Banyak dari kita berpikir bahwa kesehatan fisik jauh lebih penting dari kesehatan mental. Persepsi ini muncul mungkin karena manusia terkadang hanya fokus pada apa yang terlihat saja. Padahal menurut saya pikiran dan mental yang sehat adalah hal utama. Segala hal yang ada di dunia ini dimulai dari pikiran dan hati. Benar, untuk itu kita memang harus berpikir positif. Tapi cobalah untuk melampaui pikiran positif tersebut sehingga tidak hanya menerapkan berpikir positif tapi juga kemampuan untuk memiliki kesadaran diri yang tinggi. Sejatinya di semesta ini tidak ada yang abadi. Itulah kesadaran pertama yang harus ditanamkan pada diri sendiri. Untuk menerapkan pemikiran ini kita harus menghidupi masa kini, hari ini, jam ini, detik ini. Secara sadar.
Segala hal yang ada di dunia ini dimulai dari pikiran dan hati.
Kalau ada pertanyaan “Apa sih yang sebenarnya menjadi pemicu stres?” Jawaban saya adalah pemikiran akan hari esok dan masa lalu. Kita manusia seringkali terbelenggu dengan pertanyaan “Bagaimana menghadapi hari esok, ya?” dengan pernyataan “Ah, saya menyesal melakukan itu kemarin,” dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan semacam inilah yang membuat kita tidak memberikan apresiasi pada hidup di masa kini yang sedang dihadapi. Langkah awal untuk memunculkan pikiran dan mental yang lebih positif adalah dengan mensyukuri setiap detik yang sedang kita lalui, dengan sepenuhnya menyadari apa yang sudah didapatkan saat ini bukan kemarin atau besok.
Di dunia ini kita tak akan pernah bisa mengendalikan orang lain selain diri sendiri. Emosi dan reaksi dapat kita kontrol – jika berkehendak. Kita lah satu-satunya orang yang memutuskan untuk berperilaku seperti apa ketika menghadapi sesuatu. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan pikiran, hati, dan perbuatan kita harus belajar melepaskan diri dari hal-hal duniawi secara berkala. Meditasi atau berdoa dapat menjadi kebiasaan yang baik untuk perlahan memaksimalkan kemampuan pengendalian diri tersebut. Tidak mesti menghabiskan waktu yang selalu sama setiap harinya. Jika hanya memiliki waktu lima menit, ya gunakan saja. Yang penting tidak putus sehingga menjadi sebuah kebiasaan dan kebutuhan.
Langkah awal untuk memunculkan pikiran dan mental yang lebih positif adalah dengan mensyukuri setiap detik yang sedang kita lalui
Penting adanya melepaskan diri dari unsur duniawi agar kita bisa kembali ke diri sendiri, fokus dengan dirinya sendiri demi memunculkan kesadaran secara penuh akan tanggung jawab yang diemban. Kebanyakan individu terkadang lupa akan seberapa vital hal ini karena fokus pada bagaimana membuat fisik lebih sehat, lebih indah. Padahal seindah apapun tubuh kita tapi pikirannya tidak, hidup tidak akan bahagia. Yang ada hanyalah pikiran untuk bagaimana penampilan saya bukan apa yang dirasakan. Lebih signifikan jika kita memikirkan apakah usaha-usaha yang kita lakukan untuk tetap sehat itu bisa berguna bagi orang lain sesederhana apakah bisa buat kita dapat berinteraksi secara baik dengan orang-orang terdekat. Apapun yang kita lakukan harus berdasar pada pemahaman bahwa kita layak mendapatkannya. Tidak hanya sekadar mencapai sebuah target seperti turun berat badan saja. Hakikatnya, pencapaian yang seperti itu tidak akan ada habisnya. Gol yang lebih baik adalah untuk memastikan bahwa yang terjadi pada kita hari ini apakah sudah berjalan seperti rencana kita di awal hari atau belum. Untuk memastikan bahwa seharian ini kita telah bersikap jujur, melakukan semua kegiatan secara sadar.
Seindah apapun tubuh kita tapi pikirannya tidak, hidup tidak akan bahagia
Kebahagiaan itu nyatanya memang berasal dari dalam diri sendiri. Bukan dari luar. Kita harus menerima diri sendiri, menerima pengalaman apapun yang terjadi. Kalau kita menunggu validasi dari faktor eksternal, penantian akan penerimaan diri tidak akan tercapai. Sebab itu kita harus menyadari betapa hanya kita lah yang bertanggung jawab akan seberapa berpengaruhnya sebuah masalah yang melanda. Apabila kita memiliki kesadaran yang tinggi dan bisa menyeimbangkan sisi rasionalisme nantinya kita dapat lebih mudah mengendalikan emosi. Berhati-hatilah untuk tidak terlalu terbawa perasaan saat bersinggungan dengan orang lain. Contohnya ketika saya bertemu dengan seseorang yang sedang dalam rundungan emosi saya berusaha memberikan dialog pada diri sendiri: “Saya tidak tahu apa yang sedang dia alami, mungkin dia sedang berada dalam masalah,” “Saya tidak perlu ikut bereaksi yang sama atau ikut-ikutan ke dalam gelombang emosinya.” Jadi, meski lingkungan di sekitar kita tidak stabil, kita sudah bisa fokus pada diri sendiri. Tidak terpengaruh dengan sisi negatif dari luar.
Kebahagiaan itu nyatanya memang berasal dari dalam diri sendiri. Bukan dari luar