Self Lifehacks

Sebuah Observasi Rasa

Sejak aku masih berada di bangku sekolah, aku selalu merasa jadi orang yang berbeda. Tidak pernah bisa selalu bergaul dengan orang yang sama terus-menerus. Tidak pernah jadi anak yang jadi pusat perhatian. Tapi karena aku tidak pernah membatasi pergaulan dan justru seakan menjadi seorang pengamat terhadap orang-orang yang ada di sekitarku, aku cukup banyak melakukan observasi terhadap dinamika orang yang berbeda-beda. Tanpa sadar, aku terbiasa untuk mengenali karakter, sikap, hingga perasaan yang melekat dalam diri orang lain. Tanpa sadar pula pengamatan itu menuntunku mengenali emosi-emosi yang ada di dalam diri.

Beruntungnya, keluargaku adalah keluarga yang dekat dengan seni. Sedari kecil aku memahami seni sebagai hasil dari observasi atas segala perasaan yang dimiliki. Sehingga aku didorong untuk mengenali berbagai jenis emosi dan melihat sisi lain dari emosi tersebut. Apalagi akhirnya aku mengolah emosi-emosi tersebut menjadi sebuah lagu. Kebiasaan itu membiarkanku bertumbuh menjadi seseorang yang cukup peka. Bahkan untuk sesuatu hal yang tidak nyata. Pernah suatu saat aku sedang berada dalam proses pembuatan lagu untuk sebuah film. Aku bisa menangis karena begitu dalam memikirkan perasaan dari karakter fiktif di film tersebut. Sampai-sampai banyak orang yang mengira aku terinspirasi dari orang yang ada di hidupku. Padahal tidak. 

Banyak lagu yang aku tulis dari sejak SMP berasal dari hasil observasi terhadap diri sendiri. Bahkan tidak jarang pengamatanku terhadap emosi orang lain aku terjemahkan berdasarkan pemikiranku sendiri. Aku sempat berpikir mungkin aku terlahir egois karena begitu dekat dengan perasaan sendiri. Tapi kemudian seiring beranjak dewasa, aku semakin banyak mempertanyakan apa yang kupikirkan serta mempertanyakan keberadaanku di dunia. Aku menemukan betapa kecilnya diriku sebagai manusia di semesta yang teramat luas ini. Semakin aku berusaha mencari tahu lebih banyak sebenarnya semakin aku menyadari banyak hal yang aku tidak tahu.

Dulu aku tidak tahu proses merasa itu disebut apa. Namun kini perlahan aku mencoba memahami proses merasa itu menuntunku untuk membangun rasa empati di dalam diri sendiri. Sehingga aku dapat menyimpulkan bahwa empati merupakan kesadaran terhadap emosi dalam diri dan orang lain yang dapat memberikan kita kemampuan untuk bisa menilai setiap momen tanpa ego. Bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri-sendiri untuk mendefinisikan segala sesuatu. Tak perlu menyamakan, tak perlu merasa lebih tahu. Sebab semakin kita menyamakan tujuan hidup seseorang dengan kita, semakin sulit kita menjalani hidup sendiri. Buatku, manusia harusnya mencari tujuan hidupnya sendiri-sendiri. Kita tidak tercipta unntuk mencintai semua orang hingga harus.memikirkan tujuan mereka.

Setiap orang memiliki caranya sendiri-sendiri untuk mendefinisikan segala sesuatu. Tak perlu menyamakan, tak perlu merasa lebih tahu.

Meskipun begitu, aku pun percaya bahwa cara hidup terbaik (menurutku) adalah untuk menjadi berguna bagi orang-orang yang ada di sekitar kita sebelum nantinya memikirkan bagaimana jadi berguna untuk banyak orang. Saat kita memiliki self-empathy, mengenali diri sendiri secara mendalam, sedikit demi sedikit kita bisa memahami apa yang harus dilakukan agar dapat menjadi seseorang yang berguna. Dan semakin kita mengenal diri sendiri, mengetahui emosi yang dirasakan, kita semakin bisa melepaskan diri dari hal-hal di keseharian yang membuat stres; pekerjaan, uang, harta, kekuasan. Kita jadi fokus pada kemampuan dan kualitas diri yang dapat digunakan untuk membantu orang lain.

Saat kita memiliki self-empathy, mengenali diri sendiri secara mendalam, sedikit demi sedikit kita bisa memahami apa yang harus dilakukan agar dapat menjadi seseorang yang berguna.

Aku merasa adanya self-empathy dalam diri telah membantuku untuk percaya pada kemampuanku sendiri. Aku jadi bisa untuk tidak menilai diri sendiri dari pandangan orang lain dan mengerti  di mana posisiku sekarang ini. Sehingga aku tidak mudah merendahkan diri dan bisa lebih menghargai segala kerja keras yang sudah diupayakan sampai sejauh ini. Lewat karyaku yang berdasar pada pengamatan tentang hidup, perasaan-perasaan mendalam serta pengalaman yang aku dan orang sekitarku miliki, aku berharap orang yang mendengarkan dapat menemukan keterhubungan. Sehingga ia pun dapat juga berproses mengenali emosi dan pikirannya sendiri.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024