Seringkali kita mengasosiasikan memasak sebagai sebuah rutinitas yang harus dilakukan setiap sebelum atau setelah beraktivitas sehari-hari agar terhindar dari rasa lapar. Namun jika memasak dilakukan dengan penuh kesadaran – niscaya kegiatan repetitif dan terkadang sering kita lakukan terburu-buru ini bisa berubah menjadi sebuah pengalaman baru bagi hidup.
Konsep ‘sadar utuh’ atau yang kerap dikenal sebagai mindfulness merupakan sebuah pendekatan di mana kita diharapkan dapat mengenali apa yang tengah kita alami dan rasakan. Konsep yang identik dengan praktik yoga atau meditasi ini sesungguhnya tidak terbatas pada dua disiplin tersebut. Banyak aktivitas lain yang sepatutnya dilakukan juga secara mindful agar memberikan sebuah perspektif berbeda pada hal-hal banal dalam hidup.
Salah satunya adalah kegiatan memasak. Seorang ahli diet dan pelatih mindfulness Lulu Cook dalam sebuah tulisannya menyebutkan bahwa memasak secara mindful merupakan salah satu cara mudah untuk merawat diri. “Menyiapkan makanan dengan penuh kesadaran adalah sebuah pengalaman tersendiri yang sangat berbeda dengan memasak pada umumnya,” ungkapnya.
Mungkin mindful cooking ini terdengar abstrak bagi kebanyakan orang. Namun nyatanya langkah-langkah untuk melakukannya sebetulnya sederhana – hanya saja sering kita lalaikan karena memasak lebih dianggap sebagai rutinitas.
Memperhatikan seksama setiap langkah dalam proses memasak. Memasak dengan kesadaran dimulai dari tahap perencanaan; membayangkan apa yang akan dimasak, bahan-bahan apa yang harus disiapkan, bagaimana mempersiapkannya, dan lain sebagainya. Dengan memikirkan hal tersebut, kita ‘dipaksa’ untuk merasakan momen – sebuah langkah yang merupakan esensi dari mindfulness.
Menentukan tujuan memasak. Umumnya karena memasak adalah sebuah rutinitas, kita tidak lagi memikirkan tujuan aktivitas ini di samping mengenyangkan perut sendiri dan orang lain yang dimasaki. Namun kita lupa bahwa memasak bukan sekadar urusan perut. Ada perasaan-perasaan yang sanggup disampaikan oleh makanan. Jadi coba tanya kembali pada diri, apa yang ingin disampaikan lewat masakan? Apakah Anda memasak untuk membahagiakan orang terkasih? Atau memasak untuk memanjakan diri yang tengah lelah setelah bekerja? Setiapnya memiliki tujuan yang berbeda-beda, dan untuk itu ada perasaan-perasaan tertentu yang harus dituangkan dalam masakan.
Menghargai makanan. Bagian besar dari mindful cooking adalah menyadari dan mengapresiasi setiap bahan makanan yang kita masak. Mudahnya, bayangkan saja bagaimana sayur-mayur yang kita masak bisa hadir dari kebun hingga ke dapur. Pikirkan bagaimana sayur tersebut tumbuh dari bibit, disemai dan dirawat oleh para petani, hingga matang dan ada pada tangan kita pada akhirnya. Dengan membayangkan perjalan sepotong sayuran saja kita bisa setidaknya lebih menghargai bentuk, aroma, warna, dan rasa sayuran tersebut.
Fokus dan benar-benar merasakan. Mungkin memang terdengar menyenangkan untuk dapat memasak sambil mendengarkan musik atau menyimak video-video singkat di YouTube. Namun semuanya justru menjauhkan kita dari aktivitas yang tengah kita kerjakan: memasak. Prinsip mindfulness yang mengajarkan kita untuk ‘berada dalam momen’ mengharuskan kita untuk menghilangkan segala distraksi dan benar-benar fokus pada proses memasaknya. Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai mindfulness dengan mengaktifkan kelima indera saat memasak.
Mungkin memang langkah mencapai mindful cooking tersebut terdengar sulit untuk direalisasikan setiap harinya karena, toh, kita juga pasti punya kesibukan lain yang memaksa kita untuk memasak dengan terburu-buru. Tapi bila ‘memasak dengan sadar’ ini dilakukan perlahan-lahan setiap harinya, pasti akan menjadi kebiasaan baru yang menuntun kita menjadi ‘tukang masak’ yang lebih baik.