Self Lifehacks

Belajar Beradaptasi

Senin 9 November 2020, pukul 16:13 sore.

Aku menghentikan aktifitas pekerjaanku hari ini. Menarik napas, mengamati sekeliling, dan melihat empat  ekor kucingku sedang tidur dengan tenang. Pemandangan yang kadang membuatku tersenyum sendiri melihat gaya tidur mereka yang lucu-lucu. Sekejap aku termenung, mengingat kejadian sejak awal Januari 2020 hingga hari ini. Tidak terasa, tahun ini hanya tinggal tersisa 52 hari lagi. Ada banyak hari yang telah dilalui, yang mungkin tidak begitu aku ingat tiap detilnya. Namun, sore ini aku mencoba mengamati 313 hari yang telah dijalani tersebut.

Bagiku, awal Januari hingga Februari adalah waktu di mana banyak kejutan yang membahagiakan terjadi. Perencanaan hingga pertengahan tahun sudah begitu matang dan dirasa cukup sempurna untuk dilakukan. Apa daya, di pertengahan Maret, Indonesia terguncang dikarenakan pandemi Covid-19. Aku, kamu, dan aku rasa semua orang pun mengalaminya. Hampir semua perencanaan batal atau ditunda. Pasti ada tangis dan rasa kecewa ketika melaluinya. Akan tetapi, pada akhirnya kita mulai belajar ikhlas menerima, dan di saat bersamaan juga merencanakan hal baru di tengah kondisi raga terkurung di dalam rumah. Bagi anak muda yang sering ke alam bebas, hal ini sangat melelahkan bagiku, bahkan frustasi. Beradaptasi bukan lagi keperluan, tapi kewajiban, pikirku.

April minggu kedua, aku merasa ini adalah waktu puncak di mana aku merasa tertekan. Aku harus menerima kenyataan pertama kalinya merayakan Idul Fitri dengan tidak pulang kampung untuk bertemu orang tua. Berat rasanya harus melakukan  refund tiket kepulangan segala mengingat tiket tersebut sudah dibeli sejak lama sebab biasanya aku sudah merencanakan baik-baik tanggal mudik sejak di awal tahun. Untungnya pada saat ini, ada orang-orang yang tepat untukku bercerita untuk menghibur diri.

Masuk ke bulan Mei, sebenarnya aku masih belum terbiasa dengan keadaan ini. Masih banyak kurasakan kerinduan akan hal-hal yang biasa dilakukan sebelumnya, meskipun pada akhirnya aku jadi memperoleh pelajaran akan sejumlah hal. Aku belajar untuk tidak memaksakan diri melakukan banyak hal di luar kebiasaanku.  “Toh, aku dan orang lain berbeda,”  batinku. Tingkat produktivitas setiap orang pun berbeda, sehingga tidak perlu membandingkan diri dengan yang lain, terlebih ketika melihat unggahan mereka di media sosial. Aku jadi merasa belajar mengenal diri lagi, yang kukira selama ini telah cukup kupahami. Dan dari sini, aku mulai belajar beradaptasi dengan keadaan sekitar dengan caraku sendiri. Aku belajar dengan caraku, bukan berusaha untuk mengikuti standar cara yang orang lain lalui. Banyak yang menanyakan apa yang aku pelajari selama di rumah saja. Banyak juga yang mendorongku untuk belajar banyak hal baru dalam hal pengetahuan dan keterampilan agar lebih unggul dan ahli.

Tidak salah anjuran mereka, hanya saja awalnya aku terlalu menelan mentah kalimat itu. Dengan banyaknya orang yang selama di rumah saja ikut sejumlah kelas virtual, mendalami hobi baru, hingga mungkin mulai membuat usaha rumahan sendiri, aku sempat merasa diriku rasanya ‘begini-begini saja’ karena tidak melakukan hal yang sama dengan yang lain. Akan tetapi, pelan-pelan aku pun menyadari dari apa yang dilalui selama masa pandemi ini, pengalaman demi pengalaman mengajariku untuk mengenal diriku sendiri – lebih baik dari sebelumnya. Bukankah ini juga berarti aku telah belajar suatu hal baru yang belum pernah kulakukan sebelumnya?

Entah berapa lama keadaan pandemi ini akan berlalu. Ada banyak andai-andai serta harapan yang terkadang merusak realita yang ada. Jadi, kukatakan pada diri sendiri; pelan-pelan saja, lambat belum tentu kalah jauh dari tujuan. Yang perlu dipahami, finish setiap orang berbeda. Nikmati saja dulu keadaan ini. Esok kita tidak pernah tahu pasti apa yang akan terjadi.

Pelan-pelan saja, lambat belum tentu kalah jauh dari tujuan.

Tiba di bulan Juni hingga November ini, aku mulai bisa beradaptasi dan melaksanakan perencanaan baru dengan tetap menjaga kewarasan diri sendiri. Perencanaan yang aku maksud di sini adalah mulai dari perencanaan pribadi hingga pekerjaan. Satu persatu perencanaan yang batal atau tertunda, terlaksana dengan cara baru, yang bahkan tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh ku bisa ditempuh dengan cara seperti itu.

Finish setiap orang berbeda. Nikmati saja dulu keadaan ini. Esok kita tidak pernah tahu pasti apa yang akan terjadi.

Life skill utama bagi kita sebagai manusia adalah belajar setiap saat dan penting untuk selalu beraptasi. Akan tetapi, jangan lupa untuk menjaga kewarasan diri sebab tidak ada kondisi yang tetap di setiap waktunya, bahkan detik selanjutnya ketika aku selesai menulis kesimpulan yang kutarik dari pelajaran yang kuterima di sepanjang tahun ini. Bagaimana dengamu?

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024