Ketika banyak orang yang mungkin berpikir jalan hidup saya terlihat lancar-lancar saja, kenyataannya tidaklah demikian. Dalam hidup saya, ada momen-momen buruk yang sangat berkesan, yang bahkan mungkin meninggalkan luka cukup mendalam dalam hidup.
Ada empat kejadian kurang menyenangkan dalam hidup yang tidak pernah saya lupakan. Pertama adalah ketika pertama kali saya mencoba berbicara di depan umum untuk menjadi Ketua OSIS di SMP. Banyak yang tidak suka melihat saya berbicara di depan orang banyak bahkan ada teman-teman yang melempar sampah makanan. Kejadian tersebut membuat saya mempertanyakan kemampuan diri, “Apa yang salah dari saya ya? Apakah memang saya tidak bisa berbicara di publik dengan baik?”. Saya merasa dipermalukan hingga ingatan tersebut sangat membekas hingga sekarang.
Pengalaman kedua adalah ketika saya hampir tidak lolos masuk SMA favorit. Padahal saya merasa nilai akademis sudah sangat bagus di SMP. Tidak pernah terpikir saya tidak diterima di sekolah tersebut. Apalagi hasil ujian akhir di SMP juga menunjukan nilai yang sangat baik. Tapi ternyata Tuhan begitu baik pada saya. Salah satu teman yang sudah diterima harus keluar kota hingga akhirnya saya bisa masuk. Saya pun kaget saat masa orientasi siswa mengetahui murid yang diterima lebih banyak dari informasi yang saya dapatkan sebelumnya. Mereka bisa diterima karena menggunakan jalur belakang dengan jaringan-jaringan yang dimiliki. Akhirnya, saya menghadap ke Kepala Sekolah dan mempertanyakan situasi tersebut hingga menyatakan bahwa saya akan jadi murid paling berprestasi di sekolah tersebut. Pengalaman kedua ini juga membuat saya merasa dipermalukan oleh sistem, oleh sesuatu yang di luar kemampuan saya.
Lalu beranjak ke universitas, saya merasa segala prestasi yang saya miliki di universitas pasti bisa mengantar pada pekerjaan yang diinginkan yaitu jadi guru. Apalagi saya sudah lulus lebih dulu dengan nilai akhir sangat tinggi. Ditambah dengan segudang aktivitas kemahasiswaan yang sudah saya tekuni. Saya yakin sekali setelah lulus, saya akan mudah dapat kerja. Ternyata kenyataan tidak semulus yang dipikirkan. Setelah mendaftarkan diri ke beberapa sekolah, saya ditolak jadi guru dengan berbagai macam alasan. Akhirnya setelah tidak menemukan pekerjaan yang diinginkan, saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi dan mendaftar ke universitas bonafit: Harvard dan Columbia University. Sayangnya, keinginan saya masuk Harvard harus mengalami penolakan. Dan lagi-lagi saya harus menerima kegagalan yang membekas.
Namun dari segala kegagalan tersebut, tidak disangka saya juga mendapatkan kesuksesan karenanya. Pertama, karena saya merasa dipermalukan saat ingin menjadi ketua OSIS, saya pun berlatih lebih keras untuk bisa berbicara di publik lebih baik. Akhirnya saya justru mendapatkan kesempatan untuk bicara di salah satu forum PBB. Kemudian saat saya hampir tidak lolos masuk universitas favorit, saya berhasil membuktikan omongan saya pada kepala sekolah. Saya lulus SMA dengan nilai paling tinggi satu provinsi. Lalu saat saya ditolak oleh Harvard, saya diterima oleh Columbia University dengan beasiswa penuh. Tidak terbayangkan jika saya diterima di Harvard dengan biaya sendiri. Dan yang terakhir, ketika saya pernah ditolak menjadi guru, saya ternyata bisa memulai Ruangguru.
Jadi, saya tidak akan sampai ke titik ini kalau sebelumnya tidak mengalami kegagalan. Saya belajar bahwa keinginan dan harapan dalam hidup mungkin tidak akan langsung didapatkan dengan urutan waktu yang direncanakan. Terkadang kita harus melewati kegagalan dulu dan melihat perspektif lain dari kegagalan tersebut. Jika kita bisa melihat kegagalan sebagai bagian dari perjalanan, kita akan menilainya bukan sebagai kegagalan tapi sebagai proses perjalanan. Terkadang memang sulit untuk melihat rencana Tuhan dan butuh waktu untuk melihat sisi baik dari sebuah kejadian buruk. Di satu titik, kita hanya belum tahu maksud Tuhan memberikan pengalaman itu apa.
Ada beberapa pola pikir yang saya yakini dapat menuntun saya pada titik sekarang ini. Pertama adalah memahami bahwa kegagalan tidak bisa dihindari. Sepintar atau sesukses apapun kita, pada satu titik hidup, kita mau tidak mau harus menghadapi penolakan dan kegagalan. Tapi yang membuat kita berbeda dengan orang-orang yang juga menghadapi kegagalan adalah bagaimana merespon kegagalan tersebut. Kita terkadang tidak sadar Tuhan ingin kita melalui jalan A untuk bisa tiba ke B. Tidak bisa langsung lompat ke tujuan. Kedua, kita mungkin juga tidak sadar bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik jika kita mendapat yang bukan diinginkan sebelumnya. Apa yang baik menurut kita belum tentu baik untuk Tuhan. Seringnya, kita mengambil tugas Tuhan untuk tahu apa yang terbaik untuk diri sendiri. Terakhir adalah pola pikir tentang waktu. Saat kita dihadapi dengan kegagalan atau penolakan, mungkin itu belum waktunya kita untuk dapat.