Tak terasa kita sudah hampir tiba di penghujung tahun 2021. Dua tahun ke belakang rasanya bukan tahun terbaik bagi kebanyakan manusia di muka bumi. Mungkin juga menurutmu yang sedang membaca artikel ini. Hidup memang tidak pernah pasti, tapi apa yang telah kita lalui selama dua tahun terakhir sepertinya ada pada level yang tidak terbayangkan. Bagi kita yang masih bisa bertahan hingga saat ini, selamat dan terima kasih sudah bertahan. Entah berapa malam yang mungkin kita lalui dengan pikiran kosong, sambil mendengarkan playlist andalan atau scrolling TikTok tak berkesudahan. Kendatipun perjalanan kita melalui keadaan ini belum usai, tapi perjuangannya tetap layak untuk dirayakan.
Bagi kita yang masih bisa bertahan hingga saat ini, selamat dan terima kasih sudah bertahan. Entah berapa malam yang mungkin kita lalui dengan pikiran kosong, sambil mendengarkan playlist andalan atau scrolling TikTok tak berkesudahan. Kendatipun perjalanan kita melalui keadaan ini belum usai, tapi perjuangannya tetap layak untuk dirayakan.
Banyak aspek dalam kehidupan yang akhirnya harus kita sesuaikan. Salah satu diantaranya adalah beraktivitas sendiri, karena batasan untuk bertemu orang lain. Ternyata nyaman berteman dengan diri sendiri juga bukan perkara mudah. Beberapa orang justru mungkin tidak nyaman dengan keheningan atau kesendirian yang dihadapi. Jika mungkin biasanya kita mendapat dukungan atau penyemangat dari pihak eksternal, seperti teman atau kolega sekarang interaksi tersebut juga jadi lebih terbatas. Mau tidak mau akhirnya harus bisa menjadi penyemangat bagi diri kita sendiri. Bisa jadi untuk menyelesaikan skripsi yang hanya dipandang sejak beberapa bulan lalu, siap sedia di depan laman LinkedIn untuk menyasar kesempatan kerja, menjaga kewarasan untuk tidak cek WhatsApp setiap 2 menit, atau beragam tantangan dalam hidup lainnya.
Bergumul dengan diri sendiri terkadang jauh lebih menyulitkan karena tidak ada yang bisa kita salahkan atau bahkan jadi teramat sangat menyalahkan diri sendiri. Menjadi jauh lebih sensitif akan setiap ketidaknyamanan yang kita alami. Mempertanyakan diri sendiri, apakah kita pantas mendapatkan kesempatan atau bahkan mempertanyakan nilai kita sebagai individu. Tapi kalau memang sedang butuh direnungkan, tidak masalah. Karena terkadang dengan merenung dan menyempatkan diri untuk diam dalam keheningan dan mendengarkan diri sendiri itu juga bisa menjadi bentuk apresiasi diri. Self-reward tidak harus selalu dalam bentuk belanja tanpa arah saat tanggal cantik atau pesan makanan online setiap merasa jenuh. Self-reward juga bisa berwujud keheningan yang kamu habiskan dengan dirimu sendiri sambil meyakinkan bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik. Terlepas hasilnya baik atau tidak di mata orang lain, kamu bisa dengan bangga mengatakan bahwa itu cukup. Diri kita cukup.
Self-reward tidak harus selalu dalam bentuk belanja tanpa arah saat tanggal cantik atau pesan makanan online setiap merasa jenuh. Self-reward juga bisa berwujud keheningan yang kamu habiskan dengan dirimu sendiri sambil meyakinkan bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik.
Rasa takut dan ragu akan kemampuan diri itu wajar, toh, memang manusia sulit untuk puas. Sesekali merasakan takut dan ragu tidak lantas membuatmu tidak berharga, tergantung bagaimana kita menyikapi perasaan dan kembali menjadi penyemangat untuk diri kita sendiri. Setiap emosi yang kita rasakan sama berharganya, itulah yang menjadikan manusia makhluk yang kompleks dan unik. Tentu menjadi teman terbaik bagi diri sendiri jauh lebih mudah jika hanya sekedar diucapkan atau dituliskan. Selama kita berusaha untuk menjadi teman baik bagi diri kita sendiri itu sudah awal yang sangat baik. Hidup juga selalu berputar dengan durasi putaran yang berbeda pada setiap orang. Jadi, mari fokus pada hari ini dan apresiasi kehadiran diri kita di setiap waktunya.
Hidup juga selalu berputar dengan durasi putaran yang berbeda pada setiap orang. Jadi, mari fokus pada hari ini dan apresiasi kehadiran diri kita di setiap waktunya.