Self Work & Money

Good Enough: Apa Itu Libur?

Nurul Idzni

@nurulidzni__

Penulis & Pengusaha Kreatif

Apa itu libur?

Kalimat ini mungkin adalah salah satu dari sekian banyak pernyataan yang kerap dilontarkan kita yang bekerja dan punya banyak kesibukan. Kesannya sih kalau diucapkan dengan nada tertentu seperti menyindir, terdengarnya antara kita bangga dengan kesibukan kita, atau memang kita nggak punya waktu yang benar-benar bebas dari pekerjaan, alias nggak punya waktu libur.

Memang benar, ada banyak orang di luar sana yang passionate dengan pekerjaannya sampai-sampai ke mana pun mereka pergi, segala urusan pekerjaan masih dilakukannya. Yah, minimal pikirannya nggak lepas dari urusan kerjaan. Mulai dari bangun tidur langsung buka calendar untuk mengecek jadwal meeting, buka laptop di dalam mobil saat perjalanan atau di sela sela makan siang di kafe, sampai conference call dengan handphone yang dibawa-bawa sambil jalan. Nggak sedikit juga kan sering kita lihat banyak orang yang buka laptop saat menungu pesawat, di pantai saat orang lain liburan, atau bahkan di waktu-waktu yang nggak umum untuk orang bekerja. Misalnya tengah malam, dini hari, atau di saat jam istirahat kantor.

Menurut saya, nggak ada salahnya juga dengan itu semua karena tiap orang pasti punya alasannya masing-masing dalam melakukan pekerjaan. Bisa saja waktu produktifnya baru di malam hari, sengaja mengorbankan satu hari untuk benar-benar sibuk supaya hari lainnya bisa lebih lowong, atau memang ingin bekerja di tempat dengan nuansa berbeda seperti kafe, pantai, atau tempat lainnya selain kantor untuk mengubah suasana kerja supaya lebih fresh.

Tapi terlepas dari itu semua, sebenarnya, siapa sih yang nggak suka liburan? 

Oke, pertama-pertama sebelum membahas lebih jauh, kita perlu samakan persepsi dulu nih tentang arti liburan itu apa - dan ini yang tricky. Secara umum liburan, wisata, plesir, atau apa pun istilahnya itu, dianggap sebagai kegiatan yang memungkinkan kita untuk keluar diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Kalau dulu, istilah memang liburan identik dengan pergi ke suatu tempat. Tapi sekarang, pandangan ini sudah nggak begitu relevan sebab perbedaan antara liburan dan kehidupan sehari-hari nggak sejelas dulu, karena pengalaman dan kenyamanan yang dulu terbatas dirasakan saat liburan, sekarang bisa kita akses dalam kehidupan harian.

Jadi, liburan nggak harus berarti pergi ke luar negeri atau luar kota saja, tapi bisa juga sesimpel menghabiskan waktu di rumah sambil leyeh-leyeh, dan nggak mengerjakan pekerjaan yang memberatkan kita. Di sini saya tambahkan keterangan “pekerjaan yang memberatkan” karena realitanya sekarang, banyak juga orang yang malah senang mengerjakan sesuatu terkait pekerjaannya secara santai di waktu libur. Saya pun termasuk salah seorang yang begini juga sejujurnya.

Jadi, liburan nggak harus berarti pergi ke luar negeri atau luar kota saja, tapi bisa juga sesimpel menghabiskan waktu di rumah sambil leyeh-leyeh, dan nggak mengerjakan pekerjaan yang memberatkan kita.

Bagi saya yang kebetulan menikmati dengan apa yang saya kerjakan saat ini, menghabiskan waktu di hari libur dengan menulis atau membuat perencanaan yang terkait pekerjaan itu nyaman sekali karena bisa menuangkan ide-ide tanpa adanya distraksi meeting, deadline, atau gangguan lainnya yang biasanya membuat suatu pekerjaan perlu dilakukan dengan ritme cepat dan dalam tekanan. Itu kalau bagi saya, orang lain mungkin punya pendapat yang berbeda.

Terlepas dari se-workaholic nya seseorang, kita semua sepakat kalau kita butuh liburan untuk berbagai alasan. Supaya nggak stress, bisa dapat ide-ide baru, ingin habiskan waktu dengan orang terdekat, refreshing, dan lain sebagainya. Yup, meskipun kita semua suka libur, ternyata nggak sedikit juga orang yang merasa bersalah salah dirinya meliburkan diri. Kok bisa?

Terlepas dari se-workaholic nya seseorang, kita semua sepakat kalau kita butuh liburan untuk berbagai alasan. Supaya nggak stress, bisa dapat ide-ide baru, ingin habiskan waktu dengan orang terdekat, refreshing, dan lain sebagainya.

Dari sebuah riset, satu dari empat orang Amerika memiliki “emosi negatif” seperti merasa gugup, bersalah, takut, dan malu saat meminta cuti untuk berlibur. Disebutkan beberapa alasannya adalah karena mereka tidak ingin mengecewakan atasan atau anggota tim mereka, merasakan tekanan dari kantor atau tempat bekerja untuk tidak menghabiskan seluruh jatah liburan atau, sekadar, memaksakan kesalahan pada diri mereka sendiri. 

Memang, mungkin waktu yang dihabiskan untuk liburan bisa berarti memotong waktu kita dalam mengerjakan sesuatu. Misalnya, yang sering terjadi, kita merasa enggan mengambil libur karena masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan merasa nggak punya waktu lagi untuk menyelesaikannya kalau mengambil libur. 

Selain itu, bagi yang merupakan pekerja lepas atau yang bekerja dengan hitungan jam, waktu yang ada bisa menjadi sangat berarti untuk mendapatkan uang. Jadi merasa sayang kalau harus menukarnya dengan liburan yang memiliki konsekuensi penghasilan mereka jadi berkurang. 

Lalu gimana untuk menengahinya?

1. Seberapa sibuknya atau secintanya kamu bekerja, kamu tetap perlu waktu libur untuk berjeda dan beristirahat supaya bisa lebih produktif secara optimal.

Coba rencanakan dari jauh hari kapan kamu ingin mengalokasikan liburanmu, termasuk pengaturan yang mengikutinya. Misalnya mulai dari mengabari atasan dan rekan kerja, menyetel notifkasi cuti di email kantor, mendelegasikan pekerjaan, mengabari klien, dan lain sebagainya. 

2. Saat kamu dalam posisi berlibur, sebisa mungkin nikmati saja pengalaman yang sedang kamu alami.

Jauhkan dari hal-hal yang akan mengingatkanmu pada tumpukan pekerjaan. Percaya deh pekerjaan itu nggak akan ada habisnya. Jadi kalau bilang “Duh pekerjaan gue belum selesai”, yaa selamanya pekerjaan akan selalu ada, kan. Tapi sebelumnya, kembali lagi kamu harus pastikan mengambil libur di waktu yang aman, ya, bukan misal di saat-saat project sedang menjelang deadline.

3. Selesai berlibur, wajar holiday mood bisa jadi masih terbawa.

Tapi, kamu harus bisa segera memposisikan diri untuk siap bekerja kembali dan catch up dengan apa yang kamu lewatkan karena tengah berlibur. Nggak usah panik kalau merasa tiba-tiba pekerjaan jadi menumpuk. Mulai kerjakan dari tugas dengan prioritas yang paling tinggi untuk diselesaikan. Lama-lama bisa selesai juga deh. 

Jadi sekarang, kapan kita pergi liburan? Asal kita bisa atur waktu, sebenarnya nggak ada alasan untuk nggak liburan. Semoga membantu!

Related Articles

Card image
Self
Perbedaan dalam Kecantikan

Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak akan pernah terpisahkan. Cantik kini bisa ditafsirkan dengan beragam cara, setiap orang bebas memiliki makna cantik yang berbeda-beda sesuai dengan hatinya. Berbeda justru jadi kekuatan terbesar kecantikan khas Indonesia yang seharusnya kita rayakan bersama.

By Greatmind x BeautyFest Asia 2024
01 June 2024
Card image
Self
Usaha Menciptakan Ruang Dengar Tanpa Batas

Aku terlahir dalam kondisi daun telinga kanan yang tidak sempurna. Semenjak aku tahu bahwa kelainan itu dinamai Microtia, aku tergerak untuk memberi penghiburan untuk orang-orang yang punya kasus lebih berat daripada aku, yaitu komunitas tuli. Hal ini aku lakukan berbarengan dengan niatku untuk membuat proyek sosial belalui bernyanyi di tahun ini.

By Idgitaf
19 May 2024
Card image
Self
Perjalanan Pendewasaan Melalui Musik

Menjalani pekerjaan yang berawal dari hobi memang bisa saja menantang. Menurutku, musik adalah salah satu medium yang mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa. Terutama, dari kompetisi aku belajar untuk mencari jalan keluar baru saat menemukan tantangan dalam hidup. Kecewa mungkin saja kita temui, tetapi selalu ada opsi jalan keluar kalau kita benar-benar berusaha berpikir dengan lebih jernih.

By Atya Faudina
11 May 2024