Ketika membahas mengenai perencanaan keuangan sebenarnya ini merupakan hal yang personal jadi memang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Kalau membahas keuangan syariah sebenarnya yang jadi pembeda tentu saja landasan filosofinya, berdasarkan hukum-hukum Islam, yaitu Al-Qur’an, hadist, atau contoh-contoh lain turunanya. Sebenarnya filosofi keuangan syariah itu juga bersifat universal, karena terdapat unsur inklusivitas, keadilan, dan keberkahan di dalamnya.
Saat berbicara tentang uang, sebenarnya kita berbicara tentang mindset. Artinya ketika mendapatkan uang, kita harus bisa jadi orang yang mindful. Ada pula istilah mindful finance, artinya kita benar-benar paham dan mampu mengontrol ke mana uang kita digunakan. Ada empat hal yang masuk ke dalam konsep mindful finance yaitu kesadaran secara mental, emosional, spiritual, dan juga fisik.
Ada pula istilah mindful finance, artinya kita benar-benar paham dan mampu mengontrol ke mana uang kita digunakan. Ada empat hal yang masuk ke dalam konsep mindful finance yaitu kesadaran secara mental, emosional, spiritual, dan juga fisik.
Kalau saya pribadi, sebagai spesialis keuangan syariah tentu saja mengutamakan konsep gaya hidup halal. Gaya hidup ini juga tidak hanya sebatas mendapatkan uang dan bertransaksi dari cara yang halal, tidak hanya itu, ada konsep keberkahan, kesejahteraan, keadilan, dan kepedulian pada orang lain yang juga perlu diperhatikan. Bagaimana untuk bisa hidup dengan cukup. Hidup cukup juga bukan berarti pas-pasan tapi bisa memenuhi apa yang kita butuhkan dengan baik.
Untuk bisa hidup cukup, kita perlu menentukan skala prioritas dalam menggunakan uang. Pertama, keperluan wajib. Ini adalah keperluan yang mau tidak mau harus kita bayar, meliputi pajak, zakat, dan utang. Membayar utang adalah hal yang harus didahulukan, jangan buru-buru ingin investasi kalau masih ada utang yang harus dibayar. Kedua kebutuhan. Menyangkut keperluan hidup kita sehari-hari. Ketiga, keinginan. Tidak ada salahnya memenuhi keinginan kita kalau memang pengeluaran wajib dan primer kita sudah tercukupi. Terakhir, permintaan. Ini adalah sesuatu yang bisa dipenuhi dengan buying power atau kemampuan membeli.
Setelah menentukan skala prioritas jangan lupa lakukan evaluasi. Kalau kita sudah punya perencakaan keuangan, lakukan penilaian apakah skala prioritas yang kita tentukan sudah objektif dan bagaimana cara kita menemukan solusi jika terjadi hal-hal di luar prediksi kita.
Intinya, perencanaan keuangan itu personal, jadi tidak ada satu aturan yang pasti berlaku untuk semua orang. Jangan khawatir dengan rasio dan metode yang kamu gunakan, ikuti saja cara yang menurutmu paling nyaman.
Saat kita belum bisa menjalankan perencanaan keuangan dengan baik, sering kali kita terjebak dalam impulsive buying atau compulsive buying. Impulsive buying itu dipicu oleh produk yang menurut kita menarik sehingga memngaruhi keputusan belanja kita. Sedangkan compulsive buying dipengaruhi oleh dorongan yang ada di dalam diri. Misalnya saat sedang stress, kita berbelanja sebagai bentuk coping mechanism. Kedua hal ini akan jadi masalah jika tidak bisa dikendalikan dengan baik. Untuk bisa mencegah impulsive dan compulsive buying sebenarnya bisa dilakukan dengan memiliki rencana keuangan yang jelas. Jangan pula membuat rencana keuangan yang terlalu mengekang. Saran saya, coba untuk rencakan menabung pada saat awal kita mendapat uang, baru belanjakan sisanya, jangan malah sebaliknya.
Ada tiga cara yang juga bisa diterapkan untuk mengendalikan impulsive dan compulsive buying. Pertama, buat skala prioritas yang jelas. Kedua, kendalikan emosi karena sebenarnya pengelolaan keuangan sangat erat kaitannya dengan emosi kita. Jangan belanja saat lapar, karena biasanya hal ini cenderung membuat kita belanja lebih banyak dari yang seharusnya. Terakhir, bisa juga usahakan berbelanja dengan tunai. Bukan berarti harus pakai uang kertas, tapi hindari belanja menggunakan kartu credit atau dengan cara dicicil.
Saat belanja pastikan dua aspek ini terpenuhi yaitu fungsi dan kualitas. Pastikan barang itu punya manfaat dalam hidup kita dan jangan pula tergiur membeli barang murah yang ternyata mudah rusak. Lebih baik keluarkan uang sedikit lebih banyak tapi punya kualitas yang lebih baik sehingga bisa digunakan lebih lama.
Saat semua kebutuhan primer sudah terpenuhi dan ingin mulai berinvestasi, biasanya saat memulai saya akan menggunakan rumus LSD (Literate, Skilled, dan Idle). Literate, pastikan kamu punya pengetahuan yang cukup mengenai instrumen investasi yang akan kamu gunakan, pahami risiko dan returnnya. Kalau kita tidak memiliki pengetahuan, biasanya kita akan FOMO dan hanya mengikuti tren. Skilled, ketika sudah punya pengetahuan, asah kemampuanmu secara bertahap. Saat awal memulai investasi jadikan ini sebagai habit bukan untuk mencari profit untuk melatih keadaan emosionalmu saat berinvestasi. Ketiga idle, artinya ada uang dingin yang bisa kamu gunakan. Kalau belum punya dana darurat, jangan dulu sibuk memikirkan investasi karena ini bisa membahayakan dirimu sendiri.
Untuk bisa punya rencana keuangan yang sehat, kita perlu mendefinisikan kembali makna uang. Pahami uang sebagai cara atau alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Misalnya, biaya sekolah, menikah, ibadah, dan sebagainya. Be intentional with your money. Kedua, pastikan uang yang kamu dapatkan dan transaksikan bersih dan bisa dipertanggungjawabkan. Ketiga, kita harus tau seberapa takaran cukup untuk diri kita sendiri. Dalam prinsip Islam ada sifat qana’ah, prinsip merasa cukup yang menjadikan kita merasa penuh, cukup, dan bahagia. Kalau kita sudah bisa merasa cukup kita tidak akan tertekan dan membandingkan diri dengan orang lain. Keempat, sebenarnya uang adalah tentang perilaku. Jadi, pengelolaan uang itu bukan tentang seberapa cerdas kemampuan kita dalam menganalisis keuangan kita melainkan bagaimana perilaku kita dalam menggunakan uang. Biasanya saya menggunakan prinsip 3R yaitu rasional, realistis, dan reasonable. Uang itu sebenarnya tidak membuat kita kaya tapi perilaku kita lah yang membuat kita kaya.
Pahami uang sebagai cara atau alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Misalnya, biaya sekolah, menikah, ibadah, dan sebagainya. Be intentional with your money. Uang itu sebenarnya tidak membuat kita kaya tapi perilaku kita lah yang membuat kita kaya.