Rasanya kalau ditanya siapa yang tidak menyukai liburan, sedikit sekali orang yang akan mengangkat tangan. Ya, berlibur ke kota atau negara lain sudah menjadi kebutuhan manusia. Terutama manusia di peradaban modern yang butuh suasana berbeda setelah menjalani rutinitas dalam waktu tertentu.
Tapi pernah tidak kita bertanya pada diri sendiri mengenai tujuan berlibur itu sendiri? Apakah tujuan berlibur ke kota atau negara lain hanya karena kita ingin melarikan diri dari rutinitas dan kepenatan sehari-hari? Atau kita mau merasakan relaksasi yang dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan? Mempertanyakan tujuan perjalanan sebenarnya merupakan konsep pemikiran mindful atau berkesadaran. Tapi sebelum buru-buru mengartikan perjalanan berkesadaran, kita perlu tahu dulu arti mindfulness atau berkesadaran itu sendiri.
Secara sederhana, konsep mindfulness atau berkesadaran merupakan konsep yang mendorong kita untuk menyadari kondisi dan situasi diri saat ini. Dengan menerapkan konsep tersebut dalam keseharian, kita bisa lebih cermat atas apa yang terjadi di sekeliling dan menentukan pilihan dengan penuh kesadaran. Bukan sekadar membuat keputusan impulsif. Jadi, konsep ini bisa membantu kita melihat sesuatu yang berbeda di mana tidak ada penghakiman atau penyangkalan apapun. Saat bertemu dengan sesuatu yang baru di luar kebiasaan, kita bisa menerimanya dengan baik dan menjadikannya sebagai sebuah pengalaman baru.
Jika di keseharian kita sudah memahami konsep berkesadaran, saat melakukan perjalanan kita pun dapat menerapkannya. Jadi, kita bisa benar-benar menyadari apa yang kita ingin dapatkan dari perjalanan tersebut. Akhirnya, kita bisa lebih menikmati setiap waktu saat berlibur. Sebaliknya, kalau kita tidak menyadari tujuan dari perjalanan tersebut lalu sibuk sendiri dengan segala jadwal serta destinasi yang ingin dikunjungi, perjalanan dapat tidak menyenangkan. Setelah berlibur yang ada kita harus berlibur lagi karena merasa stres di liburan sebelumnya.
Berkata begini, bukan berarti kita tidak boleh punya rencana atau jadwal dalam perjalanan ke kota atau negara lain. Saya justru menyarankan untuk tetap membuat rencana agar tidak membuang waktu. Apalagi ketika berada di negara atau kota tertentu yang memiliki keterbatasan waktu dan jarak. Tanpa perencanaan yang matang, kita bisa jadi tidak juga menikmati perjalanan dan setiap destinasi yang dikunjungi. Sama saja seperti hidup, bukan? Kita butuh rencana untuk bisa menjalani keseharian agar tahu apa yang ingin dilakukan dan didapatkan. Meskipun tentunya dengan satu catatan, yaitu mengatur ekspektasi agar tetap dapat siap menerima apapun yang mungkin dialami di perjalanan. Maka, kita bisa tetap menikmati perjalanan tersebut.