Kehadiran internet memudahkan kita mencari berbagai informasi. Ironisnya, kemudahan tersebut bisa jadi bumerang dan menimbulkan masalah. Banjirnya informasi dapat mempersulit kita mengetahui mana informasi yang benar, hoax, informasi yang sekadar opini, atau propaganda. Oleh karena itu, mencari informasi hanya dengan mengetiknya di mesin pencari tidaklah cukup. Dibutuhkan pemikiran kritis untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat dengan kebutuhan kita.
Mencari informasi hanya dengan mengetiknya di mesin pencari tidaklah cukup. Dibutuhkan pemikiran kritis untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat dengan kebutuhan kita.
Saat mencari informasi lewat internet, galilah lebih dalam jangan berhenti hanya di halaman pertama, apalagi hanya di situs teratas. Banyak situs berada di urutan pertama bukan karena konten berkualitas, melainkan karena trik-trik digital seperti Search Engine Optimization. Sering kali judul-judul artikel dibuat fantastis demi optimisasi padahal isi artikel tidak sesuai. Jadi, jangan terjebak hanya pada Headline tanpa membaca keseluruhan konten karena hoax atau informasi palsu bisa berdampak pada pola pikir kita.
Terdapat beberapa jenis informasi yang bisa menggiring opini kita. Pertama adalah clickbait dan judul yang misleading atau salah mengarahkan. Konten dengan judul sensasional bisa berpotensi tidak akurat. Biasanya konten clickbait hanya ditujukan untuk menarik pembaca demi mendorong traffic situs. Kedua adalah propaganda dengan tujuan politik. Media sosial, khususnya, seringkali digunakan para figur politik atau bisnis untuk menyampaikan propaganda agar para pengguna memiliki bias terhadap isu tertentu.
Ketiga adalah sloppy journalism. Artikel daring yang memudahkan para jurnalis menyunting konten bisa berpengaruh pada konten yang tidak akurat. Banyak artikel yang tidak berdasar pada fakta dan hanya mengutip dari sumber-sumber lain yang kurang terpercaya. Terakhir adalah deep fakes atau penipuan visual. Ya, informasi palsu atau hoax bisa berasal dari gambar atau video. Penipuan visual menggunakan perangkat lunak digital (digital software), machine learning dan face swapping bisa menciptakan realita atau fenomena baru yang tidak pernah terjadi. Misalnya kasus-kasus video atau foto pornografi yang terjadi dengan menggabungkan foto wajah dan tubuh dari dua orang yang berbeda, atau menyunting bagian tubuh seseorang untuk tujuan tersebut. Lalu bagaimana kita bisa mencegah terpapar informasi palsu atau kurang akurat? Dengan mengasah kemampuan berpikir kritis, kita dapat melakukan evaluasi terhadap konten yang dikonsumsi.
Lalu bagaimana kita bisa mencegah terpapar informasi palsu atau kurang akurat? Dengan mengasah kemampuan berpikir kritis, kita dapat melakukan evaluasi terhadap konten yang dikonsumsi.
Jangan mudah percaya dan langsung menelan bulat-bulat informasi yang didapatkan. Periksa kembali alamat situs, apakah situs atau akun medsos tersebut terpercaya? Periksa lebih dari satu sumber untuk memastikan faktanya. Analisa informasi yang dibaca dan dilihat Apa tujuan konten ini? Apakah untuk viral dan membuat sensasi? Apakah untuk propaganda? Atau sekadar untuk hiburan? Lalu, tanyakan juga pada diri sendiri: Apakah saya punya bias terhadap konten ini?
Jangan mudah percaya dan langsung menelan bulat-bulat informasi yang didapatkan. Periksa kembali alamat situs, apakah situs atau akun medsos tersebut terpercaya? Periksa lebih dari satu sumber untuk memastikan faktanya.
Algoritma mesin pencari (search engine) atau media sosial tercipta berdasarkan minat personal. Kita bisa percaya sebuah informasi akurat hanya karena memiliki bias atau kepercayaan tertentu sehingga tidak bisa menilai secara obyektif. Dengan menyadari adanya bias terhadap informasi yang dikonsumsi kita bisa memperluas perspektif dan menyadari keharusan untuk mencari keakuratan informasi di luar kepercayaan kita sendiri.