Setiap hari kita dihadapkan dengan pilihan. Apalagi hidup di kota besar seperti Jakarta yang kini menyediakan semakin banyak pilihan untuk kemudahan beraktivitas. Saat ingin mencapai satu tujuan misalnya, kita sekarang bisa memilih begitu banyak transportasi umum untuk sampai di suatu destinasi. Mulai dari pesan ojek online, naik bus Transjakarta hingga – yang terbaru dan sedang jadi topik diskusi, MRT. Secara tidak sadar setiap hari kita pun menyusun strategi tertentu sebelum keluar rumah. Jalur mana yang ingin dilewati, mana yang lebih efektif dan efisien, mana yang tercepat untuk sampai hingga akhirnya sampai di tujuan tanpa berujung bilang pada diri sendiri: “coba saja kalau saya pilih jalan yang satu lagi.”
Proses memilih satu pilihan dari yang lainnya memang terkadang tidak mudah. Untuk hal sekecil menentukan transportasi dan jalur mana yang dipilih saja dapat merusak mood kita seharian jika tidak berjalan sesuai rencana, kan? Apalagi ketika kita dipertemukan dengan kondisi di mana keputusan tersebut akan sangat berdampak besar pada hidup kita. Perlu sekali adanya pertimbangan yang matang lewat pencarian informasi yang berkaitan demi pengokohan keputusan tersebut. Meski terasa sulit untuk menentukan satu pilihan yang tepat tapi penting untuk diketahui bahwa kita tetap harus memilih salah satunya. Tidak memilih bukanlah sebuah aksi memilih. Tidak memilih membuat kita diam di tempat dan bersembunyi dari kenyataan.
Tidak memilih bukanlah sebuah aksi memilih. Tidak memilih membuat kita diam di tempat dan bersembunyi dari kenyataan.
Memang dalam prosesnya, menentukan sebuah pilihan besar akan melibatkan beragam perasaan dan emosi. Belum lagi jika kita banyak berdiskusi dengan orang lain. Semakin banyak pertimbangan yang akan dimiliki. Itulah mengapa kita harus tahu benar sumber-sumber yang diajak berdiskusi. Apakah sumber tersebut terpercaya, bagaimana latar belakang sumber tersebut apakah absah untuk mempengaruhi kita dalam berpikir? Menjadi obyektif sangatlah diperlukan ketika membuat keputusan penting dalam hidup. Jangan bertanya pada orang-orang yang kita sudah tahu akan mengarah pada satu pemahaman yang tidak dapat membantu kita membuat pilihan. Ini untuk mencegah kita terprovokasi oleh pihak-pihak yang memiliki tujuan tertentu yang hendak mengarahkan kita pada pilihan yang mungkin tidak sesuai dengan kita sendiri. Itulah mengapa harus dipastikan untuk tidak terbawa emosi dan lebih bijak dalam mengolah opini orang lain.
Menjadi obyektif sangatlah diperlukan ketika membuat keputusan penting dalam hidup.
Nantinya setelah mulai terbentuk pro dan kontra mulailah untuk menghubungkan dengan nilai-nilai dan gol yang ingin dicapai. Apakah pilihan tersebut sesuai dengan idealisme diri? Apakah pilihan tersebut dapat membantu pencapaian suatu hasil? Jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu jika belum pasti dengan kepercayaan pada salah satu pilihan. Hal ini hanya akan memimpin kita untuk terpengaruh atau ikut-ikutan pilihan orang lain – yang menurutnya baik. Jujurlah pada diri sendiri dan hindari pemikiran “orang lain akan berkata apa tentang kita, ya?” apabila kita memilih yang berbeda dengan mereka.
Menentukan sebuah pilihan yang besar mungkin bagi sebagian orang memang seperti memaksa mereka melangkah ke luar zona nyamannya. Normal jika pada awalnya kita akan merasa ragu dan takut. Namun meskipun takut, bukan berarti kita harus meninggalkan pilihan yang ada. Apapun situasinya dan apapun pilihan kita, terkadang “pilihan yang tepat” adalah saat kita memilih pilihan yang sesuai dengan nurani.