Sejak kecil kita sudah diajarkan bagaimana caranya berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, terhadap orang yang lebih tua kita harus menghormati, kepada yang seumuran saling menghargai, dan untuk yang lebih muda harus menyayangi. Pelajaran ini sudah kita dapatkan dan lakukan dalam lingkungan keluarga. Seiring bertambahnya usia, dari pergaulan dan pengalaman aku belajar bila menghormati, menghargai dan menyayangi bukan diukur dari umur saja, tapi ini merupakan sifat dasar kita dalam berinteraksi kepada siapapun termasuk juga diri sendiri.
Pada akhirnya, ketika kita cukup ahli untuk berinteraksi pada orang lain, yang disayangkan adalah kadang kita lupa akan hal yang ternyata lebih penting, yaitu bagaimana berinteraksi kepada diri sendiri. Kita lupa, kalau diri sendiri pun harus dihormati, dihargai dan disayangi.
Kita lupa, kalau diri sendiri pun harus dihormati, dihargai dan disayangi.
Dulu, sebelum aku sadar dan tahu tentang ini, aku sering mengira jika berhubungan baik dengan orang lain, aku akan bahagia. Lantas jika ada masalah, aku menjadi sedih dan harus segera memperbaiki hubungan yang bermasalah tersebut, atau bila tidak aku akan semakin merasa terpukul. Tanpa sadar, hatiku menjadi lelah. Jika dibiarkan, mungkin lama-kelamaan akan sakit. Oh ya, sakit hati ini tidak terlihat kasat mata, tapi bisa dirasakan dengan perubahan mood yang sangat drastis. Aku akan mudah marah jika sesuatu tidak terjadi sesuai keinginanku, menyalahkan orang lain tanpa mau tahu latar belakang di baliknya, atau terburuknya, mengutuk diri dengan hebatnya jika terjadi sesuatu diluar dugaanku hingga tidak memaafkan diri sendiri dalam waktu yang sangat lama.
Berdasarkan keinginan menjaga hubungan baik kepada orang lain, aku mengira aku harus menjaga emosi mereka dan mengesampingkan emosiku sendiri. Lalu, bagaimana kita bisa menjaga emosi orang lain sementara emosi diri sendiri tidak dijaga dengan baik atau dipendam begitu saja? Atau apakah perlu kita menjaga emosi orang lain?
Bagaimana kita bisa menjaga emosi orang lain sementara emosi diri sendiri tidak dijaga dengan baik atau dipendam begitu saja?
Begini, pernahkan kamu tidak dihiraukan orang lain atau orang terdekatmu? Tidak nyaman, bukan? Nah, itu sebenarnya perasaan yang sering kamu kesampingkan ketika kamu membiarkan dirimu sendiri menolak asa dari hatimu demi orang lain. Rasa tidak nyaman itu terpendam dan mungkin seperti gunung es yang bisa pecah kapan saja yang pada akhirnya juga bisa mempengaruhi emosi hingga hubungan baikmu dengan siapapun.
Menjaga hubungan baik dengan diri sendiri artinya menerima segala asa yang datang dan mengalaminya tanpa terburu-buru untuk melepaskannya demi memburu kedamaian. Setiap asa seperti senang, sedih, marah hingga benci membuktikan bahwa hati kita masih ada, dan ini adalah anugerah terbesar kita sebagai manusia. Hati tersebutlah yang selalu mengatakan hal jujur dengan caranya sendiri kepada kita, baik melalui emosi maupun intuisi. Hargai anugerah ini, hormati segala tanda yang ia berikan, serta sayangi ia seperti kamu menyayangi sesuatu yang sangat kamu cintai.
Menjaga hubungan baik dengan diri sendiri artinya menerima segala asa yang datang dan mengalaminya tanpa terburu-buru untuk melepaskannya demi memburu kedamaian.
Akhir kata, tulisan ini adalah sebuah catatan pengingat untuk diriku sendiri dan semoga bisa menjadi pengingatmu juga. Aku ulangi lagi, “penting untuk menghormati, menghargai, dan menyayangi diri sendiri dulu, baru orang lain, dan ini bukanlah suatu keegoisan.”
Penting untuk menghormati, menghargai, dan menyayangi diri sendiri dulu, baru orang lain, dan ini bukanlah suatu keegoisan.