Self Science & Tech

Bercakap Bersama Nerissa Arviana Prawiro: Design Thinking

Namanya Nerissa Arviana Prawiro. Saya mengenal dia ketika sama-sama mengenyam pendidikan di Universitas Loughborough, Inggris pada 2016. Ana, lahir di Jakarta, besar di Singapura. Setelah menyelesaikan pendidikan desain industri, ia bekerja sebagai UX (User Experience) designer untuk Goldman Sachs di London, Inggris. Di luar pekerjaan, ia suka mengeksplor passionnya terhadap desain untuk menghasilkan sesuatu yang bisa memudahkan hidup orang lain.

Pada 2014, Ana menerima penghargaan desain Red Dot Concept Design Award atas sarung tangan yang mengurangi tremor pada pasien Parkinson’s. Pada 2020, ia adalah salah satu dari seratus perempuan yang terpilih dalam TechWomen100 Awards. Kini ia adalah salah satu anggota dari Royal Society of Arts, status yang disematkan bagi mereka yang berkontribusi pada perkembangan dan kemajuan sosial.

Saya bercakap bersama Ana yang selalu dengan senang hati berbagi ilmu, kali ini tentang design thinking dan bagaimana menggunakan pola pikir desain untuk mencari pekerjaan yang bermakna.

Nerissa Arviana Prawiro (A): Dari kecil aku tahu aku kreatif. Aku suka bikin barang, ‘ngerusakin’ (mereteli) barang terus aku kembalikan lagi ke bentuk awal. Pas sudah gede baru sadar bahwa ini bentuk problem solving (pemecahan masalah). Apa yang bikin aku tertarik dengan produk desain . . . bedanya seni dan desain, kita bisa mengekspresikan diri dalam seni, sementara dalam desain, secara umum, kita bisa memberi solusi pada suatu kebutuhan yang belum terpenuhi. Itulah yang membuat aku tertarik dengan jurusan seni dan desain.

Aku memilih bidang dimana aku bisa bereksperimen, to get stuck and unstuck (dari terjebak kemudian menemukan jalan keluar) melalui eksperimentasi dan eksplorasi. Desain produk memungkinkan aku melakukan ini.

Marissa Anita (M): Yang dimaksud pekerjaan bermakna itu apa menurutmu?

A: Pekerjaan yang bermakna pasti berbeda untuk setiap orang. Building blocks (blok bangunan) yang membentuk hidupnya berbeda-beda: ada yang mementingkan waktu bersama keluarga atau keuangan atau lainnya. Semakin kita dewasa, makna pekerjaan juga bisa berubah.

[Yang jelas] ada tiga poin yang bisa membantu kita membuat makna dalam hidup: siapa kita, apa yang kita percaya, dan apa yang kita lakukan. Jika kita bisa menyambungkan ketiga hal ini dalam hidup kita, kita akan bisa menjalani hidup dengan lebih bermakna.

Ada tiga poin yang bisa membantu kita membuat makna dalam hidup: siapa kita, apa yang kita percaya, dan apa yang kita lakukan.

Untuk aku pribadi, pekerjaan yang bermakna bukan tentang berapa banyak uang atau status yang aku dapatkan, tapi lebih kepada apa yang bisa aku lakukan untuk orang lain dengan menggunakan kemampuan, kesempatan dan kondisi yang aku miliki sekarang; pekerjaan dimana aku bisa berempati dengan orang lain dan membantu mereka menggunakan kreatifitas aku.

Pekerjaan yang bermakna bukan tentang berapa banyak uang atau status yang aku dapatkan, tapi lebih kepada apa yang bisa aku lakukan untuk orang lain dengan menggunakan kemampuan, kesempatan dan kondisi yang aku miliki sekarang;

M: Kamu pernah memberikan seminar di London tentang bagaimana menggunakan pola pikir desain (design thinking) untuk mencari pekerjaan yang bermakna. Caranya bagaimana?

A: Intinya, pola pikir ini adalah cara kreatif untuk menyelesaikan masalah, dengan cara menempatkan user (manusia) dan kebutuhannya sebagai fokus. Jadi, kita bukan fokus pada solusi atau masalahnya dulu, tapi pada aspek manusianya dulu.

Pertama, kita berempati dengan diri sendiri dulu, menemukan blok bangunan yang membentuk hidup kita, mencermati apa yang kita butuhkan dalam hidup kita.

Contoh bagaimana industri mengaplikasikan pola pikir desain. Mantan desainer GE Healthcare Doug Dietz merancang mesin MRI (pencitraan resonansi magnetik) yang telah memenangkan banyak penghargaan karena teknologi dan desain yang sangat bagus. Saat ke sebuah rumah sakit, ia melihat seorang pasien anak perempuan menangis ketika akan memakai mesin ini. Dietz berpikir dia menciptakan mesin yang hebat tapi pengguna anak-anak tidak mendapatkan pengalaman positif ketika memakai mesin ini. Akhirnya Dietz kembali ke ruang gambarnya untuk menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi anak anak. Mesin MRI ia sulap menjadi kapal pembajak dan para dokter mengenakan kostum pembajak. Sebelumnya, 80 persen pasien anak-anak harus dibius dulu agar tetap tenang ketika masuk mesin MRI. Sekarang tidak lagi. Ini memecahkan masalah besar. Dan ini adalah contoh dimana seorang desainer memprioritaskan kebutuhan pengguna dalam memecahkan masalah.

Dalam hidup, kita berpotensi menghadapi sejumlah kendala seperti waktu, uang, lokasi, keadaan. . . Satu-satunya cara untuk membuat apa yang kita inginkan dan butuhkan ada secara bersamaan adalah melalui proses pola pikir desain.

Proses pola pikir desain terbagi menjadi dua: (1) menemukan masalah sebenarnya (2) menemukan solusi yang tepat untuk masalah ini.

Proses ini kita capai lewat lima langkah. Langkah pertama: empati (empathy). Kita berempati terhadap user (pengguna) dulu. Dalam konteks kita mencari pekerjaan yang bermakna, usernya adalah kita sendiri. Bagi kebanyakan orang berempati terhadap diri sendiri tidak mudah karena kita harus banyak refleksi diri, tanya diri mau apa, apa yang penting buat diri kita. 

Aku mau kenalkan sebuah proses bernama dekonstruksi. Dekonstruksi adalah sebuah metode yang kita gunakan untuk membingkai ulang cara pandang kita.

Ini adalah contoh balok bangunan dalam hidupku dalam bentuk mind mapping (pemetaan pikiran). Dalam dekonstruksi hidupku, ada pekerjaan, keluarga, tempat — kita petakan semua hal penting dalam hidup kita.

Langkah ke-dua: jabarkan (define). Ini adalah tahap dimana kita tanya diri permasalahan hidup apa yang sedang mau kita pecahkan. Apakah kita lagi mau cari kerja; ganti kerja; sekarang belum tahu maunya apa; atau setelah lulus universitas nggak tahu mau kerja apa. Sekarang kita bingkai ulang (reframe) permasalahan ini . . . 

Satu cara yang biasa aku pakai untuk ini adalah Lightning Decision Jam (LDJ). Ini adalah proses yang cepat, sekitar satu jam, untuk kita menjalani proses dekonstruksi balok bangunan, membingkai ulang permasalahan, menulis action plan (daftar tindakan) hingga akhirnya menelurkan sejumlah keputusan pada akhir proses ini.

Contoh, fokus aku sekarang karir. Dengan metode LDJ, dalam tujuh menit, aku tulis semua masalah dengan pekerjaanku sekarang dalam post-it notes.

  • Permasalahan #1: “Aku merasa tercekik oleh klien dan stakeholder yang terlalu mengatur apa yang aku kerjakan”
  • Permasalahan #2: “Pekerjaanku tidak memberikan ruang bagiku untuk mengeksplor sisi kreatifku.” Dan seterusnya . . .

Aku tulis semua permasalahannya.

Setelah itu, dot voting [untuk mengurutkan mana permasalahan yang menjadi prioritas untuk dicarikan solusinya]. Ini adalah proses yang kunci dalam metode LDJ.

Dalam dunia bisnis, ketika kita mau memecahkan masalah, biasanya kita undang seluruh dewan direksi untuk membantu memilih mana yang jadi prioritas. Sekarang konteksnya hidupmu. Kamu adalah CEO dari hidupmu, sementara dewan direksinya adalah pasangan, keluarga, teman yang kenal betul siapa dirimu dan mendukungmu dalam hidup ini. Untuk memecahkan sejumlah masalah di atas tadi, kamu undang para ‘dewan direksi’ ini. Berikan dua, tiga stiker penanda untuk membantumu memilih mana masalah yang kamu dan mereka pikir paling penting sekarang. Setelah terpilih tiga masalah teratas, sekarang bingkai ulang - yang tadinya kamu melihat ini sebagai masalah, sekarang menjadi sederet tindakan.

Yang tadinya: “Pekerjaanku tidak memberikan ruang bagiku untuk mengeksplor sisi kreatifku dalam pekerjaan”.

Sekarang: “Bagaimana saya bisa (how might I) berbagi ilmu  dengan orang lain sambil menggunakan sisi kreatif saya?”

M: Jadi bingkai berpikir yang kita pakai lebih positif. Dengan menggunakan kata “bagaimana saya bisa . . .” kita jadi melihat masalah menjadi sesuatu yang positif . . .

A: Ya. Sesuatu yang bisa kita kerjakan. Ini pada dasarnya esensi dari pola pikir desain, menterjemahkan masalah menjadi tindakan. Dari sini, kita tulis sejumlah tindakan yang bisa kita ekperimentasikan.

Contoh: salah seorang temanku, dia bekerja di industri kreatif, umur 28 tahun, punya dua anak. Dia ingin tetap berkarya tapi juga ingin punya lebih banyak waktu dengan anak-anaknya yang sedang tumbuh kembang. Ini adalah masalah valid yang banyak perempuan alami. Nah, bagaimana sekarang kita terjemahkan masalah ini menjadi tindakan? Bagaimana dia bisa tetap bekerja di industri kreatif tapi di saat yang sama punya kelenturan waktu untuk bersama anak-anaknya kapan pun dia mau?

Kini kita masuk ke bagian yang paling menyenangkan menurutku, ideate

Ini proses dimana kita memikirkan ide sebanyak-banyaknya, seliar apa pun tak apa. Ini sangat penting karena yang sering terjadi kita mau menyelesaikan satu masalah dengan satu ide saja. Seringkali ide pertama yang muncul ini bukan solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. . . Ini tentang mengeluarkan ide sebanyak mungkin kemudian mencari jalan untuk mengerucutkan ke apa-apa saja yang berhasil. It’s an ever evolving process.

Beberapa ide untuk menjawab masalah temanku tadi adalah:

- Mungkin saya bisa mengajar seni secara daring sambil mengurus anak-anak saya

- Mungkin saya bisa berhenti dari pekerjaan saya sekarang dan menjadi pekerja lepas

- Mungkin saya bisa mengambil pekerjaan yang memungkinkan saya bekerja dari mana saja. Dan seterusnya . . .

Setelah itu, undanglah lagi para dewan redaksi dalam hidupmu untuk melihat dari semua ide ini mana yang paling masuk akal dan bisa dijalankan.

Setelah ideate, kita masuk ke tahap prototipe, dimana kita menjadikan ide-ide tadi realita. Ada yang namanya prototipe perbincangan dan prototipe pengalaman.

Misal, seseorang mau berhenti jadi karyawan tetap untuk menjadi pekerja lepas.

Dia bisa menjalankan prototipe perbincangan dengan mengajak ngobrol pekerja lepas untuk tahu bagaimana aktivitas harian mereka. Kemudian tanya diri, ‘Apakah aku, ibu dua anak, sanggup menjalani hidup seperti yang pekerja lepas ini jalani?’ Obrolan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas apakah pengalaman pekerja lepas ini cocok dengan blok bangunan dalam hidup kita atau tidak.

Sekarang membahas prototipe pengalaman. Kini, banyak sumber daya daring — online learning dan platform — dimana orang-orang bisa berbagi skill (kemampuan), seperti FiverrUpwork dan People Per Hour untuk coba-coba jadi  pekerja lepas.

Dalam tahap prototipe ini, kita prioritaskan tindakan yang paling mudah dilakukan, quick wins. Kalau dilihat dari bagan dampak versus usaha, yang kita mau target adalah high impact (dampak tinggi) dan low effort (usaha rendah) dulu. Sesuatu yang kita bisa lakukan sekarang, nggak makan banyak waktu, dan bisa membantu kita. Contohnya, prototipe perbincangan tadi, sangat high impact dan low effort.

Langkah terakhir adalah uji dan ulangi (test dan iterate).

Percayalah pada prosesnya, dari terjebak hingga menemukan solusi yang pas dengan kebutuhan kita dalam hidup. Uji, ulangi, gagal cepat dan belajar lebih cepat lagi.

M: Mungkin di luar sana ada orang yang aku mau belajar cepat tapi tidak mau gagal cepat, karena ada pemikiran kalau gagal rasanya sakit sekali. . .

A: Sifat manusia memang ketika takut gagal karena kita selalu ingin jadi sempurna. Aku sendiri juga paham membuat kesalahan itu rasanya nggak enak. Tapi satu hal yang aku pelajari, kita tidak belajar kalau kita tidak pernah membuat kesalahan; kita tidak menantang diri kita sendiri karena sudah terlalu nyaman. Hanya karena takut perubahan dan takut menguji diri sendiri, kita malah jadi tidak bisa memenuhi potensi kita.

Kita tidak belajar kalau kita tidak pernah membuat kesalahan; kita tidak menantang diri kita sendiri karena sudah terlalu nyaman.

M: Proses uji dan ulangi ini berapa lama? Nggak mungkin kan gagal cepat terus. Harus ada titik dimana jalannya terasa mulus dan tidak ajrut-ajrutan lagi. . .

A: Blok bangunan yang membentuk hidup kita terus berubah seiring waktu, jadi aku rasa kita tidak akan tahu kapan harus berhenti proses ini sampai kita mencapai titik solusi yang menjawab permasalahan tadi.

M: Jadi titik akhirnya ketika kita mencapai kepuasan itu. Titik dimana sebuah pekerjaan tidak terasa sebagai beban, melainkan malah memberi semangat dalam hidup.

A: Ya. Semoga obrolan ini bisa membantu orang lain untuk memanfaatkan proses pola pikir desain dalam hidup mereka.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024