Ketertarikan saya akan dunia seni sebenarnya sudah dimulai sejak kecil. Kebetulan ayah saya berprofesi sebagai seorang arsitek dan ibu saya adalah seorang interior designer, jadi mungkin memang secara tidak langsung saya mendapat pengaruh akan dunia estetika dari kedua orang tua. Sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar saya juga kerap kali ikut serta dalam beberapa lomba melukis. Setelah beranjak dewasa sebenarnya kecintaan saya akan seni masih selalu ada tapi kemudian saya memutuskan untuk mengambil pendidikan arsitektur karena memang saya juga tertarik pada hal-hal teknis seperti fisika dan matematika.
Waktu itu, saya juga belum tahu apakah kelak saya akan menjadi seorang arsitek atau seniman tapi seiring berjalannya waktu saya menyadari ternyata seni menjadi panggilan jiwa saya. Memang gelar sarjana saya dapatkan dari bidang di luar seni namun lambat laun saya menyadari bahwa itu juga bukan sesuatu yang sia-sia. Pilihan jurusan yang saya ambil ternyata memperkaya ide dan sudut pandang saya dalam mengeksekusi ide dalam bidang seni rupa.
Saya selalu merasa pendidikan formal akan selalu penting tapi kita tetap dapat menggali ilmu terkait bidang yang kita sukai, atau bagi saya bidang seni, secara mandiri. Saya memang secara sukarela banyak mencari informasi mengenai literatur dan sejarah seni melalui membaca. Sebenarnya kita bisa mendapat ilmu dari mana pun asalakan kita mau meluangkan waktu untuk belajar mandiri
Ketika membuat sebuah karya, saya selalu mengambil ide dan inspirasi dari sesuatu yang sangat sederhana. Saya melihat dari kesederhanaan yang kita alami sehari-hari sebenarnya jika digali kembali dapat mengarahkan kita pada kompleksitas ide yang lebih besar. Hal-hal sederhana yang saya ambil kemudian ternyata mengarahkan pada topik-topik seputar kritik sosial, pencarian identitas, sampai kepada bagaimana saya mengeksplorasi ide dan medium. Sehingga secara natural, saya mengeksplorasi lebih banyak hal dalam berkarya.
Ketika membuat sebuah karya, saya selalu mengambil ide dan inspirasi dari sesuatu yang sangat sederhana. Saya melihat dari kesederhanaan yang kita alami sehari-hari sebenarnya jika digali kembali dapat mengarahkan kita pada kompleksitas ide yang lebih besar.
Beberapa hasil karya saya kini juga dipamerkan dalam sebuah pameran tunggal di Tumurun Museum di Surakarta yang akan berlangsung sampai September 2022 bertajuk “WHY”. Di pameran ini terdapat tujuh project saya sebelumnya yang sekarang dapat dilihat dalam pameran tunggal tersebut. Di saat bersamaan di bulan April 2022 ini saya juga memamerkan satu karya saya di pameran inagurasi di ROH Project, Jakarta.
Ketika memilih karya untuk dipamerkan dalam pameran tunggal saya, ada dua hal yang menjadi perhatian. Pertama, saya ingin menampilkan pertumbuhan saya sebagai seniman di kota kelahiran saya, jadi teman-teman yang mungkin belum familiar dengan karya saya bisa melihat bagaimana saya bertumbuh sebagai seniman melalu karya yang dipamerkan. Kedua, saya berharap pengunjung pameran dapat melihat keberagaman saya dalam berkarya mulai dari proses riset hingga eksekusi project itu terjadi.
Saya selalu melihat seniman sebagai sebuah perpaduan dari takdir dan kerja keras. Tidak bisa dipungkiri memang terkadang ada beberapa orang yang ditakdirkan sebagai seniman atau yang kita sebut sebagai bakat tapi hal ini juga perlu dipadukan dengan kerja keras. Seniman adalah gabungan dari bakat dan persistensi. Sehingga saya percaya untuk siapa pun yang memang berkeinginan kuat untuk memiliki karir sebagai seniman, pasti kita dapat menemukan jalan sendiri untuk mewujudkannya.
Seniman adalah gabungan dari bakat dan persistensi. Sehingga saya percaya untuk siapa pun yang memang berkeinginan kuat untuk memiliki karir sebagai seniman, pasti kita dapat menemukan jalan sendiri untuk mewujudkannya.