Memasuki bulan Oktober di tahun 2023. Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa sadar kita sudah mulai memasuki bulan-bulan akhir tahun ini. Bagaimana kesanmu terhadap tahun ini? Adakah hal-hal baru yang kamu pelajari atau mungkin baru bisa dirimu pahami karena keadaan?
Di akhir bulan September lalu, Greatmind berkesempatan untuk hadir di IdeaFest 2023. Tiga hari acara tersebut berjalan, dengan ratusan pembicara, sesi diskusi menarik, hingga bazar produk-produk kreatif dari Semasa. Dari rangkaian acara yang bisa dipilih, Greatmind hadir untuk mendengarkan sebuah sesi yang menarik, sebuah sesi bertajuk “Which Coping Mechanism Suits You?”. Sesi ini dihadiri oleh Hendrick Tanuwidjaja (Co-Founder of Mindfulness Hub), Nina Moran (RTT Therapist & Coach - Inner Child Specialist), dan Tara De Thouars (Clinical Psychologist of RSK Dharmawangsa).
Diskusi dibuka dengan penjelasan mengenai definisi coping mechanism. Sebuah istilah yang mungkin terasa familiar, kendati demikian mungkin hanya sebagian dari kita yang benar-benar memahami arti istilah ini. Secara sederhana, coping mechanism adalah cara-cara yang dilakukan untuk mengatasi situasi atau perasaan tidak nyaman yang hadir. Bentuknya bermacam-macam, tapi secara general bisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu emotional-focused coping mechanism dan problem-focused coping mechanism.
Secara sederhana, coping mechanism adalah cara-cara yang dilakukan untuk mengatasi situasi atau perasaan tidak nyaman yang hadir.
Emotional-focused coping mechanism biasanya berfokus pada ketidaknyamanan secara emosi yang dirasakan oleh individu. Biasanya seseorang yang merasa tidak nyaman, bisa karena stress atau pemicu lainnya akan berusaha melakukan sesuatu agar dengan segera merasa lebih baik. Contoh, dengan checkout belanjaan di e-commerce atau mungkin buka kulkas untuk cari makan. Tujuannya apa? Berfokus untuk serasa lebih lega dan tak jarang justru tidak berhubungan dengan pemicu kenapa dirinya merasa tidak nyaman.
Di sisi lain, problem-focused coping mechanism adalah cara-cara yang dilakukan untuk menjadi lebih baik tetapi juga menyentuh sumber permasalahannya. Maka ada coping mechanism yang baik dan kurang baik. Kurang baik dalam artian, bisa jadi merugikan kita atau bahkan orang lain. Umumnya, coping mechanism yang tidak tepat, tidak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya terjadi. Masalah yang tidak selesai tersebut, lantas menjadi stimulus dan terakumulasi dari waktu ke waktu sehingga kian berlarut-larut. Di banyak kasus, masalah kesehatan mental yang serius diawali dengan coping mechanism yang tidak tepat.
Bagaimana cara menemukan coping mechanism yang tepat? Berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga ahli bisa menjadi salah satu pilihan. Ketika kita berusaha mengatasi masalah yang dihadapi sendirian, lalu tidak kunjung merasa membaik dan mudah tersulut oleh masalah yang kurang lebih serupa, berkonsultasi dengan psikolog bisa membantu kita untuk bisa lebih objektif terhadap permasalahan yang dihadapi.
Di sesi IdeaFest kemarin ada tiga jenis coping mechanism yang dibahas. Dari sisi psikolog klinis, yang bisa membantu kita untuk mengenali masalah apa yang sedang dihadapi dan terapi atau strategi seperti apa yang tepat untuk mengatasinya. Ada pula RTT atau Rapid Transformational Theraphy, yang diwakili dengan metode bernapas. Mengambil napas dengan dua tarikan cepat lalu dihembuskan dengan perlahan, bisa menjadi salah satu cara instan yang bisa dilakukan agar bisa kembali tenang.
Cara berikutnya adalah dengan latihan mindfulness. Pada dasarnya mindfulness adalah cara untuk bisa melatih kesadaran kita akan lingkungan dimana kita berada. Dengan mindfulness kita bisa berpikir dengan lebih jernih. Terkadang dunia menyakiti kita satu kali, tetapi kita menyakiti diri sendiri seribu kali dengan pikiran-pikiran negatif yang kita buat di dalam kepala. Berlatih mindfulness bisa membantu kita untuk tidak lagi menambahkan beban yang seharusnya tidak perlu ada.
Tidak ada coping mechanism yang mutlak benar dan akan menjadi jawaban tunggal bagi setiap manusia di dunia. Kita harus mencoba dan merasakan sendiri manfaat dari metode-metode yang tersedia. Semoga, kelak kita bisa menemukan coping mechanism yang tepat sehingga kita tidak lagi menyakiti diri sendiri atau bahkan orang-orang disekeliling kita.
Tidak ada coping mechanism yang mutlak benar dan akan menjadi jawaban tunggal bagi setiap manusia di dunia. Kita harus mencoba dan merasakan sendiri manfaat dari metode-metode yang tersedia.