Pernah nggak tiba-tiba saat kamu melewati satu tempat lalu ingatan tentang sang mantan muncul di kepala? Atau teringat padanya saat ada seseorang yang menggunakan parfum yang sama? Ingatan itu pun kemudian membuat kamu bertanya-tanya, kenapa ya aku masih ingat dia? Apakah ini artinya aku masih punya perasaan padanya?
Tunggu, tunggu, sebelum akhirnya kamu tiba-tiba mengambil handphone dan menyapanya kembali lewat sepenggal kata “Hai” coba tarik napas dulu dan mungkin jauhkan smartphone dari jangkauan.
Kenapa ingatan tentang mantan kekasih, terkadang bisa kembali begitu saja tanpa disengaja?
Pertama-tama, yang harus kita ingat adalah bahwa otak kita tidak bisa melupakan ingatan begitu saja. Seperti layaknya gunung es, ingatan-ingatan di masa lalu tersimpan di bagian bawah gunung yang tidak terlihat di permukaan. Ingatan ini tidak benar-benar hilang. Sama saja seperti ingatan kita di masa kecil. Ia tetap ada di dalam pikiran bawah sadar kita walau perlu sesuatu untuk memicunya kembali dalam ingatan sadar.
Jadi, sebenarnya wajar saja kalau tiba-tiba ingatan tentang mantan bisa kembali ke permukaan. Apalagi kalau ada pemicunya. Nah, ada satu lagi alasan kenapa ingatan tentang mantan masih bisa kembali setelah sekian lama Alasannya adalah adanya Memori Kolektif antara kamu dan dia. Secara sederhana, memori kolektif dapat diartikan sebagai sebuah ingatan yang terbentuk dari pengalaman bersama antara dua orang atau lebih. Memori kolektif ini juga yang akhirnya membentuk identitas kita sebagai individu. Jadi, tidak heran kalau kita bisa tetap mengingat apa yang pernah menjadi bagian dari identitas diri.
Satu lagi alasan kenapa ingatan tentang mantan masih bisa kembali setelah sekian lama Alasannya adalah adanya Memori Kolektif antara kamu dan dia. Secara sederhana, memori kolektif dapat diartikan sebagai sebuah ingatan yang terbentuk dari pengalaman bersama antara dua orang atau lebih.
Jika diandaikan dalam konteks yang lebih umum adalah memori kolektif tentang ibu kota Jakarta. Masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun sudah mengingat bahwa Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia. Ini berarti memori kolektif yang kita miliki bersama sebagai warga Jakarta membentuk identitas Jakarta sebagai ibu kota Indonesia. Ketika nantinya identitas Jakarta bukan lagi ibu kota, ingatan tentang Jakarta sebagai ibu kota akan tetap ada. Nostalgia bisa muncul dari pengalaman yang kita lalui di Jakarta saat masih menjadi ibu kota
Memori kolektif yang menjadi salah satu teori budaya ini pada dasarnya menjadi salah satu dasar penulisan sejarah. Saat dua orang atau lebih mengalami satu peristiwa yang sama mereka membentuk sebuah sejarah. Ini juga yang terjadi saat kita secara tidak sengaja tiba-tiba mengingat kenangan dengan mantan kekasih. Kita menjalin memori kolektif atau ingatan bersamanya yang dulu membentuk identitas kita menjadi kekasihnya. Saat identitas itu berubah, ingatan yang dimiliki tidak semerta-merta langsung lenyap begitu saja.
Memori kolektif yang menjadi salah satu teori budaya ini pada dasarnya menjadi salah satu dasar penulisan sejarah. Saat dua orang atau lebih mengalami satu peristiwa yang sama mereka membentuk sebuah sejarah. Ini juga yang terjadi saat kita secara tidak sengaja tiba-tiba mengingat kenangan dengan mantan kekasih.
Tentu saja bukan berarti kita masih punya perasaan terhadapnya. Bisa jadi ini hanya soal bagaimana otak kita memiliki ingatan yang kuat. Sehingga saat ada pemicunya, kenangan di masa lampau itu bisa kembali muncul. Menariknya, mungkin ingatan itu bukan semerta-merta tentang dirinya. Bisa jadi, ingatan itu hanyalah tentang pengalaman menyenangkan yang kita alami di masa lampau. Kebetulan, ada mantan kekasih yang hadir di pengalaman itu
Jadi, setelah nostalgia tentang kekasih lama muncul dalam benak, apa yang akan kamu lakukan? Tentu saja semua terserah padamu. Apakah kamu mau tetap berada dalam sejarah dan mencoba kembali menghidupkan sejarah atau kamu mau membiarkannya menjadi sejarah dan hidup di realita masa kini.