Jika boleh menganugerahkan penghargaan bagi kata atau istilah paling overused selama beberapa tahun terakhir, passion pasti setidaknya masuk ke jajaran nominasi lima besar. Bayangkan saja, berapa banyak motivator yang mempertanyakan passion kita, jargon-jargon “follow your passion” dalam segala bentuk gubahannya, atau ajang yang merayakan ide-ide yang berasal dari passion talenta-talentanya. Tapi pahamkah kita dengan makna passion sesungguhnya?
Passion kini lebih banyak diartikan sebagai sebuah hasrat atau kecintaan terhadap suatu hal. Ada yang hobi merangkai bunga, disebut passion-nya merangkai bunga. Atau ada yang sering menulis, dibilang passion-nya menulis. Hanya sekadar kecintaan akan suatu hal kini sudah dicap sebagai suatu passion.
Menelaah sejarahnya, istilah passion muncul jauh sebelum para motivator era modern berteriak-teriak lantang membahasnya di berbagai kesempatan. Istilah ini justru memiliki konteks spiritual yang begitu kental – jauh berbeda dari penggunaannya di era modern ini. Passion berasal dari kata Latin yakni passio yang bermakna ‘sengsara.’ Pertama kali diperkenalkan dalam sebuah terjemahan Alkitab berbahasa Latin pada abad ke-2 yang menjelaskan mengenai kematian Yesus. Kata ini kemudian diserap dalam teks-teks keagamaan dalam Bahasa Inggris Kuno. Namun ketika Bangsa Normandia menyerang Inggris di pertengahan abad 11, kata tersebut semakin popular dan masuk ke dalam bahasa percakapan. Meski begitu maknanya tetap sama yakni kesengsaraan secara fisik.
Perkembangan Bahasa Inggris yang melaju pesat di abad 16 menyebabkan passion kemudian memiliki makna-makna baru di mana kata Latin passio yang merupakan asal-muasalnya dimaknai sebagai sebuah ‘emosi’ atau ‘perasaan’. Semakin lama passion pun semakin berkembang penginterpretasiannya hingga mencakup makna seperti ‘kemarahan ekstrim’, ‘hasrat’, atau ‘gairah.’ Sementara di Indonesia, passion dipadankan sebagai ‘renjana’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti ‘rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dan sebagainya.)’
Jadi bagaimana kita seharusnya memaknai passion?
Mengingat bahwa passio awalnya bermakna ‘sengsara’, passion bisa diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan meski terasa sengsara. Menjalani suatu hal berdasarkan kecintaan, apabila kita sanggup menjalankannya mesti terasa sangat sengsara berarti yang kita jalani adalah passion kita.
Contoh saja seorang seniman yang kerap lupa makan atau bahkan minum di tengah proses berkarya. Meskipun dengan perut yang lapar, namun mereka tetap saja mengerjakan apa yang menjadi kecintaannya – yakni berkarya. Di situ lah passion in action.
Atau misal entrepreneur yang menjalani bisnis yang katanya berdasarkan passion. Kalau memang benar yang dijalani passion-nya, meski ada berbagai cobaan dan tantangan, tetap ia jalani tanpa menyerah.
Jadi, apa sudah benar yang selama ini Anda sebut sebagai passion itu adalah passion Anda?