Setiap individu pasti memiliki arti kata “rumah” sendiri-sendiri. Jika ada orang yang bilang ia tidak punya “rumah”, menurut saya tidak mungkin. Sebab setiap orang punya orang-orang terdekat yang sebenarnya adalah “rumah” mereka. Orang tua yang menjadi tempat pulang, contohnya. Mereka menjadi “rumah” yang kita rindukan. Memang dibutuhkan proses untuk menemukan arti kata rumah untuk tiap manusia. Kalau memang mereka sekarang belum memahami dan menemukannya, tidak apa. Tapi suatu hari nanti pasti akan ada waktu untuk mengetahuinya. Begitulah yang terjadi pada saya. Dulu saya tidak tahu arti “rumah” bagi diri sendiri. Dulu rumah hanyalah sebagai tempat untuk tidur, makan atau sekadar bertemu orang tua. Dulu saya belum tahu betapa pentingnya menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat. It’s priceless.
Seiring berjalanya waktu, saya semakin merasa bahwa “rumah” tidak selalu berarti sebuah tempat. Bangunannya bisa di mana saja tetapi yang ingin kita temui adalah orang-orang di dalamnya. Orang-orang yang ada untuk berbagi kasih sayang. Orang-orang yang kita butuhkan dalam keseharian. Orang-orang tempat kita berpulang. Seperti ketika saya merantau ke Jakarta dan kedua orang tua saya berada di Surabaya lalu sempat pindah ke Malang. Ketika saya bilang “pulang ke rumah” saya tidak pergi ke rumah yang ada di Surabaya. Tapi pergi ke rumah di mana orang tua saya berada. Sama juga saat saya sudah punya anak dan istri. Di mana pun mereka berada, itulah rumah saya. Setelah memahami arti kata “rumah” ini, saya pun semakin sadar bahwa waktu terus berjalan dan saya harus bisa mulai menghargai setiap momen bersama mereka. Sekarang saya semakin peka kala sudah cukup sibuk dan lupa menghubungi orang tua. Saya berupaya selalu meluangkan waktu untuk berbincang sebentar atau sekadar menanyakan kabar.
Rumah tidak selalu berarti sebuah tempat. Bangunannya bisa di mana saja, tetapi yang ingin kita temui adalah orang-orang di dalamnya. Orang-orang yang ada untuk berbagi kasih sayang.
Kesadaran akan berharganya waktu saya dapatkan ketika melihat anak yang masih kecil. Kasihan sekali dia di kala umurnya dulu masih satu tahun, saya sering bepergian dan sulit meluangkan banyak waktu untuknya. Muncul keinginan besar untuk melihatnya tumbuh, mengajarkannya sesuatu, dan rasa takut akan melewatkan momen-momen terpenting hidupnya. Tentu saja saya tidak mau hadir di saat dia sudah sulit menyerap berbagai memori indah antara kami. Saya ingin dia bisa mengingat selayaknya saya mengingat memori masa kecil bersama kedua orang tua.
Ayah saya bisa dibilang seseorang yang suka bekerja. Tapi beliau selalu menyempatkan untuk punya waktu berkualitas dengan keluarganya. Ketika itu kami tinggal di Medan sehingga sering sekali berplesir ke kota-kota lain di Sumatera lewat jalur darat. Bahkan kami pernah menempuh Pulau Jawa dari Medan dengan mobil. Kenangan-kenangan itu masih lekat di pikiran saya sampai sekarang. Inilah yang ingin saya bagikan pada anak. Saya mengakui seringkali pekerjaan menghabiskan banyak waktu hingga terkadang bisa terlewat batas. Oleh karena itu, saya menyadari betapa pentingnya memberikan kenangan seumur hidup untuk dia ingat sampai tua. Bahkan sebisa mungkin memberikan lebih dari apa yang saya dapat waktu kecil.
Ini juga yang menjadi alasan saya sempat cuti bermusik selama tiga bulan. Keputusan tersebut hadir karena saya merasa kurang bisa memanfaatkan waktu yang ada. Ternyata sebelumnya saya masih sering menganggap remeh beberapa hal sehingga sering menunda. Saya pun menyadari kini tidak bisa begitu lagi. Memiliki waktu berkualitas dengan keluarga adalah salah satu keinginan yang hendak dipenuhi. Kalau saya tidak bisa memberikan batasan pada diri sendiri antara pekerjaan dan keluarga, tidak mengatur waktu sebaik-baiknya, saya akan kehilangan momen-momen penting bersama anak dan istri.
Memiliki waktu berkualitas dengan keluarga adalah salah satu keinginan yang hendak dipenuhi. Kalau saya tidak bisa memberikan batasan pada diri sendiri antara pekerjaan dan keluarga, tidak mengatur waktu sebaik-baiknya, saya akan kehilangan momen-momen penting bersama anak dan istri.
Semua ini saya ungkapkan lewat single lagu terbaru saya bertajuk, “Home” yang mengungkapkan perasaan tentang keinginan untuk pulang ke keluarga setiap kali sedang berjauhan. Ini adalah pertama kalinya saya menuliskan lagu untuk anak dan istri saya. Sebagai hadiah ulang tahun mereka yang hanya berselang dua hari. Selain juga saya ingin menyampaikan kepada banyak orang untuk tetap bisa bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini. Saya merasa banyak sekali orang yang sering mengeluh tentang 2020. Saya paham betul kondisi kita sedang sulit. Siapa yang tidak kekurangan pendapatan? Saya pun begitu. Tapi menurut saya tidak semua hal harus dikeluhkan karena sebenarnya 2020 memiliki hikmahnya tersendiri untuk kita. Salah satunya adalah waktu berkualitas bersama keluarga yang baru didapatkan kala pandemi ini. Just be grateful. Bersyukurlah atas apa yang masih dimiliki sekarang karena waktu yang ada. Sebab, kita tidak bisa kembali pada hari ini. Jadi nikmatilah dengan rasa syukur.
Bersyukurlah atas apa yang masih dimiliki sekarang karena waktu yang ada. Sebab, kita tidak bisa kembali pada hari ini. Jadi nikmatilah dengan rasa syukur.