Makin banyak kalangan milenial, terutama di Eropa, yang mengubah pola makan mereka menjadi pola makan nabati atau plant-based diet. Makin banyak manusia sadar tentang keuntungan pola makan nabati bagi kesehatan diri dan kesehatan bumi. Bagi Anda yang sungguh cinta hewan, pola makan nabati mengurangi penderitaan hewan. Saat ini puluhan ribu generasi milenial membuat Berlin, London, dan Paris menjadi kota-kota terdepan yang ramah bagi penganut pola makan nabati. Indonesia tidak mau ketinggalan, menurut indeks vegetarian global dari Oliver’s Travel, Indonesia berada di posisi 16 dari 183 negara yang ramah bagi pecinta makanan nabati. Apa itu pola makan nabati? Setidaknya ada dua
Vegan: tidak mengonsumsi produk hewan seperti daging, telur, atau produk susu.
Vegetarian: tidak mengonsumsi daging hewan, tetapi masih mengonsumsi telur atau produk susu.
Orang yang menganut pola makan nabati mengurangi resiko penyakit jantung, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes tipe dua, dan penyakit degeneratif. Ahli biokimia gizi Colin Campbell selama 20 tahun meneliti dampak protein hewani pada tubuh manusia. Penelitian yang ia tuangkan dalam 417 halaman buku The China Study menunjukkan bahwa protein hewani mendorong pertumbuhan kanker pada manusia – seperti kanker payudara, prostat, dan usus.
Secara ilmiah, orang yang menganut pola makan nabati cenderung lebih bisa mengontrol rasa cemas dan stres karena protein hewani menghasilkan asam arakidonat dalam tubuh kita yang memicu rasa cemas dan stres. Secara spiritual, sebagian orang percaya manusia menyerap energi. Ketika manusia mengonsumsi daging dari hewan yang merasa takut, cemas, dan marah di akhir hidupnya, maka energi itu juga lah yang masuk dalam tubuh manusia.
Lalu benarkah manusia jadi lemas dan kurang gizi jika hanya makan makanan nabati?