Saya pernah mengalami gejala OCD sewaktu kecil. Mulai dari suka cek kolong tempat tidur, cuci tangan berlebihan karena takut virus, sampai takut untuk makan setelah menonton tayangan sinetron saat tokohnya membubuhkan racun di makanan. Tak hanya itu, saya juga pernah mengalami serangan panik yang berujung dengan insomnia bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup. Dari titik inilah saya lantas kemudian belajar mindfulness secara serius.
Manusia pada dasarnya mewarisi gen survival, kita memang akan selalu berusaha untuk menyelamatkan diri dari segala sesuatu yang terasa mengancam. Ancaman ini juga bisa kita temukan dari pemikiran kita sendiri. Saat kepala kita mulai dipenuhi pikiran dan asumsi negatif secara tidak sadar kita akan berusaha melawan dan lari dari diri kita sendiri yang terasa tidak nyaman. Maka, penting untuk belajar bermeditasi dan berhenti sejenak untuk memahami bahwa pikiran kita bukanlah ancaman, karena apa yang kita pikirkan belum tentu fakta.
Saat kepala kita mulai dipenuhi pikiran dan asumsi negatif secara tidak sadar kita akan berusaha melawan dan lari dari diri kita sendiri yang terasa tidak nyaman. Maka, penting untuk belajar bermeditasi dan berhenti sejenak untuk memahami bahwa pikiran kita bukanlah ancaman, karena apa yang kita pikirkan belum tentu fakta.
Perjalanan saya untuk sembuh lantas saya tuliskan dalam buku “Mindful is Mind- Less”. Saya ingin berbagi pada teman-teman yang sedang mengalami hal serupa bahwa kalau saya bisa sembuh, Anda juga bisa. Dalam pengalaman saya, sebenarnya gejala yang saya alami kebanyakan muncul karena saya hidup di dalam kepala saya. Diri saya terdiri dari tubuh dan juga pikiran, tapi entah kenapa saya sepertinya begitu percaya pada apa yang saya pikirkan di dalam kepala. Saya kemudian terbiasa mempercayai pikiran-pikiran negatif yang saya buat sendiri.
Ketika saya belajar mindfulness, saya menemukan fakta bahwa saya selama ini tidak hidup di realita melainkan imajinasi saya sendiri. Saat Anda menjadi mindful, sebenarnya Anda tidak sibuk menggunakan pikiran, justru kita perlu mengurangi hal-hal yang menyita pikiran. Singkatnya, lebih minimalis dalam menggunakan pikiran. Bukan berarti tidak boleh berpikir, tapi belajar untuk tidak berlebihan dalam menggunakannya. Pikiran pada dasarnya membantu kita tapi bukan segala-galanya. Ada yang mengatakan bahwa pemikiran itu adalah alat yang sangat berguna tapi ia adalah tuan yang buruk.
Saat Anda menjadi mindful, sebenarnya Anda tidak sibuk menggunakan pikiran, justru kita perlu mengurangi hal-hal yang menyita pikiran. Singkatnya, lebih minimalis dalam menggunakan pikiran.
Saya belajar untuk lebih minimalis dalam menggunakan pikiran dan lebih memberdayakan tubuh. Kita mungkin terbiasa dengan kalimat teguran seperti, ‘kalau ada apa-apa dipikir dulu’ ‘makanya yang pinter, dong’ serta kalimat-kalimat serupa. Sekarang saya justru memahami bahwa kadang tidak semua hal haris kita pikirkan. Tak jarang solusi akan permasalahan kita datang dengan sendirinya. Misalnya saja, kita sedang mendengarkan keluhan dari seorang teman lalu lantas kita sibuk memutar otak untuk memberikan solusi, padahal mungkin yang sebenarnya teman kita perlukan hanya kehadiran kita untuk mendengarkan atau mungkin makan bersama.
Keluar dari kebiasaan untuk terus menerus memikirkan banyak hal dalam hidup memang tidak mudah dan butuh proses yang cukup panjang. Mereka yang mengalami gangguan panik dan cemas, termasuk saya, sebenarnya terjadi karena pikiran kita terlalu sibuk. Sebagian mungkin berusaha mengalihkan pikiran pada pekerjaan yang kemudian malah menambah beban bagi diri sendiri. Mungkin kita bisa meredakan keriuhan pikiran dengan memindahkan kesibukan yang ada ke tubuh, misalnya dengan olahraga, atau jalan santai di taman, coba untuk memberikan jeda pada pikiran kita.
Kita bisa meredakan keriuhan pikiran dengan memindahkan kesibukan yang ada ke tubuh, misalnya dengan olahraga, atau jalan santai di taman, coba untuk memberikan jeda pada pikiran kita.
Saat mengalami serangan panik, saya juga tidak bisa bermeditasi karena rasanya hening sangat tidak nyaman. Saya mulai perjalanan sembuh saya dengan sibuk memerhatikan lingkungan sekitar dan berolahraga. Ada satu momen ketika saya sedang yoga entah bagaimana rasa cemas yang sama punya runtuh begitu saja. Dari sini saya semakin yakin bahwa saya bisa pulih.
Melalui buku “Mindful is Mind-Less” saya ingin menyampaikan bahwa pemikiran kita tidak serta merta selalu menjadi fakta. Jadi kita tidak perlu memberikan energi secara berlebihan terhadap ketakutan, kecemasan, dan prasangka yang kita punya. Berikutnya adalah saya ingin mengundang teman-teman untuk belajar berjeda dan bersahabat dengan pikiran kita sendiri.
Hidup kita ini realita dan salah satu cara untuk kembali ke realita adalah dengan fokus pada tubuh. Saya selalu bilang bahwa lebih banyak kebijaksanaan yang anda bisa temukan di badan anda sendiri daripada terus berfilsasat beraneka rupa karena segala macam jenis filsafat itu adalah jawaban orang lain, bukan jawaban dirimu sendiri. Kembali lah pada tubuh, temukan kebijaksanaan ketika Anda keluar dari narasi-narasi yang selama ini memenuhi pikiran dan be alive.
Hidup kita ini realita dan salah satu cara untuk kembali ke realita adalah dengan fokus pada tubuh. Kembali lah pada tubuh, temukan kebijaksanaan ketika Anda keluar dari narasi-narasi yang selama ini memenuhi pikiran dan be alive.