Siapa tak takut mengalami kegagalan? Sepanjang bisa menghindarinya, kita pasti akan melakukannya. Namun nyatanya, kegagalan tak benar-benar perlu ditakuti.
Dalam hidup, kegagalan yang bisa saja dialami berbagai lini dalam kehidupan kita – karier, relasi, rumah tangga, dan sebagainya, merupakan sebuah sisi mata uang yang berada di sisi lain kesuksesan. Sayangnya, tak keduanya mendapat reaksi yang sama dari seseorang yang mengalaminya. Kesuksesan akan dirayakan penuh sukacita, sementara kegagalan seringnya disambut dukacita. Tentu saja ini reaksi teramat wajar, karena tak ada orang yang ingin mengalami kegagalan.
Berbagai langkah disusun, dihitung, dan diayunkan hati-hati agar sukses datang dan kegagalan tak menghadang. Namun secermat apa pun kita berhitung, ada kalanya langkah kita terserimpung, menjerembabkan segala rencana pada keadaan tak menguntungkan dan kita mau tak mau, suka tak suka, harus berhadapan dengan kegagalan. Berakhirkah dunia? Hancur leburkah hidup kita? Tidak juga. Dunia dan hidup kita masih tetap ada, di tempatnya, hanya saja berjalan tak sesuai keinginan kita.
Ketika mengalami kegagalan, hal terbesar yang membuatnya terasa meruntuhkan dunia dan seakan menyeret hidup ke dekat titik nadir kehidupan acapkali bukanlah kegagalan itu sendiri, melainkan rasa bersalah yang menghantui hati dan sesal yang sulit termaafkan. Belum lagi rasa kecewa yang menginap berkepanjangan di sudut ingatan. Ribuan “harusnya”, dan “kalau saja” lalu akan berseliweran di benak sambil kita membayangkan punya kuasa untuk memutar waktu semudah memutar tuas jarum jam.
Dalam sebuah tulisannya, penulis pengembangan diri Eric Scott Burdon, mengatakan bahwa kegagalan pada akhirnya tetap merupakan sebuah proses penting dalam perjalanan dan pertumbuhan hidup seseorang. Pertanyaan berikut yang penting dilontarkan setelah sebuah kesalahan terjadi adalah langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya. Apakah kita akan melakukan sesuatu, mengambil pelajaran dari kesalahan itu dan melanjutkan perjalanan atau mengingkari pengalaman itu, menghapusnya dari riwayat hidup dan menularkan ketakutan melakukan kesalahan yang sama pada orang lain. Atau jauh di dalam hati menyemai ketakutan untuk mencoba melakukan hal yang sama sambil terus memikirkan berbagai alasan yang menyebabkan kesalahan itu dapat terjadi.
Boleh jadi kita membayar terlalu mahal untuk mengalaminya. Namun setelah semua yang terlewati, setidaknya, kita akan tahu bagaimana mendorong diri kita untuk terus melangkah maju. Ketidakbersediaan kita menyerah pada kegagalan, menurut Burdon merupakan pelajaran paling mendasar tentang cara melangkah yang pelan namun pasti seiring pengembangan diri yang bisa diterapkan secara langsung dalam hidup.
Menurut penulis dan blogger pengembangan diri Ayodeji Awosika, setidaknya ada lima hal baik dari kegagalan yang bisa kita kenali dan membuatnya tak lagi perlu jadi musuh abadi.
1. Membuat Ulet
Bila Thomas Alva Edison tak gigih menghadapi ratusan kali kegagalan yang ia temui saat berusaha menemukan lampu pijar, bisa jadi kita masih membaca dengan lampu minyak sekarang. Beruntung, kegagalan justru membuat Edison lebih ulet mencoba. Hantaman kegagalan yang dihadapi dengan semangat untuk mencoba kembali telah terbukti mampu melatih keuletan, karakter penting yang dibutuhkan untuk mengejar kesuksesan. Bangkit sembilan kali setelah delapan kali kegagalan barangkali tepat untuk menggambarkan ini.
2. Memperbaiki Proses
Perlakukan ide dan tujuan kita sebagai pengalaman. Kita boleh membuat rencana untuk mencapai sebuah tujuan. Tapi bila rencana tersebut ternyata tak bisa terlaksana atau bahkan membawa kita pada kegagalan selalu siapkan diri untuk diam atau mundur sejenak memeriksa apa yang tak berjalan dengan baik. Lakukan koreksi yang dibutuhkan, dan tanpa meninggalkan hal-hal baik yang telah dilakukan, kita bisa segera melanjutkan perjalanan menuju pengalaman berikutnya. Pelan tapi pasti, kita akan makin mahir menghadapi situasi yang sebelumnya membuat kita gagal. Kita bisa memperlakukan kegagalan sebagai sebuah simulasi hingga siap melakukan sebuah hal besar, atau bisa juga melihatnya sebagai batu pijak untuk berjalan menuju pencapaian yang kita hendak tuju.
3. Guru Rasa Syukur
Meski pun tak ada salahnya meraih sukses sejak di langkah pertama, sukses yang diraih setelah melewati berkali-kali kegagalan biasanya lebih membuat bungah hati. Kegagalan akan terasa sebagai ujian kepercayaan pada kemampuan diri yang setiap kali ingin kita lampaui. Kesuksesan yang datang setelah kegagalan tak akan pernah gagal mengembalikan keyakinan kita pada kemampuan diri yang akan menjadi penyembuh dan penumbuh rasa syukur yang barangkali sempat berkurang atau bahkan hilang pergi bersama kegagalan yang pernah kita alami.
4. Latihan Menimbang Risiko Dengan Benar
Ada banyak orang yang tidak mau mengambil risiko karena kemampuannya yang sangat kurang dalam menimbang risiko. Ada banyak yang tak berani mencoba melakukan atau menjalani sesuatu yang baru karena tak siap mengambil risiko kehilangan rasa aman. Kerap kali, kita bahkan tak berani mengambil risiko untuk keluar dari sebuah keadaan yang sebenarnya lebih menyedihkan. Kegagalan yang kerap juga berarti keterpaksaan mengambil satu-satunya risiko karena tak ada pilihan lain itu, bisa mengajarkan pada kita tentang betapa risiko yang terlihat demikian berbahaya ternyata tak seberbahaya tampaknya. Kita bahkan mendapat pelajaran berharga tentang bagaimana bisa menjadi lebih akurat dalam menakar risiko.
5. Kisah Untuk Diceritakan
Kisah sukses selalu menarik untuk didengar. Kesuksesan selalu menggiurkan untuk dijadikan santapan pengalaman. Namun perjalanan yang datar menuju kesuksesan biasanya akan jadi kisah yang meninggalkan kesan sebentar saja. Manusia butuh heroisme yang membuatnya lengkap sebagai makhluk yang diberkahi akal dan daya hidup. Manusia umumnya menyukai petualangan, jatuh bangun, dan orang yang berhasil melampaui hambatan sebelum ia mencapai puncak. Maka percayalah, kegagalan tak akan menjadi bahan caci maki manakala kita berhasil melampaui dan terus melangkah mencapai sukses. Ia justru akan menjadi bumbu yang membuat kisah sukses seseorang menjadi lebih lezat disesap.