Self Lifehacks

Sepercik Air: Marah dalam Islam

Archie Wirija

@archiewirija

Pendiri Platform Sosial

Rasanya hampir semua orang pernah marah. Entah meluapkan emosi kemarahannya ke luar, atau memendamnya di dalam diri, marah umumnya membawa hasil yang terasa kurang enak bagi diri sendiri maupun orang lain.

Saat kita marah, biasanya kita akan hilang akal sehingga rawan mengucapkan kata atau melakukan perbuatan yang diluar kendali kita. Mungkin pada saat marah kita merasa sah-sah saja melakukan suatu perbuatan tertentu.  Tapi, coba deh ingat-ingat kembali. Seberapa sering  setelah kita sudah tenang kembali, kita sadar kalau perbuatan marah kita tidak ada gunanya? Biasanya kecenderungannya, kita merasa harus minta maaf untuk memperbaiki keadaan.

Seberapa sering  setelah kita sudah tenang kembali, kita sadar kalau perbuatan marah kita tidak ada gunanya?

Dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari, disebutkan ada seorang lelaki yang berkata pada Rasulullah, “Berilah aku wasiat.”

Rasulullah pun menjawab, “Janganlah engkau marah.”

Lelaki itu lalu mengulang kembali permintaannya, namun setiap kali ditanya pertanyaan yang sama, jawaban Rasulillah masih belum berubah, “Janganlah engkau marah.”

Marah sebenarnya bukan berarti tidak boleh. Kadang, menahan amarah itu sendiri susah. Tapi, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita mengatur dan menyalurkan emosi kemarahan kita.

Dalam hadits lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.”

Mengapa diam? Karena dengan diam, kita mendapat kesempatan untuk berjeda, menenangkan diri, dan berpikir secara sadar apa yang seharusnya dilakukan. Diam juga menahan kita dari melakukan hal-hal spontan yang merugikan.

Dalam hadits lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.”

Marah itu bahan dasarnya api. Selain itu, marah juga mengalir dalam darah. Merasa tidak kalau kita marah, rasanya emosi kita tinggi dan terasa panas?

Oleh karenanya, kalau dalam Islam saat kita marah, kita dianjurkan untuk mengambil air wudhu untuk “mendinginkan”. Selain itu, kita juga disarankan untuk mengambil posisi lebih rendah dibanding posisi kita sebelumnya untuk membuat peredaran darah kita mengalir ke seluruh badan, agar kita menjadi lebih rileks.

Misalnya kita marah saat sedang berdiri, maka kita dianjurkan untuk duduk. Bila masih marah saat duduk, kita dianjurkan untuk terlentang, dan bahkan untuk menutup mata atau tidur, untuk membuat kita menjadi tenang.

Menahan emosi  agar kita tidak cepat marah memang tidak mudah. Tapi, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Hanya perlu latihan agar kita bisa menyalurkan emosi kita di hal-hal yang tepat. Kalau saya, selalu mencobanya dengan cara diam. Mungkin kamu bisa melakukannya juga.

Dalam Islam saat kita marah, kita dianjurkan untuk mengambil air wudhu untuk “mendinginkan”. Selain itu, kita juga disarankan untuk mengambil posisi lebih rendah dibanding posisi kita sebelumnya untuk membuat peredaran darah kita mengalir ke seluruh badan, agar kita menjadi lebih rileks.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024