Self Lifehacks

Titik Keseimbangan Hidup

Dinda Utami

@dindautami

Pelatih Kebugaran

Ilustrasi Oleh: Hwang T (Atreyu Moniaga Project)

Olahraga telah menjadi bagian perjalanan hidupku sejak kecil. Meski tak pernah merencanakan untuk menjadi seorang pelatih kebugaran, namun secara tidak sadar kegemaranku berolahraga telah terbentuk dari masa ibuku mengikuti kelas aerobik. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif berolahraga. Seringkali aku diajak ke studio kebugaran, menemaninya menjaga kebugaran tubuh. Mungkin dari sana dunia olahraga tak lagi asing bagiku. Mendorongku untuk bertumbuh menjadi seseorang yang terbiasa berolahraga. Dari SMA aku pun sering mencoba olahraga yang sedang tren saat itu di mana aku terus melanjutkan kebiasaan berolahraga sampai bekerja kantoran sebagai seorang bankir. 

Namun rutinitas berolahraga menjadi bagian yang cukup besar ketika aku baru saja melahirkan anak pertama. Bobotku yang meningkat cukup banyak mendekatkanku pada olahraga lebih dari sebelumnya. Pertemuanku dengan crossfit juga mengenalkanku pada latihan beban dan serunya berolahraga dengan komunitas. Ada sesuatu pada jenis olahraga ini yang membuatku ingin menjadikannya kebiasaan. Hingga pada saat aku memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan korporat seolah ada yang mendorongku untuk mengambil sertifikasi menjadi pelatih kebugaran. Walaupun aku tidak pernah merencanakan jenjang karier yang amat berbeda dari latar belakangku ini, tapi olahraga seakan sudah bersemayam di alam bawah sadarku. Begitu ada kesempatan untuk berkecimpung di dalamnya, berkarya di industri olahraga aku pun tidak ingin menyia-nyiakannya. Selain dapat memberikan waktu lebih banyak untuk keluarga, menjadi pelatih kebugaran membuatku tersadar bahwa aku ingin lebih "let go". Dulu di dunia perkantoran aku selalu berencana. Sampai akhirnya aku paham bahwa aku tidak bisa mengendalikan masa depan tapi aku bisa mengubah masa kini. Aku hanya perlu membiarkan apa yang terjadi di masa sekarang untuk terjadi.

Aku tidak bisa mengendalikan masa depan tapi aku bisa mengubah masa kini.

Dunia olahraga pun mengajarkanku banyak hal termasuk keseimbangan hidup. Kala aku harus melatih seseorang sebenarnya aku pun terbantu memahami diriku sendiri. Tidak hanya mereka yang terbantu untuk mencapai gol kebugaran mereka, proses berlatih dan melatih pun mengajarkanku untuk memahami gol kebugaranku sendiri. Hingga aku mengerti bahwa hidup itu harus berada tengah, seimbang. Jika bisa diibaratkan aku merasa kita hidup seakan sedang berselancar. Setiap hari kita dihadapkan dengan ombak yang tak dapat diprediksi tinggi-pendeknya sehingga kita harus pintar-pintar menyeimbangkan papan selancar agar dapat menembuh ombak tersebut. Ombak di sini dapat diartikan sebagai masalah dan tantangan yang kita temui sehari-hari. Untuk dapat menyeimbangkan posisi kita dalam berselancar kita pun harus mengenal tubuh di mana aku memiliki teori: Think Well, Eat Well, Move Well. Berpikir baik, memiliki asupan yang baik untuk dapat bergerak dengan baik. 

Hidup ibarat sedang berselancar. Setiap hari kita dihadapkan dengan ombak yang tak dapat diprediksi tinggi-pendeknya sehingga harus pintar-pintar menyeimbangkan papan agar dapat menembuh ombak tersebut. 

Untuk mengerti konsep ini bayangkan tiga garis lurus dengan setiap labelnya bertuliskan Think Well, Eat Well dan Move Well. Garis ini adalah garis keseimbangan sedangkan ruang di sebelah kiri adalah ruang kekurangan sementara kanan ruang kelebihan. Jadi di garis Think Well, misalnya. Ruang sebelah kanan adalah ketika kita berpikir terlalu banyak hingga membuat kita cepat khawatir akan suatu hal. Ruang sebelah kiri di saat kita tidak memikirkan sesuatu masak-masak. Begitu pula dengan garis Eat Well di mana ruang kanan ketika kita kelebihan asupan dan kiri kekurangan asupan sehat. Sedangkan Move Well adalah garis di mana kita tidak terlalu banyak berolahraga dan tidak terlalu banyak bersantai. Dengan membayangkan ketiga garis ini di kepala kita, ketika ada “ombak” menghampiri kita bisa sadar posisi kita ada di sebelah kiri atau kanan dan bagaimana untuk tidak terlalu lama berada di salah satu ruang dan kembali ke garis tengah.

Memang tidak akan mungkin kita bisa selalu seimbang setiap detik, setiap waktu. Konsep Think Well, Eat Well, Move Well juga bukan menjamin keseimbangan hidup setiap saat. Konsep ini bisa dikatakan berfungsi untuk menjadi alarm kita setiap kali sedang bergelut dengan tantangan sehari-hari yang tak bisa diprediksi. Contohnya adalah ketika dulu aku belum mengenal konsep ini aku pasti bisa marah-marah sepanjang hari hanya karena macet. Secara tidak sadar aku akan kesal sepanjang hari. Sudah keluar dari kemacetan lalu aku diberikan pekerjaan di kantor. Mood jelek pun mewarnai seluruh hariku dan tentu saja dampaknya tidak baik bukan hanya untukku saja tapi untuk orang di sekitarku. Sebaliknya, saat aku sudah mengenal konsep Think Well, Eat Well, Move Well ini aku bisa sadar untuk berkompromi dengan keadaan. Bukannya tidak boleh merespon keadaan dengan emosi tapi tidak membiarkan emosi itu terlalu lama ada di dalam diri dan menelan aura positif hingga kita kehilangan kendali akan diri sendiri. 

Bukannya tidak boleh merespon keadaan dengan emosi tapi tidak membiarkan emosi itu terlalu lama ada dalam diri dan menelan aura positif hingga kita kehilangan kendali akan diri sendiri. 

Kenapa penting untuk tidak berlama-lama dalam emosi atau aura negatif? Sekarang coba bayangkan kalau kita sering berada dalam sikap negatif. Contohnya marah-marah. Siapa sih yang tidak pernah marah-marah? Semua orang sepertinya pernah. Tapi jika sikap marah-marah ini diulang setiap hari menjadi kebiasaan dan tidak dicegah lama kelamaan bisa jadi kepribadian kita. Sudah pasti kita tidak mau kan memiliki kepribadian negatif yang hanya akan merugikan diri sendiri? Kepribadian negatif ini pun akan mempengaruhi pikiran kita. Selain akan membuat kita selalu berada dalam ketakutan memulai atau menjalani hari, orang-orang di sekitar pun bukannya tidak mungkin akan menjauh karena tidak betah berlama-lama ada di dekat kita. Salah-salah mereka bisa kena omel karena mood jelek kita. Dalam kehidupan berkeluarga, aku kebanyakan menggunakan konsep ini untuk mempersiapkan diri dalam mengahadapi hari. Misalnya aku tahu hari ini aku akan menghadapi berbagai hal yang buat lelah, alih-alih memikirkannya terlalu berlebihan aku mencoba untuk mengalihkan pikiranku dengan apa yang dapat membuatku bersemangat di hari itu. 

Aku sempat berada di kondisi yang setiap hari untuk menghadapi hari saja sudah takut dan khawatir. Kemudian aku pun berusaha untuk mengubah kebiasaanku memulai hari. Kini sebelum aku bertemu dengan seseorang entah berinteraksi dengan suami atau anak-anak di pagi hari aku membiasakan untuk melakukan kegiatan yang minim gangguan. Memulai hari dengan shalat subuh, kontemplasi, dan memberikan afirmasi positif pada diri yang menekankan pada apa yang ingin aku capai hari ini. Seringkali aku mendaraskan: aku ingin melakukan hal baik di setiap interaksi dengan orang lain hari ini dan menyebarkan kebaikan. Inilah yang membentengi hatiku sebelum bertemu dengan interaksi antar manusia dan bahkan melihat aktivitas telepon genggam. Seakan menghidupi kutipan yang amat aku sukai dari Jay Shetty, ”I want to be internally situated not externally stimulated.” 

Aku ingin melakukan hal baik di setiap interaksi dengan orang lain hari ini dan menyebarkan kebaikan.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024