Seperti biasa, di setiap awal tahun semua orang sekeliling saya akan hadir dengan berbagai resolusi tahun barunya. Mulai dari yang realistis hingga yang terdengar spektakuler. Semua muncul dengan janji-janji pada diri mereka sendiri yang mungkin belum tentu mereka sanggup penuhi. Ya, setidaknya punya niat untuk membuat komitmen, lah. Bagaimana dengan saya?
Saya termasuk dalam golongan orang-orang yang enggan membuat resolusi-resolusi – terutama resolusi tahunan. Bagi saya, terkadang resolusi itu akan menjadi sebuah beban yang akan membawa kekecewaan saat di akhir tahun kita menengok kembali apa yang telah kita lalui. Jujur saja, sebagai orang yang takut gagal, saya menghindari sekali hal itu.
Terkadang resolusi itu akan menjadi sebuah beban yang akan membawa kekecewaan saat di akhir tahun kita menengok kembali apa yang telah kita lalui.
Akhir tahun lalu saya sempat membuat resolusi untuk harus berpartisipasi dalam lomba lari maraton di 2020. Namun setelah berlatih lari berminggu-minggu saya berpikir, “Kok, ngoyo sekali ya?” Semua terkesan dipaksakan. Ujung-ujungnya malah saya tidak menikmati perjalanan menuju target tersebut.
Memasuki tahun baru, saya pun mulai meredam ambisi-ambisi tersebut. Meski saya masih rutin berlari tiap minggunya, saya mulai melonggarkan resolusi untuk harus lari maraton di tahun ini. “Yaaa… kalau bisa ikut maraton, ya syukur. Kalau tidak, ya sudah.” Begitu kurang lebih pemikiran saya. Yang tadinya latihan membuat saya cukup tertekan, kini saya menjalani setiap waktu lari dengan lebih santai.
Nyatanya, resolusi yang umumnya diawali kata-kata “saya harus…” akan menjadi tekanan bagi diri sendiri. Beruntung jika kita bisa mengatasi tekanan, namun bagaimana bagi mereka yang tak tahan? Bisa saja pada akhirnya breakdown karena tak sanggup menjawab tantangan diri sendiri.
Nyatanya, resolusi yang umumnya diawali kata-kata 'saya harus…' akan menjadi tekanan bagi diri sendiri.
Apa yang lebih menarik daripada menyusun resolusi? Memasuki tahun baru tanpa ekspektasi apa pun. Biarkan saja diri melewati hari-hari yang akan datang – yang pasti dipenuhi dengan segala macam kejutan. Biarkan saja membuka hati dan pikiran untuk segala kemungkinan yang mungkin saja muncul.
Tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di waktu-waktu mendatang. Perjalanan kita bisa mulus-mulus saja, atau malah justru penuh kerikil yang memperlambat laju. Jika kita memasang suatu target dengan begitu spesifik – seperti yang umumnya terjadi dengan resolusi tahun baru – maka kita akan dituntut untuk bisa putar otak dan ‘akrobat’ untuk menghindari semua rintangan dalam perjalanannya. Sementara jika kita tidak memiliki ekspektasi apa pun, perjalanan kita ibarat ‘jalan-jalan sore’ – nikmati saja apa yang ada di hadapan kita, apabila jalannya buntu kita bisa dengan mudah berbelok ke kiri atau kanan karena masih ada pemandangan lain yang menunggu di sisi lain jalanan.
Tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di waktu-waktu mendatang. Perjalanan kita bisa mulus-mulus saja, atau malah justru penuh kerikil yang memperlambat laju.
Nikmati saja perjalanan kita dan ucapkan… whatever will be, will be.