Self Lifehacks

Percaya Pada Kata Hati

Helena Abidin

@helenaabidin

Fasilitator Meditasi

Fotografi Oleh: Giulia Bertelli (Unsplash)

Apabila mau disadari di masyarakat kita terdapat program yang membuat manusia seakan-akan selalu bertindak menggunakan otak saja. Sedari kecil kita diajarkan untuk berpikir menggunakan otak. Bahkan hingga kini ketika berbuat salah kita sering dikira tidak berpikir pakai otak. Padahal sebenarnya otak, akal, pikiran, bukan bagian satu-satunya untuk kita bereaksi dan berperilaku atas reaksi tersebut. Bahkan sebenarnya akal adalah bagian kedua yang harus kita gunakan saat ingin memutuskan melakukan sesuatu. Hati adalah bagian terpenting yang harus kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat riset yang dilakukan oleh Heartmath Institute yang membuktikan bahwa sebenarnya hati kita memiliki kandungan magnetik 5.000 kali dan elektrik 100.000 kali lebih kuat dibandingkan otak. Sehingga hati lebih kuat mempengaruhi kita dalam berpikir dan bertindak positif. Kalau mau dipikirkan kembali waktu masih berupa janin yang tumbuh lebih dahulu adalah jiwa. Degup jantung yang muncul lebih dahulu sebelum akhirnya muncul perkembangan otak.

Pemahaman ini pun disebut heartfulness. Sebuah cara di mana kita lebih mendengarkan hati, perasaan, dan intuisi dalam memutuskan berbagai hal dalam hidup. Pada dasarnya heartfulness tetap berasal dari praktek mindfulness sebagai katalis.Tetap menyadari perasaan dan pikiran yang terjadi dalam hidup dari momen ke momen. 

Heartfulness adalah sebuah cara di mana kita lebih mendengarkan hati, perasaan, dan intuisi dalam memutuskan berbagai hal dalam hidup.

Akan tetapi menerapkan heartfulness dalam kehidupan sehari-hari sama saja dengan mendasari semua perilaku dan pikiran dalam setiap situasi dengan hati. Reaksi dan perilaku yang berdasarkan kata hati selalu memiliki intensi kebaikan untuk diri sendiri, orang di sekitar bahkan hingga lingkungan dan planet bumi. Apapun yang berasal dari hati dan intuisi itu benar sedangkan yang berasal dari pikiran biasanya berasal dari logika dan ego. Hati menjadi “petunjuk atau kompas” dalam mengambil keputusan terhadap arah dan langkah kehidupan kita. Memutuskan dengan hati menggiring pada kehidupan yang lebih bahagia dan berdampak positif. Untuk mendengarkan kata hati pun dibutuhkan komunikasi yang intens dengan diri sendiri. Meditasi merupakan cara untuk melatih berkomunikasi dengan hati kita. Meski demikian, tetap dalam implementasi aktivitas sehari-hari kita harus menggunakan logika dan akal. 

Hanya saja tidak ada ukuran yang pasti untuk mengetahui apakah sudah benar dalam penerapan heartfulness itu sendiri dalam hidup. Setiap orang punya perjalanannya masing-masing dan cara mereka menerapkannya pun tergantung dari pengalaman hidup. Bagi diri saya sendiri, heartfulness benar-benar saya rasakan ketika saya akhirnya mengikuti kata hati untuk meninggalkan kehidupan korporat. Setelah mengikuti kata hati, hidup saya bertransformasi ke arah yang lebih positif. Awalnya saya hanya bermeditasi untuk mendapatkan ketenangan dan fokus. Namun ternyata meditasi membawa saya pada pengalaman yang lebih dalam. Mengenalkan saya pada heartfulness yang membuat saya lebih mendengarkan kata hati dan intuisi. Mendengarkan apa yang benar-benar membuat saya bahagia.

Mendengarkan apa yang benar-benar membuat saya bahagia.

Setelah berada dalam kehidupan korporat lebih dari 25 tahun, saya mengalami momen hidup dimana saya merasa hampa. Banyak faktor dalam hidup yang membuat saya menjadi pribadi yang “dingin”, perfeksionis dan penuh dengan ambisi untuk mencapai sukses. Pada satu titik tertentu saya pun akhirnya menanyakan kembali apa yang benar-benar membuat saya bahagia. Apakah karier yang saya geluti atau brand mobil mewah tempat saya bekerja atau hal lain? Logika dan ego saya pun berkata untuk tetap mempertahankan “kenyamanan” tersebut. Sampai setelah sering bermeditasi, ternyata hati saya berkata lain. Karir dan kesuksesan bukan segala-galanya, suara hati membimbing saya untuk meninggalkan dunia korporat.

Dialog dalam hati pun mulai tercipta. Di satu sisi terdapat suara dari ego yang mempertanyakan ketidakpastian saat meninggalkan pekerjaan. Tapi suara hati berkata untuk jangan takut dan saya akan baik-baik saja. Benar saja. Ketika saya mengikuti “panggilan” itu, meninggalkan posisi eksekutif saya dan menjadi fasilitator meditasi di The Golden Space Indonesia, saya merasa ruang yang kosong itu telah terisi. Kegiatan saya untuk membantu individu-individu menemukan kembali diri mereka yang memberikan kebahagiaan, dan saya bukan hanya baik-baik saja tetapi saya merasa tumbuh menjadi pribadi yang tanpa batas. Saya menyadari bahwa tidak ada yang tidak dapat saya lakukan untuk menciptakan kehidupan spiritual serta kesuksesan yang saya inginkan di dunia ini. Saat ini saya memperkenalkan mindfulness dan heartfulness ke dunia korporat.

Demikianlah saya merasa lebih kuat dan berani dalam menjalani kehidupan. Saya percaya bahwa banyak pikiran dari otak memberikan kekhawatiran, ketakutan, dan berkata bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu, bahwa kita akan gagal. Sebaliknya dengan hati kita akan lebih kuat dan berani ketika mengikuti suaranya dan percaya bahwa prinsip menggunakan hati akan menggiring kita pada situasi dan kehidupan tanpa batas. 

Pikiran dari otak memberikan kekhawatiran dan ketakutan. Sebaliknya dengan hati kita akan lebih kuat dan berani ketika mengikuti suaranya.

Related Articles

Card image
Self
Menemukan Kesenangan di Tengah Fluktuasi Hidup

Mungkin saat ini sudah mulai terasa klise, kalau masa-masa pandemi menjadi salah satu momen penting bagi banyak orang. Terasa klise karena kita adalah makhluk yang cenderung mudah lupa atau bergegas melewatkan dan melupakan hal yang tidak nyaman sudah menjadi metode bertahan, “anggap saja mimpi buruk yang sudah berakhir.”

By Lala Bohang
03 June 2023
Card image
Self
Kecantikan dari Alam

Topik vegan and clean beauty sedang hangat dibicarakan di kalangan beauty enthusiast karena dilansir lebih memiliki banyak manfaat serta ramah terhadap lingkungan.

By Greatmind
03 June 2023
Card image
Self
Menyelesaikan Dilema dalam Diri

Setiap orang pasti pernah merasakan momen dilema, saat dimana kita sedang bimbang untuk memutuskan ke mana arah yang kita tuju di persimpangan jalan. Aku juga pernah berada di fase tersebut. Seperti yang kamu juga mungkin tahu, di masa awal aku berkarir, aku masih belum menggunakan hijab.

By Terry Shahab
03 June 2023