Ketika memutuskan untuk membangun relasi dengan seseorang, terutama sebagai sebuah pasangan, tentu kebahagiaan adalah hal yang kita harapkan. Tapi lain cerita kalau ternyata hubungan yang dijalani justru berubah menjadi toxic relationship.
Istilah toxic relationship sendiri pertama kali digunakan oleh Dr Lilian Glass di tahun 1985 dalam buku "Toxic People". Menurutnya, toxic relationship adalah bentuk hubungan apapun antara manusia yang dibangun oleh rasa kompetisi, konflik, dan tanpa rasa saling menghormati satu sama lain.
Dilansir dari HealthScope, toxic relationship adalah sebuah hubungan yang sudah berubah dari tujuan awal dan jika tidak diperbaiki, hubungan tersebut berpotensi besar memberikan dampak buruk secara fisik maupun psikis bagi individu yang terlibat di dalamnya.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa berada dalam toxic relationship memiliki sederet dampak negatif bagi kesejahteraan hidup seseorang. Secara psikologis, berada dalam hubungan yang tidak sehat dapat menyebabkan stress, depresi, hingga kecemasan berlebih. Selain itu, hubungan beracun jangka panjang juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik seseorang.
Ada beberapa hal yang biasanya dirasakan seseorang, saat berada dalam toxic relationship:
1. Mengalami lebih banyak momen negatif daripada positif.
Coba ingat-ingat kembali kenangan yang selama ini lo punya bareng sama pasangan. Ingatan apa yang lebih banyak muncul? Kalau lebih banyak momen sedih dan depresi, ini mungkin salah satu tanda bahwa hubungan yang sedang dijalani saat ini sudah mulai berubah menjadi tidak sehat.
2. Mempertanyakan diri atau membebani diri secara berlebih akan rasa bersalah pada pasangan.
Kadang tanda-tanda toxic relationship memang susah dikenali dan bersifat manipulatif. Seseorang bahkan bisa merasa kehilangan dirinya sendiri sebagai hasil manipulasi yang terjadi tanpa sadar. Kalau lo ternyata jadi lebih sering nyalahin diri sendiri, bisa jadi selama ini hubungan lo sudah tidak lagi memberikan dampak positif satu sama lain.
3. Mengalami kekerasan secara fisik maupun verbal.
Gejala yang satu ini rasanya paling mudah dilihat dan dirasakan, tapi memang sering kali diabaikan. Bahkan seseorang bisa sangat denial terhadap pengalaman kekerasan yang dialami.
Ada beberapa alasan yang membuat seseorang biasanya kesulitan untuk keluar dari hubungan beracun. Pertama, bisa jadi individu yang terlibat memang tumbuh besar dalam hubungan beracun yang kronis, hingga merasa hal-hal negatif tersebut adalah hal yang wajar terjadi. Kedua, karena waktu yang sudah dihabiskan bersama. Biar bagaimana pun sudah banyak waktu yang diinvestasikan hingga seseorang bisa saja merasa kehilangan banyak hal jika hubungan ini disudahi. Ketiga, ilusi bahwa hubungan ini masih bisa diperbaiki. Tidak semua hubungan pantas dipertahankan, sebagian justru lebih baik disudahi dan diingat sebagai kenangan saja.
Hubungan yang sehat adalah suatu hubungan yang terjalin berdasarkan kesamaan tujuan dan nilai-nilai dasar yang dipegang. Berada dalam hubungan yang sehat, artinya kita akan bersedia untuk saling mendukung dan mendorong satu sama lain, untuk berusaha berkembang dan memperbaiki diri. Tanpa paksaan. Komunikasi yang berjalan baik dalam dua arah adalah salah satu kunci membangun hubungan yang sehat.
Hubungan yang sehat adalah suatu hubungan yang terjalin berdasarkan kesamaan tujuan dan nilai-nilai dasar yang dipegang. Berada dalam hubungan yang sehat, artinya kita akan bersedia untuk saling mendukung dan mendorong satu sama lain, untuk berusaha berkembang dan memperbaiki diri. Tanpa paksaan.
Keluar dari hubungan beracun memang tidak mudah, tapi bisa diusahakan. Hidup adalah tentang pilihan dan lo selalu punya hak untuk memilih hidup yang lebih sehat dan bahagia.
Referensi:
https://healthscopemag.com/health-scope/toxic-relationships/
https://www.empowher.com/heart-disease/content/impact-toxic-relationships-heart-health
https://greatmind.id/article/on-marissa-s-mind-toxic-relationship
https://www.health.harvard.edu/mind-and-mood/fostering-healthy-relationships