Self Lifehacks

Kegagalan Bagian Dari Kebahagiaan

Jiemi Ardian

@jiemiardian

Psikiater

Ilustrasi Oleh: Salv Studio

Manusia hidup dalam keseimbangan; seimbang antara berjuang dan beristirahat, maju dan mundur, atau berhasil dan gagal. Sering sekali ketika kita berusaha, kita hanya berfokus pada satu sisi – sisi yang enak saja. Tentu berfokus pada keberhasilan itu baik, namun dengan melupakan sisi lainya perjuangan menjadi mudah melelahkan. Kegagalan menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Kehilangan beberapa aspek dalam usaha menjadi semacam kehilangan diri sendiri. Sejak awal kita perlu menjaga keseimbangan antara berjuang keras mencapai tujuan, dan ikhlas seandainya dalam usaha keras masih ada yang belum berhasil. Ketika berharap pun kita perlu sepenuhnya menyadari, harapan itu baik, berjuang itu baik, namun ada kalanya juga harapan tidak tercapai dan itu tidak apa. Itu bagian dari hidup, dan itu juga tetap baik.

Berfokus pada keberhasilan itu baik, namun dengan melupakan sisi lainya perjuangan menjadi mudah melelahkan. Kegagalan menjadi sesuatu yang sangat menakutkan.

Banyak pemikiran yang membuat seseorang bisa berhenti, mulai dari tidak mengenali kelebihan dan kekurangan diri, kapasitas yang kurang dan tidak bertumbuh seiring usaha yang sedang dibangun, masalah interpersonal, hingga masalah harapan. Harapan yang terbentur dengan realita bisa jadi sangat menyakitkan, terutama ketika kita berharap bahwa harapan ini akan terwujud nyata. Kita bisa cenderung menilai diri dari pencapaian antara kesesuaian realita saat ini dengan harapan yang pernah kita impikan di masa lalu. Dalam dunia wirausaha, kesulitan perlu diharapkan sejak awal. Bukan hanya kesuksesan dan perkembangan, dalam sisi yang lain kita perlu seimbang untuk mengharapkan tekanan dan perkembangan yang sehat. Sehingga ketika ada permasalahan yang datang hal tersebut sudah pernah kita harapkan sebelumnya.

Harapan yang terbentur dengan realita bisa jadi sangat menyakitkan, terutama ketika kita berharap bahwa harapan ini akan terwujud nyata.

Namun saya percaya sebenarnya semua manusia sudah melakukan apa yang terbaik yang bisa dia lakukan menurut sumber daya yang dia punya pada saat itu. Terlepas dari seseorang memiliki sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan masalah saat itu atau tidak, tapi sebenarnya kita sudah melakukan yang terbaik yang kita bisa menurut sumber daya kita pada saat itu. Sehingga sekalipun kita pernah menghentikan langkah, itupun tidak apa. Karena itu yang terbaik yang pernah kita lakukan pada masa tersebut. Yang perlu kita lakukan untuk usaha di masa depan adalah meningkatkan sumber daya untuk menyelesaikan permasalahan di masa depan. 

Pada awal perjuangan, ambisius dan perfeksionis bisa jadi seperti karakter yang tampak dibutuhkan. Namun ada beda yang tipis antara ambisius dan kegigihan, juga ada beda tipis antara perfeksionis dan berusaha yang terbaik. Yang pertama sangat kuat diharapkan tanpa menempatkan sisi istirahat, yang kedua ada waktu untuk berjuang namun tetap menyadari kadang ada bagian bagian hidup yang tidak bisa dikendalikan. Sebenarnya akan lebih sehat jika kita menggunakan cara pikir yang lain. Kegigihan menempatkan usaha sebagai nilai diri, perjuangan menjadi nilai yang dikembangkan. Jadi sekalipun hasil tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kita bisa memfokuskan diri pada nilai diri yaitu perjuangan. Pada ambisius dan perfeksionis, seseorang lebih mudah terluka ketika kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Kita pernah menyimbangkan antara usaha dan menerima.

Dalam sebuah teori kognitif, ada terminologi yang disebut, "must-erbation". Pokoknya, harusnya, menjadi sesuatu yang 100% perlu dilakukan. Ambisius dan perfeksionis yang mengharuskan kita untuk harus sukses bisa jadi kontraproduktif. Kita sedang membuat "tyranny of the should", mencambuk diri untuk harus dan pokoknya, tanpa bersikap realistis melihat kehidupan yang kadang tidak berjalan sesuai yang kita harapkan. Kata "seharusnya" itu melelahkan, mari kita ganti dengan "sebaiknya".  Dan benar kadang dunia tidak berjalan sesuai yang kita inginkan. Kadang usaha keras tidak bertemu dengan keberhasilan. Ada beberapa pertimbangan seseorang perlu berhenti menjadi wirausaha pada saat itu, misalnya masalah finansial yang terus melemah, faktor kesehatan fisik yang terus menurun, wellbeing hidup yang terganggu. Pengambilan keputusan ini juga bisa jadi perlu mempertimbangkan masukan dari orang terdekat yang mengenal kita, karena pada saat genting dan melelahkan seringkali kita tidak mampu berpikir dengan sehat dan objektif.

Kata 'seharusnya' itu melelahkan, mari kita ganti dengan 'sebaiknya'.

Dunia ada dalam keseimbangan. Seimbang antara usaha mengubah di dunia fisik dan perilaku melepas menerima di dunia emosi. Berusaha mengubah yang tidak bisa diubah dan diam saja ketika ada sesuatu yang bisa diubah, juga mendatangkan masalah. Jika kita bicara dalam konteks pikiran, perasaan, dan perilaku; kita perlu menyadari bahwa perasaan tidak bisa diubah secara langsung. Ketika kita sedang sedih tidak bisa tiba-tiba kita merasa senang ketika kita ingin mengubah perasaan menjadi senang. Namun kita bisa mengubah perasaan dengan cara kita berpikir. Ada beberapa cara berpikir yang sangat membantu untuk menghadapi ketidakberhasilan ketika usaha. Compassion kepada diri sendiri, bersikap welas asih memberikan cinta kasih kepada diri termasuk ketika tidak berhasil. Forgiveness juga perlu dipelajari, memaafkan kesalahan dan kegagalan diri sendiri. Kedua hal ini perlu dimulai untuk seseorang menjadi tabah. Kita perlu mengangkat keberanian menyadari bahwa usaha kita tidak berhasil, bukan berarti diri kita yang tidak berhasil. Bahwa gagal itu bisa jadi bagian dari kehidupan, bukan tentang diri kita saja, tapi ini juga tentang kehidupan.

Pada akhirnya yang kita cari adalah kebahagiaan. Begitu pula pada kehidupan berwirausaha kita. Menurut Aristoteles bahagia itu mensyaratkan adanya pertumbuhan. Kebahagiaan datang bukan dari kesempurnaan, tapi dari pertumbuhan. Kegagalan bisa jadi bagian dari pertumbuhan, seandainya kita mengarahkan diri kepada pertumbuhan. Tidak apa menjadi tidak sempurna, tidak apa untuk gagal, beristirahatlah sejenak lalu arahkan diri lagi kepada pertumbuhan.

Tidak apa menjadi tidak sempurna, tidak apa untuk gagal, beristirahatlah sejenak lalu arahkan diri lagi kepada pertumbuhan.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024