Self Health & Wellness

Saatnya Berjaga Ekstra

Dua bulan lalu, saya merasakan beberapa gejala yang sangat ringan dan biasa layaknya gejala flu dan radang yang kita semua pernah alami. Masih berusaha berpikir positif, saya mengandalkan istirahat dan konsumsi makanan yang dipercaya bisa meningkatkan imun tubuh. Namun setelah 3 hari, gejala tersebut tidak kunjung hilang. Benar saja, hasil tes PCR menunjukkan bahwa saya positif COVID-19. 

Di luar sana, banyak orang yang mengucapkan doa-doa agar supaya saya cepat sembuh. Mereka pun menyemangati, memberikan perhatian dengan mendorong saya konsumsi makanan sehat, minum vitamin, obat, berjemur, hingga mengirimkan buah tangan untuk menemani masa-masa isolasi mandiri. Hari pertama dan kedua, semua itu sangatlah menghibur. Perasaan khawatir akan penyakit ini pelan-pelan kalah dengan euforia untuk membalas sapaan dan motivasi dari sejumlah teman dekat. Tapi kemudian, memasuki hari ketiga dan keempat, di mana gejala fluktuatifnya mulai muncul, perasaan khawatir muncul mengiringi.

Demam, pilek, batuk, diare, dan pusing bermunculan secara bergantian. Gejala-gejala yang muncul tanpa permisi inilah yang terkadang membuat saya terserang panik. Ditambah saya sendiri memiliki kondisi khusus yang membuat harus ekstra hati-hati yaitu riwayat autoimun jenis Guillain-Barre Syndrome (GBS). Sebuah jenis autoimun yang menyerang saaraf tepi. Didiagnosa GBS sejak 2 tahun lalu membuat imunitas saya menjadi sedikit berbeda dan harus dijaga secara ekstra. Maka tak heran apabila terjangkit virus COVID-19 menjadi sangat menakutkan bagi orang-orang seperti saya. 

Sudah banyak kasus fatal COVID-19 terjadi, terlebih pada  pasien-pasien dengan komorbid. Penelitian pun mengatakan bahwa virus COVID-19 dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan membuat sel-sel didalam tubuh seseorang yang memiliki riwayat autoimun meresponnya dengan berbeda. Respon tubuh yang seharusnya membunuh virus tersebut berpotensi berbalik menyerang tubuh lain yang seharusnya tidak terserang. 

Penyakit lain yang bisa timbul karena gangguan imunitas tersebut adalah yang harus menjadi perhatian bagi para penderita autoimun maupun penderita komorbid lainnya. Tidak heran, terdiagnosa positif COVID-19 dua bulan lalu membawa saya ke ruang panik dan mimpi buruk. Mengingat adanya risiko yang cukup tinggi untuk kasus saya. Ini terasa bagai ironi, mengingat penyembuhan COVID-19 harusnya didukung oleh pikiran positif, optimis, dan semangat.

Setelah berkonsultasi dengan dokter tentang perawatan selama isolasi mandiri, memperhatikan hal-hal penting yang harus jadi prioritas kesehatan, saya mulai pelan-pelan mengurangi rasa khawatir dan fokus pada penyembuhan. Memang ada beberapa gejala yang cukup membuat berdebar-debar. Tapi semua itu bisa teratasi dengan baik sampai akhirnya saya dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah 14 hari melakukan isolasi mandiri.

Mungkin tidak banyak yang tahu bagaimana perasaan takut seseorang dengan riwayat penyakit yang cukup berisiko untuk berjuang melawan virus yang menjangkit tubuh atau jika belum terserang, bagaimana untuk tetap sehat. Dalam situasi normal tanpa pandemi saja kami harus ekstra melakukan upaya-upaya khusus untuk menjaga kesehatan. Apalagi dengan adanya pandemi seperti ini, kami mau tidak mau harus mengeluarkan tenaga, materi, hingga pikiran untuk bertahan tetap sehat.

Virus ini memang tidak 100% selalu berujung kematian. Namun bagi orang dengan riwayat penyakit tertentu, tentulah penyakit ini bisa menjadi amat menakutkan. Kita tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi saat terjangkit maupun setelah terjangkit virus ini. Bisa saja ada efek jangka panjang yang muncul setelah itu.

Kita tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi saat terjangkit maupun setelah terjangkit virus ini.

Kesadaran akan fakta bahwa tidak semua orang itu memiliki standar kesehatan yang sama perlu ditingkatkan dalam situasi saat ini. Pengalaman dan latar belakang setiap orang pasti berbeda-beda sehingga tiap orang akan merespon krisis dengan cara yang berbeda. Tapi, sepertinya sudah bukan waktunya untuk membanding-bandingkan. Ini adalah saatnya kita semua bisa lebih mengerti, menghargai, dan berempati. Mengerti bahwa kondisi setiap orang berbeda, menghargai langkah ‘berbeda’ yang mungkin dilakukan, dan berempati bahwa memang tindakan ‘berbeda’ itu bukan karena ketakutan berlebihan semata. 

Ini adalah saatnya kita semua bisa lebih mengerti, menghargai, dan berempati.

Tindakan berbeda yang tergolong ekstra ataupun berlebihan, justru dilakukan mereka yang memang harus lebih menjaga dirinya. Menjaga diri hakikatnya tidak semata-mata untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk orang lain. Saat ini, cara tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk menghargai dan menghormati berkat kesehatan yang masih diberikan kepada kita semua.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024