Memasuki paruh kedua tahun 2022, perjalanan apa saja yang telah kamu lalui di sepanjang tahun ini?
Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, tahun ini rasanya memberikan kita kesempatan dan semangat baru untuk kembali menjalani hidup bersama-sama dengan orang lain. Walau tentu saja kita masih tetap harus saling menjaga satu sama lain dengan protokol yang berlaku. 2022 agaknya menjadi waktu yang memberikan kita keleluasaan lebih untuk memulai apa yang mungkin sempat tertunda sebelumnya.
Beberapa mungkin sedang berapi-api untuk bisa mewujudkan apa yang sebelumnya terasa terlalu samar. Sebagian lainnya mungkin justru sibuk memastikan api semangatnya tetap menyala karena tanpa sengaja sudah memaksakan diri untuk tetap bertahan dalam keadaan yang tidak mudah hingga bisa berjalan sejauh ini.
Lantas kemudian ada satu hal yang menjadi bahan perbincangan banyak orang. Satu kata yang mungkin sudah familiar di telinga banyak orang, yaitu healing. Berdasarkan sebuah penelitian mengenai konsep healing di tahun 2015 lalu, healing sendiri bisa diartikan sebagai proses transformatif untuk memperbaiki dan memulihkan jiwa, raga, dan kondisi spiritual kita untuk menghasilkan perubahan positif, menemukan makna dalam hidup, untuk mewujudkan pribadi yang sadar dan utuh terlepas dari ada atau tidaknya penyakit yang dirasakan.
Banyak mungkin yang mengaitkan healing dengan liburan, bisa jadi sebagiannya memang benar. Saat kita keluar sejenak dari rutinitas yang telah kita jalani terus menerus kita butuh angin segar untuk bisa kembali memulihkan jiwa dan raga kita. Kini kita berangsur-angsur kembali menghidupi dunia yang kita kenal sebelumnya, sebagian dari kita juga mungkin sudah berangkat ke kantor, sekolah, atau kampus seperti sedia kala.
Memulihkan kembali pikiran kita untuk bisa kembali utuh sebenarnya juga sangat subjektif. Terkadang kita justru sulit untuk mengenali apakah ada yang salah dengan pikiran atau mungkin kesehatan mental kita.
Tak jarang kita memang butuh waktu bagi kita untuk menyadari atau mungkin menerima saat kita mengalami kelelahan secara mental.
Untuk itu, mungkin ada baiknya agar kita bisa mengambil rehat secara berkala jika memungkinkan untuk memahami betul apa yang sebenarnya sedang kita alami. Maksimalkan setiap waktu istirahat yang kita miliki untuk benar-benar membiarkan pikiran kita tenang.
Ada baiknya agar kita bisa mengambil rehat secara berkala jika memungkinkan untuk memahami betul apa yang sebenarnya sedang kita alami. Maksimalkan setiap waktu istirahat yang kita miliki untuk benar-benar membiarkan pikiran kita tenang.
Letakan ponselmu, lepaskan keinginanmu untuk terus melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Kita juga bisa mulai perlahan-lahan kembali memperbaiki ritme hidup yang mungkin sebelumnya berantakan. Mulai dari jam tidur atau jam makan mungkin. Tidak perlu terlalu drastis, mulai saja selangkah demi selangkah, dengan demikian semoga kita bisa menyambut pagi hari dengan lebih optimis dan gembira.