Sebuah perspektif mengatakan bahwa meditasi mindfulness merupakan sebuah latihan mengenali dan mengelola tekanan atau stres internal. Tekanan internal maksudnya adalah reaktivitas ingin dan tidak ingin. Jadi yang disebut meditasi mindfulness itu artinya kita berlatih mengenali dan mengelola reaktivitas ingin dan tidak ingin atau reaktivitas yang lebih primitif, yaitu suka dan tidak suka.
Meditasi mindfulness itu artinya kita berlatih mengenali dan mengelola reaktivitas ingin dan tidak ingin atau reaktivitas yang lebih primitif, yaitu suka dan tidak suka.
Untuk bisa memahami hal ini, mari kita membahas konsep reaktivitas dengan contoh. Beberapa contoh reaktivitas dari keinginan adalah nafsu memiliki, menguasai, dan ingin menikmati. Sedangkan contoh reaktivitas dari tidak ingin adalah tidak kerasan, bosan, resah, menolak, benci, dengki, amarah, dan dendam. Kemudian dua hal ini juga bisa hadir bersamaan dan menghasilkan kombinasi dari ingan dan tidak ingin, seperti sirik yaitu rasa iri ingin mendapat seperti milik orang lain dan sekaligus dengki ingin menjatuhkan, tidak ingin orang lain senang.
Reaktivitas ingin dan tidak ingin ini terus menerus berlangsung tanpa kita sadari. Di sini kita perlu membedakan makna istilah “ingin" dengan “niat". Ingin dan tidak ingin itu sifatnya reaktif, acap kali di luar kendali kita. Sedangkan niat itu pro-aktif, melewati proses penalaran sehingga kita bisa melatih dan mengembangkannya.
Menjadi korban tekanan internal ini, seseorang akan mengarahkan pelampiasan “keluar". Ia menyangka dengan melampiaskan “keluar”, itu membebaskannya dari tekanan yang diderita. Orang terkadang tidak menyadari bahwa sumber permasalahannya sesungguhnya adalah tekanan internal.
Orang terkadang tidak menyadari bahwa sumber permasalahannya sesungguhnya adalah tekanan internal.
Tekanan internal juga tidak selalu luar biasa, ada hal-hal sederhana yang mungkin sering kita alami dalam keseharian. Contoh tekanan internal yang tidak terlalu intens misalnya dorongan ingin ngemil padahal sebetulnya perut tidak terlalu lapar, atau mindless habitual seperti browsing scrolling medsos tanpa arah.
Tekanan internal juga tidak selalu luar biasa, ada hal-hal sederhana yang mungkin sering kita alami dalam keseharian.
Dalam bentuk lebih halus, tekanan internal ini wujudnya adalah pikiran kita yang mengembara. Ruminasi. Memamah biak isu yang sama secara berulang-ulang. Sebuah hasil riset dari Universitas Harvard menyimpulkan bahwa pikiran mengembara ini adalah pikiran yang tidak bahagia.
Impuls ngemil, mindless browsing scrolling, hingga pikiran mengembara, semua ini adalah upaya habitual melarikan diri keluar.
Kata “keluar” di sini maksudnya adalah “lari dari sumber masalahnya” yakni tekanan internal. Termasuk dalam hal ini misalnya perilaku merusak menyalahkan diri sendiri. Ini juga perilaku lari dari sumber permasalahan, yakni tekanan internal. Orang yang menyalahkan dirinya sendiri ini sekadar tidak tahan menanggung derita tekanan internal, dan ia berusaha menemukan pelampiasan yang ironisnya sering kali pada dirinya sendiri.
Demikianlah tekanan internal ini apabila tidak dikenali dan tidak dikelola, bisa menimbulkan kerusakan bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar kita. Mengelola tekanan atau stres internal adalah latihan meditasi. Untuk ini, pertama-tama yang paling diperlukan adalah kita belajar mengenali tekanan-tekanan internal ini misal dengan mengaplikasikan metode pemindaian sensasi-sensasi tubuh (body scan). Di kesempatan berikutnya kita mungkin akan melanjutkan pembahasan mengenai body scan, namun sebelum itu kita perlu memahami bahwa tekanan yang berusaha kita keluarkan sebenarnya harus diselesaikan dari dalam.
Referensi:
Killingsworth, M. A., & Gilbert, D. T. (2010). A wandering mind is an unhappy mind. Science, 330(6006), 932-932.