Stoikisme adalah kerangka berpikir dalam hidup yang sangat berguna terutama ketika menghadapi situasi yang sangat menantang atau stress, kecemasan atau amarah. Stoikisme membantu kita tetap tenang sehingga mampu berpikir jernih, mengambil keputusan terbaik dan menghindari stress.
Di jaman modern, pola pikir ini menjadi dasar psikoterapi untuk depresi, cognitive behavioral therapy.
Stoikisme adalah filosofi praktis yang bisa kita latih dalam keseharian. Ini caranya:
(1) Latih Kemalangan (Premeditatio Malorum).
Latih apa yang paling kita takutkan, simulasikan. Kita takut dengan penderitaan — apa pun bentuknya. Untuk melatih ketangguhan menghadapi penderitaan, para stoik menyarankan kita melatih penderitaan dengan cara membayangkan atau bahkan mempraktekan skenario skenario terburuk yang bisa terjadi dalam hidup. Ini untuk melatih Anda, jika kemalangan benar-benar menimpa, Anda akan baik-baik saja.
Contoh, dua kali dalam setahuan, filsuf stoik Seneca menanggalkan baju bagus, memakai baju kumal dan kotor, tidur di lantai, makan roti yang sudah keras, dan minum air dari mangkuk hewan peliharaan. Intinya, dia tempatkan diri dalam kondisi tidak nyaman. Anda bisa latih kemalangan dengan cara hidup sangat sederhana atau membayangkan secara detil keadaan paling parah yang bisa terjadi, dan apa yang akan Anda lakukan bila harus hadapi keadaan itu. Berlatih kemalangan mempersiapkan kemampuan kita untuk tenang jika kemalangan sungguhan datang dalam hidup kita. Seneca mengatakan, "kemalangan yang tidak terduga seringkali yang paling menyakitkan, maka itu orang yang bijak sudah memikirkan kemalangan lebih dulu".
Seneca mengatakan, "kemalangan yang tidak terduga seringkali yang paling menyakitkan, maka itu orang yang bijak sudah memikirkan kemalangan lebih dulu".
(2) Dikotomi Kendali.
Ketika melihat situasi, bedakan apa yang bisa Anda ubah atau tidak, apa yang bisa Anda pengaruhi atau tidak. Sekeras apapun berusaha, Anda tidak akan bisa memaksa orang lain menyukai Anda kalau ia sudah memutuskan tidak suka dengan Anda. Pakai waktu dan tenaga Anda untuk mengubah apa yang bisa Anda ubah, tak usah buang waktu menggoyah hal yang tak bisa digoyah.
Tak usah buang waktu menggoyah hal yang tak bisa digoyah.
(3) Latih Persepsi.
Marcus Aurelius berkata, "Memilih untuk tidak tersakiti maka kita tidak akan tersakiti. Jangan merasa tersakiti, maka Anda tak akan tersakiti". Misal, ketika mengharapkan promosi, ternyata kolega yang naik jabatan. Anda bisa memutuskan apakah mau terus menggerutu atau menjadikan momen ini sebagai motivasi tambahan untuk bekerja lebih tekun.
(4) Melihat Sesuatu dengan Perspektif Luas atau Melihat dari Atas.
Ketika mengamati sesuatu, mundur selangkah, zoom out, untuk melihat sesuatu dengan konteks yang lebih luas. Seperti seorang astronot melihat bumi, ini mengingatkan kita betapa kecilnya kita. Seperti kata filsuf Stoik Pierre Hadot, “Memandang dari atas mengubah penilaian kita pada sejumlah hal. Kemewahan, kekuasaan, perang dan sejumlah kekhawatiran dalam hidup sehari-hari jadi terlihat konyol.”
(5) Ingat: Tidak Ada yang Kekal dalam Hidup Ini.
Status, reputasi, prestasi, barang atau orang, kehadiran semua ini tidak ada yang permanen dalam hidup kita. Yang penting bagi seorang stoik adalah sekarang, menjadi orang baik dan melakukan hal yang benar, selama kita masih hidup.
(6) Memento Mori.
Ingatlah kematian. Dalam bukunya Meditations, Marcus Aurelius menulis “kita bisa meninggalkan hidup ini kapan saja. Jadikanlah ini penentu apa yang kita lakukan, katakan dan pikirkan dalam hidup ini” Memikirkan kematian menjadi pemikiran yang depresif jika kita tidak tepat memahaminya. Para stoik menganggap memikirkan kematian melahirkan kerendahan hati dan membangunkan semangat untuk hidup.
(7) Amor Fati
Cintai takdirmu. Epictetus, seorang budak, lumpuh, dan filsuf stoik. Dalam hidupnya menghadapi kesulitan demi kesulitan. Ia mengatakan, “Jangan berharap sesuatu terjadi seperti yang kau inginkan; sebaliknya, berharaplah apa yang terjadi, terjadi sebagaimana mestinya: maka itu kau akan bahagia”.
Terima segala situasi seberapa pun menantang. Bahkan cintailah situasi ini dan ubah setiap rintangan dan kesulitan menjadi bahan bakar bagi Anda untuk menjadi manusia yang lebih baik. Itulah stoikisme. Selamat mencoba.
Terima segala situasi seberapa pun menantang.
References:
Saunders, J. L. (n.d.). Stoicism. Britannica. Retrieved Aprl 23, 2021, from https://www.britannica.com/topic/Stoicism
Neibuhr, R. (n.d.) Brainy Quote. Retrieved April 23, 2021, from https://www.brainyquote.com/quotes/reinhold_niebuhr_100884
What is Stoicism? A Definition & 9 Stoic Exercises to Get You Started. (n.d.). Daily Stoic. Retrieved April 23, 2020, from https://dailystoic.com/what-is-stoicism-a-definition-3-stoic-exercises-to-get-you-started/
Raab, D. (2015, September 21). How Can You Be More Stoic. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-empowerment-diary/201509/how-can-you-be-more-stoic?amp
The School of Life. (2018, July 19). Why Stoicism Matters [Video]. YouTube.
Brown, D. (2017). Happy: Why More or Less Everything is Absolutely Fine. Transworld Publishers.
The School of Life. (2014, September 18). The Stoics [Video]. YouTube. https://youtu.be/yu7n0XzqtfA
TED-Ed. (2017, June 19). The Philosophy of Stoicism - Massimo Pigliucci [Video]. YouTube. https://youtu.be/R9OCA6UFE-0
Stoicism. (n.d.). Philosophy Basics. Retrieved April 23, 2021, from https://www.philosophybasics.com/branch_stoicism.html
Robertson, D. (2020, April 25). Stoicism in a time of pandemic: How Marcus Aurelius Can Help. The Guardian. https://www.theguardian.com/books/2020/apr/25/stoicism-in-a-time-of-pandemic-coronavirus-marcus-aurelius-the-meditations