Masuk ke daftar Forbes 30 under 30, punya rumah di usia 25, menjadi sutradara dari film paling laris sepanjang masa, punya tabungan satu juta dolar. Rentetan ekspektasi dan target ini mungkin sering kali hilir mudik di media sosial yang kita akses dalam keseharian. Penggambaran akan kata sukses saat ini membuat kita seolah dipaksa untuk menjadi individu dengan pencapaian fantastis, seakan menjadi karyawan kantor atau pelajar biasa adalah sebuah kegagalan.
Sayangnya, memang tidak semua orang bisa menjadi luar biasa. Kita mungkin familiar dengan jargon “kalau orang lain bisa, aku juga bisa”. Ya betul, tapi bisa bukan berarti harus. Kalau ada orang yang bisa jadi miliarder saat usia mereka masih kepala dua, mungkin kita juga bisa, tapi tidak harus.
Mungkin banyak di antara kita yang pernah merenung di malam hari sembari berkata, kok ya hidup gini-gini aja? Punya kehidupan yang tidak terlalu istimewa sebenarnya juga tidak salah.
Setiap kesuksesan yang diraih tentu punya perjuangan dan prosesnya masing-masing. Seorang pengusaha muda sukses, bisa jadi dia sudah mulai mengasah kemampuannya berdagang sejak bangku sekolah dasar. Atlet peraih medali emas, entah berapa jam yang harus dia habiskan di lapangan untuk berlatih. Di sisi lain ada orang yang hanya ingin hidup tenang dan punya waktu luang untuk bercengkrama dengan orang-orang terkasih.
Menjadi orang kebanyakan adalah hal yang sangat wajar. Kalau kita merasa baru bisa bahagia jika sudah mecapai titik tertentu, akan selalu ada target lain yang akan kita inginkan di masa mendatang. Hidup yang menyenangkan adalah hidup yang dihargai sepenuhnya. Setiap fase dalam hidup punya pesonanya masing-masing, jangan terlalu pusing dengan tujuan hingga lupa menghargai momen yang sedang diberikan pada kita. Saat masih sekolah, nikmatilah masa-masa kamu bisa bermain di jam kosong atau tertawa dengan sahabat di kantin sekolah. Saat baru mulai dunia kerja, hargai setiap perkenalan yang kamu lakukan. Begitu juga momen-momen yang hadir dalam hidup kita seterusnya.
Kamu berhak bahagia dengan hal-hal sederhana yang bisa dengan mudah kita temui setiap harinya. Kamu berhak bahagia setiap menutup laptop di hari Jum’at malam, saat pekan remedial telah usai, atau saat kamu makan semangkuk bubur ayam selepas jalan pagi di hari Minggu.
Menjadi orang “biasa” mungkin tidak segemerlap yang kita bayangkan tapi bukan sebuah kegagalan. Taruh tujuanmu di depan mata tapi jangan lupa layangkan pandanganmu ke kiri dan kanan selama masa perjalanan. Terlalu banyak beban pikiran akan ekspektasi menjadi sukses bisa saja memengaruhi tidak hanya kondisi mental tetap juga tubuhmu. Setiap momen yang kita lalui akan membentuk diri kita di masa depan.
Mungkin ini terdengar klise tapi walaupun kita adalah orang-orang yang dianggap biasa, kehadiran kita di dunia tetap punya peran, sekecil apa pun itu. Semoga kita tetap bisa mengapresiasi hidup yang sudah dianugerahkan pada kita, baik yang sudah lalu, kini, atau di masa mendatang.