Setiap orang pasti mengalami transformasi dalam hidupnya. Entah transformasi pemikiran, situasi atau bahkan kemampuan diri. Dulu aku adalah orang yang bisa dibilang kurang percaya diri soal karya. Menurutku, terkadang kami yang bekerja di industri kreatif, entah menjadi seniman atau musisi, kami sering keras pada diri sendiri. Di awal karierku berkesenian, aku seringkali mempertanyakan: “Apakah karyaku sudah cukup bagus?”. Padahal sebelum benar-benar serius berkarya, aku hanya melakukan apa yang disenangi saja. Hampir tidak ada tekanan. Tapi setelah mulai serius pemikiranku soal karya mulai berubah. Aku jadi sering meragukan apakah orang-orang suka dengan karyaku atau tidak dan mulai melupakan kesenangan dari berkarya itu sendiri.
Lambat laun, aku mulai memupuk kepercayaan diri. Itu pun setelah menjalani bertahun-tahun lamanya. Mungkin karena semakin terbiasa menghasilkan karya secara terus menerus, aku mulai menyadari bahwa menghasilkan karya yang otentik, berasal dari diri sendiri ternyata lebih berpengaruh untuk orang lain. Lewat karya, aku bisa mencurahkan isi hati dan pikiran yang merupakan buah dari ekspresi diri sehingga karya yang dihasilkan adalah sesuatu yang personal. Transformasi diri ini sekaligus mengubah karyaku secara visual.
Aku mulai menyadari bahwa menghasilkan karya yang otentik, berasal dari diri sendiri ternyata lebih berpengaruh untuk orang lain.
Dulu ketika aku masih kurang percaya diri dan cukup pemalu, karyaku didominasi oleh nuansa hitam putih dengan garis-garis yang lebih halus. Berbeda dengan sekarang di mana karyaku lebih berwarna dengan karakter-karakter yang lebih beragam. Menyadari perubahan ini, aku ternyata senang melihat orang lain senang bahkan tertawa menikmati gambar-gambarku. Jujur, dulu aku lebih sering mengikuti apa yang kebanyakan orang sukai. Tapi ternyata aku tidak menikmati proses berkaryanya itu sendiri. Lalu saat aku sudah menemukan apa yang aku suka, orang-orang pun responnya jauh lebih baik. Bahkan reaksi mereka di luar ekspektasiku.
Jujur, dulu aku lebih sering mengikuti apa yang kebanyakan orang sukai. Tapi ternyata aku tidak menikmati proses berkaryanya itu sendiri. Lalu saat aku sudah menemukan apa yang aku suka, orang-orang pun responnya jauh lebih baik. Bahkan reaksi mereka di luar ekspektasiku.
Dalam hidupku, upaya untuk keluar dari zona nyaman berkali-kali dilakukan. Aku merasa itu menjadi sebuah petualangan yang tentunya ada jatuh bangun. Tapi justru dari sana aku jadi bisa benar-benar menghargai prosesnya. Seperti ketika lulus dari jurusan arsitektur, aku justru belajar desain grafis dari nol. Memulai semua dari awal tanpa ada latar belakang desain grafis. Kemudian karena dulu aku tinggal di Bandung terpisah dari orang tuaku yang tinggal di Jakarta, aku terpicu untuk keluar dari zona nyaman karena harus membiayai hidup sendiri. Akhirnya aku mulai unggah karya-karyaku sampai menjalin pertemanan dan relasi yang akhirnya menuai beberapa projek ilustrasi. Setelah beberapa lama sudah nyaman dengan rutinitas tersebut, aku bertemu dengan suami dan dia hendak pindah kerja ke Jakarta. Ini juga mengharuskanku keluar lagi dari zona nyaman karena kita tahu bertahan di Kota Jakarta tidaklah mudah.
Ketika kembali ke Jakarta, lagi-lagi aku dipertemukan pada persimpangan yang mengharuskanku keluar dari zona nyaman. Bidang pekerjaan lebih luas dan lebih kompetitif membuatku merasa tidak bisa tinggal diam di zona nyaman. Jika aku masih ingin bekerja di bidang ini, aku harus berkembang juga. Aku pun jadi lebih sering memberikan motivasi pada diri sendiri, meninjau kembali apa lagi yang bisa aku pelajari. Kemudian seorang teman menawarkanku untuk bekerja sama dengannya dalam tim. Tentu saja ini membuatku seakan harus keluar dari kebiasaan yang tadinya bekerja sendiri, aku harus belajar bekerja sama dalam tim. Terus-menerus keluar dari zona nyaman memang tidak mudah, tapi aku bersyukur karena bisa selalu menemukan hal baru yang membuatku bersemangat kembali. Begitu juga ketika aku menemukan Babbot, karakter IP yang aku ciptakan. Dari Babbot aku kembali menemukan transformasi karya. Karena tujuan penciptaan Babbot memang untuk menghiburku, jadi ketika menggambarnya aku merasakan ketenangan. Seolah seperti diingatkan untuk bernapas.
Dari segala perubahan-perubahan yang terjadi, entah bagaimana aku justru merasa lebih hidup. Awalnya, aku mengira ilustrasiku hanya digunakan dalam majalah atau buku. Tidak pernah menyangka bisa sampai ke titik sekarang. Tidak menyangka ternyata banyak orang yang ingin berkolaborasi denganku. Terkadang aku masih sering terharu karena semua peluang yang didapatkan ini. Seperti di tahun 2020. Meskipun tahun tersebut adalah tahun yang penuh dengan tantangan, tapi aku bersyukur masih mendapatkan kesempatan untuk berkarya. Aku masih diberikan kesempatan untuk belajar hal baru yaitu membuat animasi. Sebelumnya, aku tidak menyangka aku akan paham membuat animasi. Ternyata memang harus berani keluar dari pola pikir lama, fokus, dan meluangkan waktu untuk belajar lagi.
Jadi sebenarnya berani berubah adalah salah satu cara kita bertahan hidup. Aku harus berani berubah untuk berkembang karena aku hanya tahu meneruskan hidup dengan berkarya. Aku tidak bisa berhenti. Sebaliknya, aku justru harus terus mengasahnya. Di samping memang berkarya adalah sesuatu yang aku senangi, tapi motivasi terdalamnya adalah karena berkarya adalah caraku bertahan hidup. Tidak hanya untukku sendiri tapi juga untuk orang-orang di sekitarku yang mungkin terlibat dalam pekerjaanku. Selain juga aku memang ingin melihat sampai mana karyaku bisa berkembang.
Jadi sebenarnya berani berubah adalah salah satu cara kita bertahan hidup.