Saat ini, ada 8 miliar populasi manusia di bumi. Sejak 50 tahun terakhir, populasi ini naik rata-rata hampir 1 miliar tiap 10 tahun. Jumlah yang sangat banyak ya?
Awalnya aku melihat ini hanya sebagai data, tetapi jika kita telusuri lebih dalam, apa yang akan terjadi jika tiba-tiba kita meninggal? Yang umum terjadi adalah, keluarga, orang terdekat, relasi, orang yang mendapatkan dampak positif dari hidup kita akan berduka. Orang-orang yang memiliki ikatan emosional dengan kita akan menjadi orang yang paling berduka dan merasakan kehilangan dengan durasi yang paling panjang. Tidak ada durasi yang pasti untuk tiap orang dalam berduka.
Ada orang yang berduka selama 4 minggu, 6 minggu, 2 tahun, 4 tahun atau lebih lama dari itu. Elisabeth Kübler-Ross menuliskan di bukunya On Death and Dying, ada 5 tahapan dari kedukaan. Mulai dari rasa penolakan, amarah, tawar-menawar, depresi, hingga akhirnya masuk ke tahapan penerimaan.
Orang yang ditinggalkan pada akhirnya akan menerima kehidupan dan menjalani hidup. Saat ini, Aku ingin mengajak Anda melihat dari sisi yang lain, yaitu dari sisi kita yang meninggal. Lalu bagaimana dengan kita yang meninggal?
Masing-masing dari kepercayaan kita bisa saja berbeda, ada yang mempercayai kehidupan setelah kematian hingga reinkarnasi. Kita bisa memiliki banyak kepercayaan yang berbeda, tapi satu yang bisa kita sepakati bahwa kehidupan kita saat masih hidup di dunia ini adalah satu-satunya hidup yang kita punya saat ini. Satu-satunya hidup yang dapat kita sadari dengan 5 indra kita. Satu hidup dengan satu perjalanan.
Kehidupan kita saat masih hidup di dunia ini adalah satu-satunya hidup yang kita punya saat ini. Satu-satunya hidup yang dapat kita sadari dengan 5 indra kita. Satu hidup dengan satu perjalanan.
Dari satu hidup dengan satu perjalanan ini, yang terjadi ketika kita meninggal, perjalanan kita selesai. Kita tidak ikut merasakan duka dan rasa kehilangan selama 4 tahun itu. Kita tidak membawa apapun yang kita punya di dunia ini. Harta, tahta, popularitas, bisnis, menjadi warisan yang kita tinggalkan, dimana semua itu akan berakhir. Lalu, apa yang perlu kita lakukan kalau pada akhirnya semua pencapaian itu berakhir?
Pada refleksiku saat sampai ke pemikiran ini, aku mendapatkan hanya satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu live for what really matters to you atau hidup untuk apa yang benar-benar berarti untukmu.
Hidup untuk apa yang berarti adalah kehidupan dimana anda fokus menjalani hidup pada aspek yang berarti dan kamu inginkan, diluar dari kepentingan, pendapat, atau mimpi orang lain terhadap hidupmu.
Satu kehidupan yang berharga ini terlalu berharga untuk menghidupi mimpi orang lain. Kita hanya akan bisa memberikan yang terbaik untuk orang lain dengan tulus, ketika kita sudah menjalaninya terlebih dahulu.
Apa yang berarti untuk kita pun akan berakhir, tapi satu sisi lain yang kita dapatkan dengan menghidupi apa yang berarti untuk kita adalah kita dapat menjalani hidup dengan sebuah kepenuhan atau fulfillment. Sebuah rasa kepuasan karena kita sudah menghidupi apa yang berarti.