Self Lifehacks

Terjerat dalam Kebohongan Semu

Berbohong merupakan salah satu fenomena yang sejarahnya sudah setua umur manusia itu sendiri. Kita sering menemukan fenomena ini dalam keseharian kita. Baik di lingkungan sekitar maupun di dalam diri sendiri. Salah satu penelitian mengatakan bahwa paling tidak kita mengucapkan kebohongan sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 10 menit. Mengapa bisa begitu? Sebagai spesies, manusia hidup bersama manusia lainnya selama puluhan ribu tahun lamanya. Bayangkan berbagai jenis pola interaksi sosial beserta konflik yang sudah dan sedang terjadi di antara kita. Permasalahan bisa muncul dari berbagai situasi seperti kompetisi, negosiasi, atau bahkan romansa sekalipun dan berbohong dapat jadi salah satu cara untuk keluar dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut.

Secara sederhana ada dua alasan kenapa kita berbohong. Pertama, untuk mendapatkan sesuatu. Entah mendapatkan nilai bagus, mencapai target penjualan, atau memiliki status sosial yang baik di mata orang lain. Kedua, sebagai langkah perlindungan diri. Kebalikan dari alasan pertama, alasan ini bertujuan untuk menjaga agar kita tidak kehilangan sesuatu. Misalnya kehilangan nama baik atau kesempatan untuk bersosial secara wajar.

Secara sederhana ada dua alasan kenapa kita berbohong. Pertama, untuk mendapatkan sesuatu. Kedua, sebagai langkah perlindungan diri.

Lalu bagaimana kalau seseorang terbiasa berbohong sampai ia sendiri tidak menyadari kalau dia sedang berbohong? Orang tersebut bisa dibilang memiliki ciri pathological liar yaitu kecenderungan berbohong secara kompulsif (berulang) bahkan di situasi yang mungkin sebenarnya tidak perlu menyatakan kebohongan. Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki ciri ini, biasanya kita bisa melihat adanya ketidaksesuaian fakta dengan apa yang dikatakan. Dari situ kita bisa mulai menemukan pola kebohongan yang berulang. Ada pula ciri-ciri yang bisa kita perhatikan yaitu adanya kebohongan ringan. Ia biasanya terlalu mudah mengklaim sesuatu tanpa landasan atau kepentingan yang jelas. Lalu ia akan membuat cerita jadi rumit karena berusaha untuk menutupi satu fakta dengan fakta lainnya. Tidak jarang cerita menjadi sangat dramatis. Terakhir, ia akan terus memaksakan untuk mempercayai kebohongan tersebut meski sudah terbongkar.

Penyebab seseorang menjadi pembohong patologis masih sulit dikaji secara jelas, sebab tidak ada penyebab mutlak dari fenomena rumit ini. Namun, salah satu penyebabnya bisa berasal dari perasaan tidak aman dalam diri yang mungkin dilindungi secara berlebihan atau tidak mau diterima sebagai kenyataan. Sehingga ia lebih memilih hidup di panggung yang penuh kebohongan. Faktor lainnya juga bisa berasal dari lingkungan sekitarnya yang tidak memberi pemahaman akan pentingnya nilai moral berbentuk kejujuran dan memberikan konsekuensi yang tepat jika terjadi pelanggaran.

Apabila ini terus-menerus terjadi pada seseorang, dampaknya pun bisa amat bervariasi. Salah satunya adalah beban stress yang tidak tertahankan karena senantiasa berusaha menutupi kebenaran. Kebohongan tidak mampu berdiri sendiri, sehingga ia perlu terus menerus membentuk kebohongan demi kebohongan baru lainnya untuk melindungi dirinya. Karena cepat atau lambat, kebenaran akan terungkap. Saat kebohongan ini mulai terurai,  masalah baru pun akan muncul, seperti terganggunya hubungan sosial yang dimiliki, rusaknya kepercayaan yang dan seterusnya. Diasingkan dari kelompok sosial bukanlah hal yang tidak mungkin. Apalagi kejujuran dan integritas merupakan hal yang kita junjung sebagai nilai moral dalam hidup berkelompok. Terakhir, kebohongan berulang juga berpotensi membentuk delusi dalam pikirannya. Membuat ia terperangkap akan dunia fantasinya sendiri yang tidak dilandasi oleh realita.

Kebohongan tidak mampu berdiri sendiri, sehingga ia perlu terus menerus membentuk kebohongan demi kebohongan baru lainnya untuk melindungi dirinya. Karena cepat atau lambat, kebenaran akan terungkap.

Jika seseorang tidak memahami akan bagaimana kecenderungan berbohong berlebihan ini bisa mengganggu dan merusak hidupnya, tentu memperbaikinya akan sulit. Penyembuhan atau pengembangan diri baru akan terjadi ketika ia sudah merasakan urgensinya. Ia perlu mengurai ketakutan apa yang mendasari perilaku berbohong yang berulang ini, serta memahami konsekuensinya.  Jika sudah dipahami, langkah setelahnya adalah memulai untuk mengungkap kebenaran atau berkata jujur kepada dunianya. Akan sulit di awal, namun tentu ia harus mempercayai bahwa ini merupakan langkah yang penting untuk membuka diri dan terkoneksi dengan dunia sosialnya secara baik. Apabila dalam keseluruhan proses ini dirasa berat, rumit, ataupun membingungkan, seseorang patut menyadari bahwa keberadaan profesional bisa membantu.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024