Di tengah hidup yang penuh hiruk pikuk, memberi waktu untuk berduaan saja dengan diri sendiri menjadi kebutuhan yang bisa membuat kita tetap seimbang.
Kita tentu pernah mendengar imbauan “pasang masker oksigen Anda terlebih dahulu sebelum membantu yang lain” ketika hendak take off di dalam pesawat. Bagi saya, imbauan itu berlaku sama untuk soal menyayangi diri sendiri. Sayangi diri sendiri sebelum menyayangi orang lain menurut saya adalah sebuah teori yang valid untuk diterapkan saat ini, ketika semua orang dan informasi bisa dengan mudah mengokupasi waktu kita.
Dalam waktu yang begitu penuh tekanan, meluangkan waktu untuk diri sendiri merupakan hal penting yang perlu dilakukan. Tak perlu seharian penuh, 10 menit per hari pun bisa besar artinya bagi kita untuk memberi jeda dan membiarkan diri kita menyadari setiap momen yang terjadi. Dalam waktu itu, kita bisa melakukan apa pun yang kita sukai. Duduk menghirup aroma kopi di sudut favorit sebuah kedai kopi langganan kita, berjalan-jalan sendiri di sekitar kantor atau rumah, atau bahkan berdiam diri tak melakukan apa pun di teras rumah sambil mengamati bunga kamboja yang terus mekar di sudut halaman bisa menjadi pengisi 'me-time' yang menyenangkan.
Sedikitnya delapan manfaat disebut-sebut sebagai manfaat dari menyediakan ‘me-time' ini, yakni menghidupkan ulang pikiran, membantu kita beristirahat, meningkatkan konsentrasi, membuat kita lebih produktif, memberi kita ruang untuk melakukan penemuan diri, memberi kita jeda untuk bisa merenung, menjadi pertolongan pertama bagi problem yang kita hadapi dan akan meningkatkan kualitas hubungan kita.
Namun sayang, tak jarang kita sulit menyediakan waktu untuk diri sendiri karena kita mengalokasikan semua untuk berbagai komitmen baik dengan pekerjaan maupun dengan orang lain. Dalam tulisannya “The Importance of Me Time” di www.thethrieveglobal.com, konselor kesehatan klinis Chrystall Wanstall yang lebih senang menyebut dirinya sebagai happiness / wellbeing explorer itu memberi lima kiat yang bisa dijadikan landasan untuk bisa membuat waktu untuk diri kita sendiri.
Perlakukan Hubungan Kita Sebagai Investasi
Bila kita sering mengatakan bahwa waktu adalah uang, pertanyaannya kemudian adalah, pada siapa kita akan menginvestasikannya? Lakukan audit personal dan pastikan bahwa kita memberikan waktu terbanyak untuk mereka yang sangat kita sayangi dan peduli. Mungkin saat melakukan ini, kita menemukan bahwa kenyataannya, kita tak menginvestasikan waktu kita untuk mereka karena waktu kita habis untuk orang dan keperluan lain. Dengan menginvestasikan energi untuk hubungan yang penting, kita tak hanya memperkaya koneksi tersebut, tapi kita juga akan mulai mengerti nilai utama waktu dan bagaimana mengelolanya secara efektif hingga kita pun bisa memberikan waktu untuk kita dan diri sejati.
Miliki Kekuatan Untuk Berkata Tidak
Ada banyak orang yang menemukan kesulitan untuk mengatakan tidak. Tak jarang kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati orang lain. Padahal, dalam keadaan lelah dan kering secara mental, kita tak akan bisa memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Hal ini berlaku sama baik dalam urusan pekerjaan maupun hubungan. Belajarlah untuk mengkomunikasikan secara jelas keterbatasan yang kita miliki dan belajar pula lebih banyak untuk mendengarkan tubuh. Rasakan dengan seksama semua bagian tubuh kita dan memperhatikan perasaan-perasaan yang terjadi padanya, sebab hal tersebut seseungguhnya merupakan pesan yang ingin disampaikannya pada kita. Mungkin saja tubuh tengah meminta kita memelankan ritme dan mengisi ulang energi.
Jadwalkan 'Me-Time'
Terpisah dari keharusan utnuk memastikan bahwa kita memiliki waktu tidur yang cukup dalam 24 jam, coba buatlah ‘me-time’ kita seperti sedang akan melakukan rapat dengan klien penting. Matikan semua alat komunikasi dan jangan menundanya meski ada keinginan kita untuk mengundurkannya setelah kita menyelesaikan satu pekerjaan lagi. Berikan label ‘very important person’ bagi diri kita sendiri dalam kurun waktu ini.
Simulasikan Semua Indera
Cara tercepat untuk kembali terhubung dengan diri kita adalah dengan mensimulasikan, atau menelusuri lagi semua indera yang kita miliki untuk mengingatkan siapa kita yang sesungguhnya. Hal ini akan bisa menjadi alat bantu yang kita gunakan dalam berbagai kesempatan dan situasi. Biasakan untuk mindful atau fokus pada yang bersentuhan dengan semua indera kita. Misalnya, bila biasanya kita minum kopi dengan tergesa, coba mulai merasakan dengan lebih seksama aroma, tekstur dan sensasi yang hadir dalam rongga mulut ketika kopi melewatinya. Ketika berjalan di taman, sempatkan merasakan rileksnya kaki kita bersentuhan dengan rumput sambil menikmati musik. Musik merupakan cara populer yang diambil banyak orang untuk menemani ‘me-time’ nya. Jadi tak ada salahnya menyiapkan musik-musik favorit untuk menemani kita.
Hilang Untuk Hadir
Filsuf Walter Benjamin mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk hadir dalam sebuah momen adalah dengan menyerahkan diri menjadi hilang. Ketika kita dihadapkan pada sebuah keharusan untuk menghadapi ketidak pastian, menggunakan indera dan bukan menggunakan hal-hal yang kita ketahui untuk bisa benar-benar bisa mengapresiasi segala hal yang dihadirkan oleh sebuah momen.
Mudahkan? Ayo segera buatkan waktu buat berkencan dengan diri kita dan biarkan kebaikan berbondong-bondong datang.