Kita mungkin sering kali melihat berbagai kelas untuk bisa lebih mahir berbicara di depan publik atau mungkin konten mengenai bagaimana cara memupuk keperacayaan diri untuk memulai perbincangan. Kadang kita lupa bahwa ada sebuah kemampuan yang terasa sederhana tapi butuh kesabaran untuk benar-benar bisa dikuasai yaitu menjadi pendengar yang baik.
Memang bisa jadi pendengar yang baik dianggap tidak seistimewa kemampuan sebagai orator ulung, tapi mungkin kita silap bahwa ternyata ada banyak orang yang hanya butuh didengarkan. Bukan hanya sekadar didengar tapi didengarkan dengan tulus. Tak jarang kita hanya berpura-pura mendengar untuk memberikan opini bantahan atau sibuk memikirkan respons apa yang kita berikan pada lawan bicara.
Memang bisa jadi pendengar yang baik dianggap tidak seistimewa kemampuan sebagai orator ulung, tapi mungkin kita silap bahwa ternyata ada banyak orang yang hanya butuh didengarkan.
Untuk bisa menjadi pendengar yang baik, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menghindari distraksi di sekeliling kita. Distraksi paling umum yang kita jumpai saat ini adalah gadget entah itu ponsel, laptop, atau mungkin perangkat game yang dengan mudah bisa kita bawa ke mana-mana. Pada dasarnya kita bisa tahu kapan lawan bicara kita memang benar-benar mendengarkan atau sebenarnya sibuk dengan distraksi yang ada di depan mereka.
Coba ubah pola pikir kita ketika ingin belajar mendengarkan dengan tulus, jadikan berbincang sebagai sarana meditasi kamu di sela-sela kegiatan atau ketika menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih. Bebaskan pikiran dari hal lain dan coba fokus pada pembicaraan. Berikan respon secukupnya, kamu tidak perlu terus mengangguk atau menjawab selama mendengarkan, biarkan dirimu memberikan tanggapan secara alami.
Wujud dari kemampuan mendengar yang baik adalah rasa nyaman ketika kita tidak tahu apa yang akan kita katakan atau tanyakan setelahnya. Saat kita tidak lagi was-was dan merasa harus selalu memberikan jawaban, artinya kita sudah selangkah lebih dekat untuk menjadi pendengar yang baik. Percayalah bahwa kamu akan bisa menemukan pertanyaan atau tanggapan sebagai hasil dari benar-benar berusaha mendengarkan orang lain.
Saat kita tidak lagi was-was dan merasa harus selalu memberikan jawaban, artinya kita sudah selangkah lebih dekat untuk menjadi pendengar yang baik.
Kesediaan untuk menjadi pendengar yang tulus adalah sebuah bentuk empati kepada orang lain. Jadikan kesempatanmu dalam bercakap untuk bisa melihat dunia dari sudut pandang orang lain, sehingga kamu tidak berusaha memberikan penilaian. Banyak yang mungkin beranggapan bahwa kita hanya bisa mendengar dengan baik jika topiknya menyenangkan, tapi ini justru membatasi diri kita dari kesempatan untuk belajar banyak hal dari orang lain secara gratis.
Tidak banyak orang yang bisa membuat cerita menjadi menyenangkan atau menarik, maka kita bisa berusaha memberikan pertanyaan yang dapat menggali cerita orang lain ke arah yang menarik perhatian kita.
Pada dasarnya kita bisa belajar dari siapa pun. Belajar tentang kesabaran dari seorang supir angkutan kota, belajar arti kata ikhlas dari abang ojek online, bahkan belajar arti kerja keras dari nenek kita yang selalu cerita hal yang sama kalau kita bisa berusaha mendengarkan dan memberikan respon yang lebih tulus.
Saat kita bersedia belajar mendengar dengan sepenuh hati pada dasarnya kita juga menambah kemampuan dan referensi kita untuk berbicara dengan orang lain. Manusia memang harus bisa saling mendengarkan dan didengarkan untuk bisa merasa berarti bukan?