Perjalanan menuju dewasa, bagi sebagian orang sering kali identik dengan kesepian. Ketika beranjak dewasa, kita seolah dituntut untuk mulai mengambil kendali dan bertanggung jawab akan banyak hal, termasuk diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita. Lantas seiring berjalannya waktu perasaan sepi perlahan menjadi kawan yang terasa lebih familiar dibandingkan sebelumnya.
Dulu, berteman mungkin bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Saat remaja, rasanya kita akan selalu punya teman. Bisa jadi teman sekelas, teman satu ekstrakulikuler, teman les, atau bahkan teman bermain di sekitar lingkungan rumah. Tanpa disadari, berteman kini menjadi sebuah kemampuan yang bisa terasa menyulitkan.
Saat remaja, rasanya kita akan selalu punya teman. Bisa jadi teman sekelas, teman satu ekstrakulikuler, teman les, atau bahkan teman bermain di sekitar lingkungan rumah. Tanpa disadari, berteman kini menjadi sebuah kemampuan yang bisa terasa menyulitkan.
Sebuah penelitian di Kanada pada tahun 2009, menunjukkan bahwa 33% orang dewasa mengakui bahwa dirinya merasa kesepian. Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa orang yang menganggap bahwa memiliki teman baru adalah hasil dari ketidaksengajaan atau keberuntungan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk merasa kesepian. Artinya, memang ketika kita beranjak dewasa pada akhirnya berteman memang membutuhkan usaha lebih.
Menghabiskan waktu sendirian memang tidak selalu buruk. Ada banyak hal menarik yang justru baru terlihat saat kita sedang menyendiri. Meski begitu, memiliki seseorang untuk berbagi keluh kesah dan kebahagiaan menjadi hal yang juga kita butuhkan untuk bisa berfungsi dengan baik sebagai manusia yang berbahagia.
Ada banyak hal menarik yang justru baru terlihat saat kita sedang menyendiri. Meski begitu, memiliki seseorang untuk berbagi keluh kesah dan kebahagiaan menjadi hal yang juga kita butuhkan untuk bisa berfungsi dengan baik sebagai manusia yang berbahagia.
Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Pertama, tentu saja tetap menjalin hubungan baik dengan teman-teman lama. Berada di fase hidup yang berbeda mungkin pada akhirnya membuat kita menjauh dari orang-orang yang tadinya terasa tidak akan terpisakan. Hal ini bukan berarti bahwa hubungan pertemanan yang sudah dijalin harus selesai begitu saja. Coba tanyakan kabar mereka saat ini dan kembali bertemu untuk berbagi pengalaman dan perubahan apa saja yang terjadi. Setiap orang pasti akan berubah, tapi bukan berarti ini akan selalu berujung dengan hubungan pertemanan yang selesai.
Berada di fase hidup yang berbeda mungkin pada akhirnya membuat kita menjauh dari orang-orang yang tadinya terasa tidak akan terpisakan. Hal ini bukan berarti bahwa hubungan pertemanan yang sudah dijalin harus selesai begitu saja.
Kedua, kamu bisa mencoba rutinitas baru. Kalau selama ini kamu hanya menghabiskan waktu dengan pekerjaan di kantor dan beristirahat di rumah, coba temukan kegiatan lain yang bisa kamu nikmati dan lakukan secara berkala. Misalnya, dengan ikut kelompok hobi atau juga kelas-kelas yang sesuai dengan minatmu saat ini.
Ketiga, gunakan media sosial sebagai sarana berkomunikasi dengan teman baru. Media sosial beberapa waktu terakhir memang tak jarang dianggap sebagai sumber stress. Terlebih dengan kemudahan membandingkan hidup dengan orang lain. Meski begitu, kita bisa mencoba mengembalikan alasan utama hadirnya media sosial yakni menghubungkan orang yang mungkin jauh secara fisik. Kamu bisa coba menemukan akun dengan kegemaran yang serupa, seperti komunitas game, musik, atau buku.