemani cobalah untuk melakukan hal sederhana yang bisa mengurangi rasa sepi. Keluar rumah, lakukan hal yang belum pernah dilakukan seperti mengajak ngobrol orang asing di kafe terdekat.

Pada dasarnya apa yang kita lakukan hari ini adalah investasi untuk masa depan.

Begitu pula dengan keinginan menjelajahi masa depan. Kenapa sih kita tidak sabar untuk melihat masa depan? Sampai-sampai harus pergi ke peramal demi mengantisipasi keadaan? Bukannya kita akan lebih bahagia ketika apa yang terjadi di depan adalah kejutan untuk kita? Bukannya kita akan lebih bangga ketika tahu kita bisa melewati proses menuju ke hari esok dengan segala macam usaha? Kalau kita sudah tahu apa yang akan terjadi di masa depan bukannya kita malah justru akan berhenti berusaha dan menghargai proses? Sama saja seperti sudah mengetahui jalan cerita sebuah film padahal filmnya belum tayang. Akhirnya tidak lagi bersemangat menyaksikan filmnya nanti. Pada dasarnya apa yang kita lakukan hari ini adalah investasi untuk masa depan. Jadi mengapa tidak fokus saja dengan apa yang dilakukan saat ini, bersabar hingga waktunya datang untuk kita merasakan investasi tersebut sambil tersenyum puas berkata, “Sudah kubilang sabar saja apa yang kamu tabur akhirnya bisa kamu tuai juga. Tepat pada waktunya”.

 

 

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024