Pagi berganti malam, hari berganti minggu, bulan berganti tahun, hingga akhirnya kita sampai kembali di momen bulan Ramadan. Selain tentu saja menjadi momen yang tepat untuk kembali mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Ramadan ini adalah waktu yang tepat untuk merekatkan kembali hubungan yang sebelumnya sempat menjauh karena segala kesibukan. Berbagi cerita dengan orang-orang terkasih di sore hari saat berbuka puasa adalah salah satu caranya. Selain itu, ada hubungan lain yang juga perlu kita eratkan kembali, yakni hubungan dengan diri sendiri.
Selain tentu saja menjadi momen yang tepat untuk kembali mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Ramadan ini adalah waktu yang tepat untuk merekatkan kembali hubungan yang sebelumnya sempat menjauh karena segala kesibukan.
Di tengah standar hidup dan sukses yang kian serupa, tanpa sadar kita kemudian berusaha mengubah diri menjadi seseorang yang diharapkan orang lain. Sayangnya, ini kemudian membuat kita menjauh dari diri sendiri hingga kesulitan menjawab pertanyaan, siapa kita sebenarnya?
Memahami diri sendiri mungkin bisa menjadi konsep yang sedikit abstrak dan sulit untuk dipahami. Salah satu konsep yang mungkin sudah banyak kita dengar untuk dapat lebih memahami diri adalah mindfulness. Sebuah konsep yang menekankan pada kesadaran diri, berusaha benar-benar hadir di mana pikiran, perasaan, dan tubuh kita berada, tidak lagi mengembara pada hal-hal yang sudah lalu atau belum terjadi di masa depan.
Emosi adalah bagian dari diri kita yang sering kali membingungkan. Terkadang kita mengalami berbagai emosi dalam satu waktu. Kita bisa marah tetap juga sedih, kita bisa bahagia sekaligus kecewa. Kebingungan terhadap emosi yang dialami ini yang terkadang membuat kita linglung dan merasa kesulitan untuk memahami sebenarnya apa yang sedang terjadi di dalam diri kita.
Emosi yang datang sekaligus bisa jadi sulit dipahami, terlebih kita sering kali fokus pada emosi negatif. Meskipun, istilah emosi negatif pun menuai pro dan kontra, karena emosi tidak ada yang salah. Sedih, marah, kecewa yang selama ini dianggap merugikan pada dasarnya adalah emosi normal yang dimiliki oleh seorang manusia.
Sedih, marah, kecewa yang selama ini dianggap merugikan pada dasarnya adalah emosi normal yang dimiliki oleh seorang manusia.
Dalam upaya untuk kembali mengenal diri dengan lebih baik, kita bisa memulai perjalanan ini dengan bersedia menelusuri sumber emosi yang kita rasakan. Saat kita merasakan emosi yang membuat kita tidak nyaman, coba ambil waktu tenang untuk memahami kenapa ini bisa terjadi? Kapan emosi ini muncul dan apa penyebabnya? Memahami asal hadirnya emosi yang kita rasakan dapat membantu kita mengambil keputusan yang dapat membuat kita merasa lebih baik dan mampu lebih nyaman menjalani hari sebagai pribadi yang lebih tenang.
Seiring bertambahnya usia, kita akan mulai menyadari bahwa ada banyak waktu yang memang harus kita habiskan sendirian. Maka, akan sangat membantu saat kita bisa nyaman dengan diri kita sendiri tanpa harus mencari pengakuan dari pihak-pihak eksternal. Sendiri tidak sama dengan kesedihan, karena kita selalu bisa percaya pada kemampuan yang sebenarnya kita miliki. Semoga di bulan ini, kita kembali bersedia untuk terhubungan dan kembali menjalin hubungan baik dengan diri sendiri.
Seiring bertambahnya usia, kita akan mulai menyadari bahwa ada banyak waktu yang memang harus kita habiskan sendirian.