Terapi belanja – begitu sebutannya. Bukan rahasia lagi jika berbelanja selalu terasa menyenangkan. Selain mendapatkan barang yang bisa memperbaiki mood, kita juga bisa mendapatkan perasaan nyaman lewat menghadiahi diri dengan barang tersebut.
Menurut Amy Morin, LCSW, seorang psikoterapis dan penulis buku 13 Things Mentally Strong People Don’t Do, berbelanja menjadi suatu mekanisme bertahan terhadap suatu masalah atas berbagai alasan. “Kita membayangkan diri memakai baju baru atau menggunakan suatu barang baru. Saat membayangkan hal tersebut, kita memimpikan diri kita lebih bahagia,” ungkapnya dalam tulisannya. “Khayalan itu meningkatkan perasaan bahagia kita – setidaknya untuk sementara.” Lanjutnya lagi.
Dorongan kebahagiaan tersebut mungkin juga berhubungan dengan kenyataan bahwa berbelanja memberikan kita kontrol. Perasaan bahwa kita dapat mengatur hidup dengan menentukan apa yang bisa menjadi bagian dari kehidupan kita dan yang tidak.
Saat situasi hidup tengah kacau, sering kita berpikir ‘apa yang bisa dilakukan?’ Jika berbelanja menjadi jawaban, artinya kita akan keluar dari masalah, memilih beberapa barang yang diinginkan, dan membawanya kembali ke kehidupan.
Ditambah lagi, berbelanja juga sering menjadi sebuah aktivitas sosial saat kita pergi berbelanja dengan sahabat atau pasangan, atau pergi berbelanja sebagai cara keluar dari rutinitas dan berinteraksi dengan orang-orang lain.
Hal-hal semacam ini lah yang kemudian berbelanja menjadi semacam terapi. Dalam sebuah studi yang dirilis dalam jurnal Psychology and Marketing, terapi belanja bisa menjadi salah satu cara memperbaiki mood karena belanja menjadi semacam cara menghadiahi diri dengan sesuatu yang membuat kita senang, meskipun hanya sesaat. Walau dalam studi tersebut juga dijelaskan bahwa belanja dalam kondisi mood yang kurang baik terkadang malah menjerumuskan kita lebih dalam karena kita cenderung lebih impulsif dalam memilih segala sesuatunya.
Meski berbelanja bisa menjadi cara instan untuk memperbaiki mood saat keadaan sedang kacau, harus diingat bahwa terapi belanja bukanlah terapi yang sesungguhnya. Solusi dari permasalahan ini adalah mencari tahu lebih dalam apa yang sebenarnya membuat diri kita ingin mencari jalan pintas dari masalah dengan berbelanja.
Jadi, jika ditanya apakah terapi belanja bisa membuat kita bahagia dan menjadi obat dari mood yang sedang buruk – jawabnya, iya. Tapi ingatlah bahwa kebahagiaan yang dibawa sifatnya hanya sementara.
Meski berbelanja bisa menjadi cara instan untuk memperbaiki mood, harus diingat bahwa terapi belanja bukanlah terapi yang sesungguhnya. Solusinya adalah mencari tahu apa yang sebenarnya membuat diri kita ingin mencari jalan pintas dari masalah dengan berbelanja.