Pernah nggak sih, kamu merasa kesepian?
Saat mendengar kata kesepian, bagi sebagian orang mungkin ini adalah kata yang menakutkan atau bahkan traumatis. Di sisi lain, mungkin ini adalah hal yang sudah menjadi hal lumrah dan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menjalani hidup sendirian, boleh jadi hal yang dihindari oleh banyak orang, mungkin kamu juga salah satunya.
Menjalani hidup sendirian, boleh jadi hal yang dihindari oleh banyak orang, mungkin kamu juga salah satunya.
Setelah melewati masa pandemi selama hampir tiga tahun terakhir, rasa sepi dan kesendirian sudah hampir pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Meski kadang tidak terlalu terlihat, ternyata kesepian bisa berdampak besar bagi hidup kita.
Rasa kesepian yang teramat sangat, tak jarang membuat kita pada akhirnya tidak mampu memilih teman atau pasangan yang tepat. Pernah dengar nggak istilah “jangan belanja saat lapar”, kurang lebih hal ini juga sebenarnya berlaku dalam hal memilih teman atau pasangan hidup. Jangan gegabah memilih teman saat kita sedang merasa kesepian.
Kenapa?
Saat kita merasa kesepian, sering kali kita kemudian gegabah dan menerima semua orang yang mencoba masuk dalam hidup kita. Syukur kalau memang ada orang baik yang bersedia hadir menjadi teman kita, tapi kita juga harus bersiap untuk kemungkinan buruk dalam hidup.
Ketika kesepian, biasanya kita kemudian berasumsi bahwa kita tidak mungkin menjadi pilihan bagi banyak orang. Lalu kemudian memaksakan diri untuk menerima siapapun tanpa mempertimbangan sebenarnya kehadiran siapa yang benar-benar kita butuhkan. Hal ini juga bisa berakhir pada ketidakmampuan kita untuk berargumen demi kebaikan diri sendiri. Lantas kemudian kita mencoba berdamai dengan segala ketidaknyamanan yang terus menerus menumpuk dari waktu ke waktu.
Terus apakah berarti kita tidak boleh sendirian? Nggak juga. Sendirian belum tentu kesepian, ini juga yang biasa dijelaskan saat berdiskusi tentang konsep solitude. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, solitude artinya kesendirian. Berbeda dengan kesepian, solitude hadir berdasarkan keputusan yang kita ambil saat memang ingin menyendiri.
Di zaman sekarang, rasanya publik memang tidak telalu ramah bagi orang-orang yang suka sendirian. Seolah mereka yang suka sendirian dianggap aneh atau tidak menyenangkan sebagai seorang teman. Apalagi kalau di film-film kebanyakan tokoh antagonis atau villain digambarkan sebagai seseorang yang suka menyendiri. Tapi ternyata kesendirian juga bisa memberikan dampak baik bagi diri kita. Menurut sejarah, ada banyak filsuf, tokoh agama, hingga seniman yang membuktikan manfaat kesendirian dari segi ketenangan batin ataupun kreativitas.
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Long dan Averill yang terbit dalam Journal for the Theory of Social Behaviour di tahun 2003, solitude ternyata memberikan pengaruh baik dalam beberapa aspek kehidupan. Diantaranya adalah kebebasan, kreativitas, keintiman, dan spiritualitas.
Poin keintiman menjadi menarik, karena sering kali solitude dikaitkan dengan kesepian. Padahal, kemampuan dan kesediaan seseorang untuk menikmati waktu sendirian bisa memberikan sudut pandang lain akan kehadiran orang lain dalam hidup kita. Kemampuan untuk menikmati waktu sendiri, memberikan kita latihan untuk bisa nyaman dengan diri sendiri dan mensyukuri kehadiran orang yang mungkin selama ini kita anggap tidak terlalu penting.
Kemampuan untuk menikmati waktu sendiri, memberikan kita latihan untuk bisa nyaman dengan diri sendiri dan mensyukuri kehadiran orang yang mungkin selama ini kita anggap tidak terlalu penting.
Sendirian tidak melulu berarti ada yang salah dengan diri kita. Coba anggap kesendirian sebagai hasil dari keputusan yang kita ambil, bukan hukuman yang kemudian membuat kita merasa terpinggirkan.
Jadi kalau lain kali ada café lucu yang mau kamu kunjungi atau film terbaru yang mau kamu tonton dan ternyata belum ada yang bisa menemani, coba beranikan diri untuk menikmati kegiatan tersebut sebagai latihan untuk bisa lebih akrab dengan diri kita sendiri. Kita selalu punya pilihan, termasuk untuk bersenang-senang dengan diri kita sendiri.
Referensi:
Long, C. R., & Averill, J. R. (2003). Solitude: An Exploration of Benefits of Being Alone. Journal for the Theory of Social Behaviour, 33(1), 21–44. doi:10.1111/1468-5914.00204
The School of Life. (2020, January 1). The high price we pay for our fear of loneliness. Youtube.https://www.youtube.com/watch?v=EYncNbM9HMs&t=28s