Dalam menjalani hidup, acapkali kita dihadapkan pada suatu tantangan, bahkan kesulitan. Dari mulai terlahir ke dunia, saat ini, hingga ajal menjemput kita nantinya, tantangan dan kesulitan tersebut akan selalu hadir baik yang kita sadari maupun tidak. Terkadang kita tidak siap untuk menghadapi situasi dan kondisi tersebut hingga terbesit keinginan untuk menghindar maupun berandai-andai agar waktu dapat terhenti untuk sesaat. Sebuah tantangan sebenarnya bagaikan keping uang dengan dua sisi; pada satu sisi dapat menjadi tekanan, namun di sisi lain dapat menjadi peluang. Keduanya, baik tekanan maupun peluang merupakan suatu proses transisi dalam kehidupan manusia. Proses transisi tersebut bisa berdampak baik, bisa juga sebaliknya, tergantung bagaimana kita memandang tantangan dan kesulitan. Apabila kita memandangnya hanya dari sisi tekanan yang mengancam tanpa membayangkan sisi peluang secara holistik, maka kemungkinan besar proses transisi tersebut terasa sulit. Hasil akhir berupa dampak yang dirasakan pun bisa jadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sebuah tantangan sebenarnya bagaikan keping uang dengan dua sisi; pada satu sisi dapat menjadi tekanan, namun di sisi lain dapat menjadi peluang.
Tekanan secara harfiah memang diartikan oleh psikolog Richard Lazarus sebagai gangguan, tindakan yang tidak menyenangkan, serta perasaan terancam yang mengharuskan seseorang untuk menyesuaikan diri untuk mengurangi ancaman tersebut. Tekanan juga sangat erat kaitannya dengan stres atau ketidakseimbangan sebagai respon atas ketidakmampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan ancaman yang dihadapi. Oleh sebab itu, dalam merespon tekanan diperlukan semacam upaya bahkan daya dorong agar tetap seimbang layaknya mengayuh sepeda agar tidak terjatuh. Upaya dan daya dorong ini sebenarnya telah ada dalam diri setiap manusia berupa pemikiran. Hal tersebut yang mampu membuat kita sebagai manusia tetap seimbang dalam merespon tekanan, dengan catatan kita fokus pada kemampuan yang kita miliki tanpa mengedepankan hal-hal yang ada diluar kendali diri kita.
Kita tentu menyadari bahwa menjalani sebuah tekanan bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, tekanan menghadirkan suatu proses transisi berupa penyesuaian terhadap situasi dan kondisi dalam wujud adaptasi. Tekanan dalam konteks transisi memiliki kedudukan yang sangat penting. Pada proses transisi inilah selayaknya kita menggunakan daya upaya berupa akal pikiran, guna melihat peluang yang mungkin hadir untuk kemudian mengambil keputusan berbentuk penyesuaian. Oleh sebab itu, tekanan erat kaitannya dengan perubahan. Umumnya, seseorang yang terbiasa dengan tekanan akan lebih mudah dalam penyesuaian dan menjalani perubahan dalam kehidupan.
Tekanan erat kaitannya dengan perubahan. Umumnya, seseorang yang terbiasa dengan tekanan akan lebih mudah dalam penyesuaian dan menjalani perubahan dalam kehidupan.
Tekanan yang dirasakan oleh seseorang pada dasarnya tidak memiliki alat ukur, karena tekanan yang dirasakan oleh satu orang dan orang lain berbeda kadar dan tingkatannya. Satu hal yang pasti adalah semakin bertumbuh seseorang, maka tekanan yang dirasakan akan semakin besar. Meski demikian, seringkali karena kita terfokus pada hal-hal yang ada di luar kendali diri, kita lupa bahwa tekanan dapat dikendalikan. Bahkan kita lebih sering memandang bahwa tekanan merupakan ancaman. Padahal, tekanan dapat dijadikan sebagai objek untuk terjaga dan terpacu memberikan yang terbaik. Kita pun sebenarnya memiliki daya serta upaya untuk meminimalisir dan memutuskan, apa yang harus dilakukan sebagai respon dari tekanan yang kita terima. Berkaca pada proses terbentuknya sebuah intan, dimana semakin mendapat tekanan maka semakin berkualitas intan yang dihasilkan, begitu pula dengan manusia. Semakin banyak tekanan, maka pemikiran dan kepribadian manusia akan semakin tertempa sehingga menghasilkan manusia yang berkualitas.
Satu hal yang pasti, semakin bertumbuh seseorang, maka tekanan yang dirasakan akan semakin besar.
Jika kita menelisik keadaan yang saat ini, di tengah pandemi yang tengah mewabah, maka kita dapat menyejajarkannya sebagai sebuah tekanan. Akan tetapi, ketika kita mencoba menyelami sisi lain dari pandemi, maka kita akan menjumpai suatu fenomena pembelajaran berupa adaptasi dalam menjalani kehidupan yang mampu menempa kita untuk naik kelas menjadi pribadi individu yang berkualitas. Tekanan yang diberikan oleh pandemiCovid-19 memacu kita semua untuk sadar bahwa semakin cepat kita melakukan adaptasi, maka semakin cepat pula peluang dan pembelajaran yang akan kita dapati. Dengan kata lain, tekanan sebenarnya juga mampu menjadi pemicu sekaligus pemacu perkembangan dan pertumbuhan pemikiran maupun kepribadian seseorang.